Menjadi Pribadi yang Kuat ala Buya Hamka
Agama | 2022-02-08 08:32:59Jika dikatakan Buya Hamka sebagai seorang tokoh besar Republik rasanya bukan lagi hal yang berlebihan, buah pemikirannya sebagai cendekiawan bagi bangsa kita sudah selayaknya menjadi hal yang mendasari mengapa beliau dijadikan sosok yang patut dihormati. Kiprahnya yang sudah tak perlu dipertanyakan demikian pun menjadikan beliau salah satu tokoh Pahlawan Nasional.
Secara singkat, Buya Hamka yang memiliki nama lengkap Abdul Malik Karim Amrullah ini lahir di Agam Sumatera Barat pada 17 Februari 1908. Beliau merupakan putra tertua dari tujuh bersaudara, ayahnya adalah Abdul Karim Amrullah seorang ulama di wilayah Minangkabau, ibunya bernama Siti Shafiyah merupakan keluarga seniman di wilayah yang sama.
Kiprahnya dalam dunia pemikiran Islam sudah dimulai dengan latar belakang pendidikannya, lebih lagi sepak terjangnya sebagai tokoh pemikir Islam yang memiliki semangat pembaharuan juga makin kuat dengan kegigihannya aktif di organisasi Muhammadiyah, salah satu organisasi yang bergerak dibidang keilmuan dan berpengaruh dalam perkembangan bangsa Indonesia.
Salah satu karyanya yang menarik dari banyak buku dan buah pemikirannya sebagai intelektual adalah tulisannya tentang pribadi hebat. Buku yang banyak berisi narasi beliau mengenai kupas tuntas berbagai hal yang dapat memunculkan karakter pribadi yang kuat, mampu seimbang antara kekuatan lahir dan batin, serta bagaimana berhubungan dengan sang maha pencipta agar menjadi pribadi diri yang lebih baik lagi adalah buat pemikiran yang sangat ciamik, pemikiran-pemikirannya pun masih mampu relevan dibaca oleh generasi masa kini yang seringkali merasa insecure atau overthinking terhadap dirinya sendiri di era kini.
Adapun sebagaimana generasi yang dimaksud, saya berpikir bahwa membagikan sedikit buah pemikiran beliau yang saya dapati semoga bisa membantu siapa pun yang satu generasi dengan saya tidak mudah insecure dalam menghadapi kenyataan yang ada. Saya tertarik membagikan salah satu materi beliau terkait apa saja yang mampu menjadikan pribadi kuat, beberapa hal itu adalah :
Memiliki Tujuan
Memiliki tujuan hidup atau target dalam kehidupan menjadi hal yang sangat penting, perannya yang berguna untuk menentukan langkah awal yang hendak dilakukan memberikan grand position bagi kita yang hendak memulai sesuatu. Kata Buya bahwa dalam menentukan tujuan ini, kita harus jelas ke mana tujuannya, jangan justru menerawang, dan melalui tujuan ini juga lah kita harus mampu menentukan jalan mana yang kita lalui untuk tujuan itu.
Pentingnya memiliki tujuan ini adalah modal yang bisa kita pakai untuk mengarungi kehidupan yang kadangkala kerasnya diluar dugaan kita semua. Dalam buku beliau juga mencontohkan berbagai hal sederhana semacam sopir bus yang kerjanya hanya menyetir mobil dan melewati jalan lurus, berbelok, melewati hutan sekalipun kalau di tengah perjalanan dia mengalami kendala semacam kerusakan mesin, si sopir secara tabiat mesti bakal turun untuk mencoba memperbaiki kerusakannya, atau minimal hanya mengeceknya saja, tapi menyelesaikan pekerjaan sebagai sopir yang sampai ke lokasi tujuannya itu akan menjadi hal pokok baginya. Padahal bisa jadi kerusakan mesin mobil ini bukanlah hal yang dia bayangkan tadinya, padahal bisa jadi tugas tambahan dia untuk memperbaiki kendaraan yang rusak agar bisa terus jalan sampai tujuan itu bukan hal pekerjaan yang dia pikirkan sebelumnya.
Keinginan Bekerja
Dalam poin ini, bagi saya yang dimaksudkan oleh Buya adalah semangat kerja atau etos kerja. Ya sebab meskipun dalam hidup ini kita sudah memiliki tujuan yang jelas, penentuan jalan mana yang yang mau diambil, itu tidak akan menjadi apa apa kalau hanya sebatas itu saja, tapi tidak ada keinginan bekerja mewujudkannya. Sebab kata Buya, untuk mencapai tujuan, harus keinginan dalam hati untuk menghadapinya.
Bahkan lebih rinci Buya memberikan detail bahwa melalui keinginan bekerja atau etos bekerja inilah suatu pekerjaan bakal menimbulkan beberapa kemajuan seperti: menambah tinggi mutu pekerjaan, menggiatkan dan memajukan yang berakibat kegembiraan, mendorong kita semua agar lebih kuat dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga menimbulkan inspirasi untuk menerobos berbagai pagar kesulitan.
Melalui etos kerja semacam inilah pekerjaan atau apa yang mejadi tujuan kita bakal mampu mendekat, melalui etos kerja semacam ini juga lah perhatian kita atas pekerjaan yang dilakukan menjadi lebih lagi, dan karena perhatian inilah mutu pekerjaan kita menjadi semakin bagus. Melalui etos kerja ini juga pekerja yang kita lakukan akan membawa kegembiraannya tersendiri, di mana dengan melakukan pekerjaan ini kita tidak mudah inkonsistensi. Selanjutnya, melalui etos kerja ini juga, pekerjaan yang sulit sekalipun yang hendak kita lakukan bakal menempatkan kita pada posisi yang maju terus pantang mundur, berbagai rintangan yang ada adalah cara kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi, bukan justru malah pribadi yang mundur.
