Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ade Sudaryat

Hari ini Kita Mulai Memasuki Bulan Rajab, Countdown Menuju Bulan Suci Ramadhan

Agama | 2022-02-02 08:09:38

Harus diyakini, bilangan dua belas bulan dalam setahun bukanlah ketetapan atau kesepakatan manusia seantero jagat, namun merupakan ketentuan Allah Swt. Ia telah membatasi kehidupan manusia dalam bingkai waktu. Satu hari 24 jam, 7 hari dalam seminggu, dan 12 bulan dalam setahun.

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (Q. S. At-Taubah : 36).

Dari firman Allah tersebut jelas sudah, berdasarkan ketetapan-Nya, satu tahun itu terdiri dari dua belas bulan. Khusus dalam tahun hijiriyah, dari dua belas bulan tersebut, empat bulan diantaranya tergolong ke dalam bulan haram, bulan yang dimuliakan dengan beberapa larangan melaksanakan perbuatan tercela di dalamnya, salah satunya tak boleh melakukan peperangan.

Hadits Nabi saw dengan jelas menyebutkan empat bulan yang tergolong bulan haram tersebut yakni bulan Dzulqo’dah, Dzulhijjah, Rajab, dan Muharram.

Dari Abu Bakrah r.a., Nabi s.a.w. bersabda: “Dalam setahun itu terdiri 12 bulan, dan di antaranya ada 4 bulan mulia (haram), 3 bulan berurutan; Dzulaa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab Mudhar yang berada antara jumada (Jumadil Awwal dan Jumadil Akhir) dan Sya’ban”. (H. R. Muttafaq ‘alaih)

Pada hari ini, 2 Februari 2022 bertepatan dengan tanggal 1 Rajab 1443. Terlepas dari berbagai perbedaan pendapat di kalangan para ulama, sudah selayaknya kita menyambut bulan yang mulia ini.

Meskipun haditsnya dianggap dhaif (lemah) oleh sebagian ulama ahli hadits, kebanyakan orang melantunkan doa khusus dalam menyambut bulan Rajab dan Sya’ban dengan permohonan agar usianya disampaikan kepada bulan Ramadhan.

أَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَب، وَشَعْبَانَ، وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

Allahumma Baarik Lanaa Fi Rojaba Wa Sya'baana Wa Ballighnaa Romadhona

“Ya Allah berikanlah kami keberkahan pada bulan Rajab dan Sya'ban, dan sampaikanlah umur kami ke bulan Ramadhan” (Musnad Ahmad bin Hanbal, hadits nomor 2346).

Abdurrahman Ahmad bin Rajab (Ibnu Rajab) dalam karyanya Lathaif Al Ma’arif Fi Maa Li Wasmil ‘Aami Minal Wa Dhaif (hal. 234) menyebutkan, bulan Rajab merupakan bulan pembuka kebaikan dan berkah. Sementara Abu Bakar al Waraq al Balkhi menyebutkan, bulan Rajab laksana bulan menanam (kebaikan); Sya’ban laksana bulan menyiangi kebaikan; dan bulan Ramadhan merupakan bulan untuk memanen kebaikan yang ditanam dan dipelihara selama dua bulan sebelumnya.

Seperti yang dikatakan Ibnu Rajab, selayaknya kita menjadikan bulan Rajab sebagai bulan menanam kebaikan. Kita senantiasa berupaya mengisinya dengan berbagai kebaikan dan berupaya meningkatkan ibadah kepada Allah swt seraya memperbanyak taubat.

Doa yang sering dibaca pada saat memasuki bulan Rajab dan Sya’ban harus dimaknai sebagai permohonan agar kita dapat mempersiapkan dan melaksanakan ibadah pada bulan suci Ramadhan dengan baik. Dengan kata lain, para sahabat Nabi saw dan para ulama saleh, setidaknya melakukan persiapan bulan Ramadhan sejak dua bulan sebelum kedatangannya.

