Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rizky Ramadhan Fuldya

Layang-layang

Sastra | Tuesday, 01 Feb 2022, 23:44 WIB

Hari ini terasa sangat menyejukkan karena pagi ini aku dan kakakku mengikut ayah bertani di tengah pematang sawah yang luas dan hijau. Aku masih berumur 12 tahun yang menduduki sekolah dasar di salah satu desaku, sedang kakakku jauh berbeda usianya denganku, ia berusia 15 tahun dan dia sedang menjalani sekolah menengah pertama. Namaku arya dan biasa dipanggil dengan sebutan aya, dan kakakku bernama rangga.

Kami berjalan bertiga menuju sawah milik ayah. Hari yang cerah dengan matahari pagi yang malu-malu menunjukkan dirinya di ufuk timur yang menyertai burung bangau yang sedang berterbangan menuju arah matahari terbit itu dengan gembira mengepakkan sayapnya tanpa beban yang berputar-putar dalam dirinya saat pagi hari itu. Serangga mulai dari-lompat dari pucuk rumput menuju pucuk rumput, embung pagi jatuh gemulai mengelitikki tanah-tanah yang gembur di lahan yang luas. Perempuan desa mulai berjalan menuju kebun untuk memetik buah-buahan yang telah bermunculan di pohon. Pedagang memulai pekerjaan menjual rempah-rempah dan sandang pangan dari pasar lokal yang dekat dengan desa.

Setibanya kami di tengah pematang sawah, kami membantu ayah menggarap sawahnya. Ayah mempersiapkan arit untuk membenahi sawahnya yang telah panen dan yang masih tumbuh berwarna hijau cerah. Dengan senang hati kami melakukan perintah dari ayah untuk menggarap sawahnya. Ditemani oleh serangga-serangga kecil yang berwarna merah kehitam-hitaman. Ayah pun juga sangat bersemangat ketika membenahi sawahnya sendiri, seolah-olah sedang mendidik anaknya yang sangat disayanginya, dengan lembut ia menggarap sawahnya dengan arit yang tajam dapat merobek sepi yang ada di tempat kami berada.

Aku selalu melihat dan meminta tolong pada ayah untuk mendidikku cara menggarap sawah dengan baik dan benar. Dengan lembut ayah mengajariku caranya. Hingga waktu tak terasa aku menemani ayah menggarap sawahnya. Matahari mulai setengah naik di atas kepala. hari sudah menjadi bolong dimana manusia berhenti bekerja untuk melepaskan lelah dari pekerjaan.

Setibanya siang hari yang datang menghampiri dunia. Sangat panas sekali saat siang hari di tengah pematang sawah ini. Hingga kami bertiga bersepakat untuk berhenti dari panasnya matahari yang sudah di atas kepala. Ayah membawa bekal untuk kami yang dibuat oleh ibu saat pagi hari sebelum kami pergi ke sawah. Kami memakannya dengan lahap tanpa satu butir nasi dan lauk yang tersisa. Hingga selesai makan membuatku terkantuk-kantuk karena kekenyangan.

Aku tak sadar tertidur untuk sementara waktu sehingga ayah membangunkanku dengan menggoyang-goyangkan badanku yang kecil ini. Aku terkejut saat ayah membangunkanku, aku kira waktu sudah menjadi sore hari. Saat aku bangun ayah berbicara pada kami, "nak, ayah ingin pergi sebentar untuk menemui ibumu dirumah. Kalian berdua tetaplah disini, jagalah sawah ayah agar tidak ada hama yang datang merusak sawah ayah. Kalau sawah ayah rusak, kita tidak bisa memberi kebahagian kepada manusia yang sedang kelaparan di tengah kejamnya dunia ini. Maka jagalah sawah ini sampai ayah kembali," ujar ayah sembari ia bersiap untuk pergi. "baiklah, aku akan berjaga untuk ayah, aku akan melaksanakan perintah ayah dengan baik." Kataku sembari melihat ayah bersiap-siap.

Aku dan kakakku berjaga di bale yang ada di tengah pematang sawah tanpa kedip mata sekalipun untuk mengawasi sawah milik ayah yang luas. Kakakku berjaga sambil memandangi langit yang cerah dan ditemani layang-layang yang melayang di langit cerah itu. "lihatlah, layang-layang itu sangatlah indah dan bagus ketika ia terbang di langit, aku ingin sekali mempunyainya," kakakku berkata sambil memandangi layangan itu. Aku hanya memandanginya sebentar layang-layang itu dan berkata, "iya itu sangat indah ketika kita bisa bermain layang-layang itu. Sungguh sangat menyenangkan." Kataku.

