Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image HeryWibowo

Belajar menjadi “agile learner” dari Pertandingan Persib VS PSS Sleman

Olahraga | 2022-02-12 18:54:25

Hari ini dunia mengenal terminologi agile, yang ditermahkan sebagai “adaptif, gesit, cepat dan lincah”. Maka para pembelajar, atau mereka yang cepat belajar dan segera beradaptasi terhadap tantangan situasi disebut dengan ‘agile learner”.

Konteks agility ini sering dikerangkakan pada keharusan organisasi, khususnya bisnis (ataupun dapat juga diterpakan pada pemerintahan), untuk berpikir dan bertindak lebih adaptif, gesit, cepat dan lincah. Hal ini merupakan tuntutan karena kompetisi bisnis berjalan begitu keras dan kejam, sehingga hanya pelaku bisnis yang “agile” yang mampu bertahan.

Namun demikian, secara perlahan kewajiban untuk menjadi ‘agile’ semakin meluas. Hampir setiap profesi dituntut agility-nya untuk dapat bertahan, maju dan berkembang di era disrupsi ini. Tidak terkecuali para pelajar dan mahasiswa, yang diharapkan dapat menjadi agile learner dalam menghadapi tuntutan revolusi industry 4.0 ini. Juga para pendidik, guru dan dosen, yang perlu harus selalu semakin lincah dalam mensikapi ketidakpastian ruang belajar dan interaksi dengan warga belajarnya.

Mereka yang sulit beradaptasi, lembat bergerak, tidak lincah mencari peluang baru dan merasa sudah hebat dengan prestasinya terdulu (fixed mindset), berpotensi lebih mudah tertinggal. Mereka yang bertahan, dan mampu merespon perubahan adalah orang-orang yang selalu cepat belajar sehingga mudah beradaptasi dengan lingkungan baru manapun (Satria, 2021). Sehingga agility adalah sebuah kapabilitas yang dibangun secara terus-menerus agar kelak individu/kelompok atau organisasi tertentu mampu merespon perubahan dengan tangkas, efektif, tepat waktu dan berkelanjutan ( (Kasali, 2014). Hari ini menjadi 'agile learner' adalah sebuah kewajiban, bukan sekedar pilihan.

Menariknya, pemahaman tentang agility ini dapat dipelajari dari olahraga dan kompetisi sepakbola, khususnya pada perjalanan pertandingan Persib melawan PSS Sleman, yang dilaksanakan Jumat, 11 Februari 2022 kemarin.

Agile Coach

Sebagai respon dari ketidakstabilan raihan kemenangan sebelumnya (khususnya jika disandingkan dengan target Persib untuk meraih juara Liga), tampaknya Pelatih Persib (khususnya pada pertandingan melawan PSS Sleman Jumat, 11 Februari lalu) telah berhasil menjadi agile learner. Perubahan kreatif dan radikal, dilakukan seiring diijinkannya sejumlah pemain setelah dinyatakan negatif covid. Ketangkasan dalam belajar ini (agile learning) terlihat dari perombakan ‘aneh’ yang dilakukan pada formasi starter, yaitu striker menjadi winger, defender kiri pindah ke kanan, menyusupkan pemain muda sejak menit pertama (walaupun pemain lapis pertama sudah siap bermain) dan sebagainya. Selanjutnya kelincahan dan keberanian mencoba hal baru (growth mindset atau tidak terpatok pada pola/kebiasaan lama) juga dilakukan melalui langsung diturunkan 3 penyerang utama sekaligus (sesuatu yang sangat jarang dilakukan sebelumnya). Tidak sedikit supporter yang terheran-heran melihat kebaruan formasi yang ditampilkan. Hasilnya, tidak sia-sia. Persib mampu menceploskan dua gol pada setengah waktu pertandingan babak pertama

Maknanya, proses belajar saat ini perlu dilakukan dengan cepat, adaptif, gesit dan tangkas. Bagi kita yang menyaksikan, sejatinya dapat mengambil pelajaran (lebih dari sekedar menyaksikan keseruan pertandingan). Para penonton sepakbola, yang notabene kebanyakan adalah pelajar dan mahasiswa, seyogyia dapat belajar lebih banyak (khususnya aspek softskill) pada setiap pertandingan yang tersaji. Keberanian bertindak ‘berbeda’ dan cepat belajar dari situasi sebelumnya, sejatinya adalah softskill yang dibutuhkan generasi muda Indonesia menghadapi tantangan zaman, sekaligus melanjutkan tongkat estafet pembangunan, khususnya di era disrupsi, V.U.C.A dan revolusi industry 4.0. Mengapa? Karena banyak perusahaan besar yang hancur, hanya karena kurang “agile” dalam belajar dan beradaptasi. Mari terus belajar!!

Works Cited

Kasali, R. (2014). Agility: Bukan Singa yang Mengembik. Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama.

Satria, A. (2021). MIndset Baru untuk Transformasi. Bogor - Jawa Barat: Penerbit IPB Press.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image