Dalam kitab yang sama, Ibnu Rajab mengutip perkatakaan Ibnu Hajar yang juga mengutip pendapat Ma’la bin Abi Katsir yang menyebutkan, para ulama saleh dahulu berdoa kepada Allah selama enam bulan sebelum kedatangan bulan Ramadhan. Doa yang dipanjatkannya memohon kepada Allah agar usianya sampai kepada bulan Ramadhan seraya dapat melaksanakan ibadah dengan baik pada bulan suci tersebut. Pasca Ramadhan mereka berdoa lagi selama enam bulan memohon kepada Allah agar amal ibadah selama bulan Ramadhan diterima-Nya.

Singkatnya bulan Rajab merupakan saat countdown (hitung mundur) menuju bulan suci Ramadhan. Setidaknya kita memiliki waktu 59 hari menuju bulan suci tersebut. Sudah selayaknya apabila kita tidak hanya menghitung waktu kedatangannya tanpa melakukan persiapan matang dalam menyambut dan memasuki kedatangannya.

Secara fisik-material kita sudah sering mempersiapkannya. Bahkan dari segi kepentingan ekonomi, sejak saat ini, para pihak yang memiliki kewenangan di bidang ekonomi terutama dalam hal penyediaan kebutuhan pangan telah melakukan kalkulasi kebutuhan pangan selama bulan suci Ramadhan dan Idul Fithri disertai dengan persiapan langkah-langkah antisipasi jika terjadi kelangkaan bahan pangan selama bulan suci tersebut dan menjelang Idul Fithri.

Langkah tersebut merupakan hal yang sangat baik agar umat Islam mendapatkan ketenangan selama melaksanakan ibadah pada bulan suci Ramadhan. Namun demikian, selain persiapan secara material, sudah menjadi kewajiban kita untuk mempersiapkan ruhani kita agar benar-benar siap melaksanakan ibadah pada bulan suci tersebut.

Diakui atau tidak, Ramadhan yang kita laksanakan lebih sering menekankan kepada budaya atau adat yang biasa dilakukan selama bulan suci. Dalam siaran televisi sudah pasti ada sisipan tayangan ramainya orang berburu bahan makanan ta’jil, nga-buburit, tradisi sahur, dan kelak akan diakhiri dengan berita tradisi ramainya situasi mudik dan orang-orang berburu diskon barang-barang di mall atau toko untuk dipamerkan pada hari lebaran.

Sementara semarak ibadahnya biasanya bertahan sampai hari ke tujuh bulan Ramadhan. Selebihnya, masjid dan ibadah kita pada umumnya sering nampak seperti hari-hari biasa. Masjid baru kembali ramai satu minggu menjelang hari lebaran. Setelah lebaran masjid semakin sepi.

Sangatlah bijak jika kita merubah kebiasaan tersebut. Salah satu waktu yang tepat untuk merubahnya adalah dengan menjadikan bulan Rajab sekarang ini sebagai tonggak awal perbaikan diri, mempersiapkan diri menghadapi bulan suci Ramadhan.

Sebagian ulama ada yang menganjurkan untuk melaksanakan ibadah shaum sunat pada bulan Rajab sebagai salah satu langkah awal menyucikan jiwa. Tak ada batasan pasti jumlah harinya. Hanya saja seperti dikatakan Ibnu Rajab, makruh hukumnya jika kita melaksanakan shaum sunat sebulan penuh selama bulan Rajab

Pada bulan haram yang baru satu hari kita jalani ini selayaknya kita benar-benar menjadikannya sebagai tonggak awal pebaikan diri. Persiapan fisik dan psikis, penguatan keimanan, dan perbaikan tekad untuk berbuat yang lebih baik daripada hari-hari sebelumnya harus benar-benar kita lakukan.

Dengan cara seperti ini, insya Allah ketika kita memasuki bulan suci Ramadhan sudah benar-benar siap untuk melakukan ibadah seraya mengajam ibadah pada bulan Ramadhan tahun ini harus lebih baik dari Ramadhan tahun sebelumnya, siapa tahu Ramadhan kali ini merupakan Ramadhan terakhir bagi kita.

Ilustrasi : Bulan Rajab (sumber gambar : www.dialektika.id)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image