Memiliki Rasa Wajib
Seseorang yang memiliki rasa wajib dalam dirinya adalah seseorang yang dalam melakukan sesuatu muncul dari hatinya sendiri, bukan dari diperintahkan orang lain, atau hal lainnya. Kata Buya dalam hal ini, kita sebagai manusia hendaknya mampu menelanjangi batin kita dari pengaruh yang lain, jemurlah dia di hadapan cahaya Tuhan, batin seperti inilah yang nantinya bakal menentukan dengan maksimal mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak harus dikerjakan.
Bahkan bahkan kata Buya, mendustai batin adalah dusta yang paling besar, memikul kewajiban yang bukan kewajiban diri sendiri adalah menipu diri sendiri. Artinya kewajiban atau rasa wajib yang sejati adalah yang diperintah diri sendiri, karena pada dasarnya kalaupun jika kita telanjur melakukan apa yang sebenarnya dibantah batin karena dikalahkan oleh nafsu, konsekuensinya batin kita akan meraung, memprotes, dan memberontak.
Rasa wajib atau kewajiban yang muncul dengan sendirinya akan memaksa diri supaya berjalan terus menerus dan fokus. Dan karena hal inilah maka akan timbul selidik terhadap kekurangan diri sendiri, hal ini akan menciptakan pribadi kita yang selalu meningkatkan kapasitas diri, khususnya dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan kita dalam mengarungi kehidupan. Hal lain yang bakal mesti didapati karena rasa wajib dalam diri inilah adalah rasa senang, puas, dan kegembiraan, walau pekerjaan yang kita lakukan itu tidak mudah sekalipun, dan tubuh bakal terkuras banyak energi di dalam mencapainya, rasa-rasa surgawi dapat kita bisa nikmati, walau barangkali orang lain melihat kita dengan kesengsaraan atau kesulitan, kita tetap tidak merasakan kebahagiaannya.
Memiliki Iman dan Agama
Dalam menjalani kehidupan, agama menjadi faktor yang penting, bahkan agama menjadi kebutuhan mendasar bagi manusia, perbincangan agama dan kehidupan, adalah perbincangan yang selalu relevan. Seiring perkembangan perkembangan peradaban manusia sekalipun, agama selalu mampu bertahan pada eksistensinya. Termasuk dalam menjadi pribadi yang hebat, agama yang dianut dan diyakini menjadi faktor yang sangat menentukan karakter atau tabiat seseorang.
Mempunyai agama dan keimanan, kata Buya akan berpengaruh terhadap pembentukan pribadi, seberapa pun ilmu dan kepintaran seseorang, sebanyak apa pun buku yang ada di lemari yang ia baca itu tidak akan mendorong cipta dan tidak akan berani menghadapi kewajiban kalau ia tidak memiliki keimanan dan agama, iman dan agama ini adalah pokok kepercayaan terhadap zat yang Maha Kuasa.
Mereka yang memiliki iman dan agama mestinya akan selalu memiliki tolak ukur atas apa yang menjadi tindakannya dalam hidup, apalagi hal semacam ini makin dikuatkan dengan kepercayaan akan ada kehidupan yang lebih nyata setelah melewati kehidupan dunia fana ini. mereka yang memiliki agama akan jauh lebih berorientasikan pada hal yang memiliki hakikat sejati dalam segala hal. Dalam mengerjakan sesuatu atau kegiatan di kehidupan sehari-hari, tentu kita akan menemui berbagai hal pula yang terjadi diluar kuasa kita sebagai manusia, mestilah ini karena adanya zat yang maha mengatur segalanya, maka dengan keimanan dan agama kita dengan mudah akan memahaminya.
Dengan memiliki agama dan keimanan ini juga setiap dari pribadi kita akan selalu berpegang teguh pada prinsip serta aturan pokok agama yang kita anut, dari sinilah upaya semacam ketenangan batin dan jauh dari rasa putus asa akan sampai pada diri kita. Kita yang merasakan hal paling sulit sekalipun atau hal yang paling memberatkan hidup kita sekalipun, bakal dengan mudah melewatinya karena kita memiliki agama dan keimanan.
Seperti kewajiban salat dalam Islam misalnya, bagi muslim pemeluk agama Islam tentu kegiatan salat sebagai sarana spiritual adalah hal yang mesti dilakukan dengan sangat baik dan benar. Baik dan benar maksudnya adalah bukan hanya sesuai syariat atau segala landasan hukum yang menjadi dalilnya, namun juga mampu memberikan efek karakter pribadi di segi sosial. Mereka yang menjalani ibadah salat ini adalah mereka yang mampu membaurkan diri ke penyelesaian problematika kehidupan yang ada di lapangan, tanpa mendiskreditkan orang atau hal lain apa pun yang tidak berbau Islam. Mereka yang salat adalah mereka yang berpegang teguh pada rasa-rasa persaudaraan sesama manusia dan tak kenal lelah menebar nilai kebaikan. Bukan malah sebaliknya.
Semoga kita semua mampu menjadi pribadi hebat seperti yang Buya berikan gambaran..
Ihdinas Shirotol Mustaqim, Wassalam
Oleh : Muhamad Ikhwan Abdul Asyir, Manajer Program Al. Wasath Institute
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.