Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hamdani

Sebuah Kebersamaan Tokoh Tanjung Selamat

Gaya Hidup | Sunday, 06 Feb 2022, 07:36 WIB
Tokoh Gampong Tanjung Selamat, Kecamatan Darussalam, Kabupaten Aceh Besar foto bersama diteras Masjid Babul Maghfirah. (Foto Zia Ul Azmi)

Sembari menunggu rapat yang akan dilaksanakan malam itu. Usai pelaksanaan shalat Isya berjamaah sejumlah tokoh penting Gampong Tanjung Selamat menyempatkan diri duduk sejenak di pelataran Masjid Babul Maghfirah. Masjid kebanggaan warga setempat.

Tidak ada hal penting yang dibicarakan dalam duduk berkumpul saat itu selain saling menanyakan kabar dan keadaan ditempat kerja masing-masing dan lain sebagainya.

Meski terlihat biasa saja namun duduk berkumpul seperti ini menimbulkan rasa kebersamaan. Rasa yang dapat mengikat hubungan antar sesama saudara muslim dan bahkan melebihi dari itu. Mengapa demikian?

Dalam ilmu pengetahuan modern manusia disebut zoon politicon. Artinya manusia adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan orang lain.

Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang tergantung hidupnya dengan orang lain. Interaksi selalu terjalin dalam berbagai bentuk, waktu, dan tujuan. Terlepas apapun status sosialnya demi untuk bisa hidup.

Sepanjang sejarah manusia belum pernah ada seorang pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan bantuan orang lain. Seperti halnya seseorang dalam bermasyarakat, pasti memerlukan kebersamaan sebagaimana diajarkan Islam untuk mencapai hidup yang lebih baik.

Islam sendiri adalah agama kebersamaan. Ajakan agama untuk hidup bersama dilandasi oleh posisi, kedudukan dan kapasitas manusia sebagai makhluk sosial. Manusia dapat membangun hidup dengan kebersamaan jika tidak ada kebencian dan kecemburuan dalam dada nya, yang ada hanyalah kasih sayang di antara mereka.

Allah SWT berfirman:

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai.” (Ali Imran: 103).

Dalam sebuah tafsir Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu bahwa berkata, “Wahai manusia, kalian wajib taat dan tetap bersama jamaah. Sebab, itulah tali Allah yang sangat kuat. Ketahuilah, apa yang tidak kalian sukai bersama jamaah, itu lebih baik daripada apa yang kalian sukai bersama perpecahan.” (asy-Syari’ah karya al-Ajurri rahimahullah, hlm. 23—24, cet. Darus Salam, Riyadh cet. I).

Jadi tali Allah yang dimaksud adalah jamaah. Sehingga dengan membina jamaah itu artinya kita merajut tali Allah. Hidup bersama jamaah berarti hidup dengan berpegang tali Allah dalam kebenaran dengan berpedoman pada Al-Quran dan Sunnah.

Sungguh indah kebersamaan dalam jamaah. Didalamnya tidak ada rasa iri, dengki, dan sangka buruk kepada saudaranya yang lain. Inilah makna kebersamaan yang sesungguhnya.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti." (QS. Al-Hujurat 49: Ayat 13). ***

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image