Kakakku masih saja terus memandanginya, sehingga ia melihat layang-layang yang putus talinya dan menghampiri bale yang ada di pematang sawah. "Lihat, layangan itu menuju kemari, aku akan mengejarnya. Ayo ikut bersamaku," kata kakakku dengan semangatnya ingin mengejar layangan itu. " Jangan kak, kita sedang melaksanakan perintah dari ayah untuk menjaga sawah ini hingga ayah datang," katakku sembari melarang kakak untuk mengejar layangan itu. "Ah kali ini saja aku ingin mempunyai layangan itu, ayolah sebentar saja aku ingin mengejarnya."

Kakakku pergi mengejar layangan yang menuju ke tengah pematang sawah itu.

" kak, kembalilah tetaplah menjaga sawah ini untuk sebentar saja hingga ayah kembali." Ujarku.

"Kamu jagalah sebentar, aku hanya ingin menangkap layang-layang itu, kalau kamu mau ikut, ikutlah denganku." Ujar kakaku bersiap untuk mengambil layangan itu.

"Aku tidak ikut, aku akan tetap menjaga disini." Ujarku, Kakakku berlari menuju layangan itu, hingga ia tidak terlihat dengan kedua bola mataku yang kecil. " Ah biarkanlah dia, aku akan tetap melaksanakan perintah ayah untuk menjaga sawah ini."

Lalu beberapa lama kakakku datang dengan membawa layang-layang yang dikejarnya itu. "hei lihat kan betapa menyenangkan aku mendapatkan layangan ini, ayo bermainlah sebentar untuk melepaskan lelah setelah menggarap sawah ayah," ujar kakakku. " Tidak, aku menolak. Aku harus tetap menjaga sawah ayah," ujarku, "ayolah sebentar saja kita menikmati layangan ini," ujar kakakku sembari merayuku untuk bermain layangan itu. " Aku tidak mau, aku harus tetap menjaga sawah ini." Dengan wajah kecewa kakakku menatapku, "ah sudahlah terserah kamu saja, aku ingin bermain dulu sebentar, kamu jagalah sawah ayah." Ujar kakakku.

Aku hanya dapat melihat kakak bermain layang-layang yang telah didapatnya itu. Aku tetap berjaga untuk melaksanakan perintah dari ayah, aku tidak mau mengecewakan ayah karena untuk bermain layang-layang.

Tidak lama kemudian ayah datang kembali ke bale tempat aku berjaga. "Dimana kakakmu ?" ujar ayahku sembari mencari-cari kakakku. "Kakak sedang bermain layang-layang yang ia dapatkan, ia sekarang ada disana," ujarku sambil menunjuk kakakku yang sedang bermain.

Ayah memanggilnya dengan suara keras, sehingga suara ayah menggema ke seluruh pematang sawah yang ada di sini. Kakakku datang menghampirinya dan ayah berkata, " kau kemana saja, lihatlah adikmu yang tetap berjaga disini melakukan tugasnya dengan baik. Padahal aku sudah membelikan kalian berdua layang-layang yang lebih bagus karena kalian sudah membantu ayah. Dan ayah kira dengan perintah ayah, kau akan melakukan dengan baik seperti adikmu." Dengan wajah malu kakakku menundukan kepalanya dan berkata, " aku minta maaf ayah." Ia sangat malu dan bersalah karena tidak melakukan perintah ayah. "aku menyesal membeli hadiah untukmu, karena kau tidak melakukan tugasmu dengan baik, maka kau tidak akan aku beri hadiah itu, dan contohlah adikmu yang melakukan perintah dengan baik. Lihatlah dia." Dengan wajah geram ayah memarahi kakak. "aku sangat minta maaf ayah karena tidak melakukan tugasmu dengan baik, aku sungguh minta maaf." Ujar kakakku. Ayah masih kecewa dengan kakakku, hingga kami bertiga pulang dari pematang sawah.

Setibanya dirumah aku melihat layang-layang yang sangat besar dibanding yang didapatkan kakakku tadi. "Wahh, layang-layang itu sangat besar dan indah," ujarku dengan kagum. "Aku membelinya untuk kalian berdua, tetapi karena kakakmu tidak melaksanakan tugasnya dengan baik, maka aku hanya memberikan padamu." Ujar ayahku. Aku melihat kakakku, ia termenung dengan wajah menyesal karena tindakannya tadi. " Lihatlah, kalau sedikit saja kau bersabar untuk melakukan perintahku, maka kau juga akan mendapatkan layang-layang itu. Kau harus belajar dari kesalahanmu itu." Ujar ayahku. "baiklah ayah, aku sangat minta maaf karena tidak melakukan apa yang kau suruh. Aku tidak akan mengulanginya lagi." Ujar kakaku sembari menyesal dengan perbuatannya. " Nah, mulai esok bersabarlah untuk mendapatkan sesuatu yang kamu mau, kamu akan mendapatkan yang lebih indah dengan kesabaranmu itu. Bahkan tuhan akan memberimu keajaiban. Itu adalah pelajaran untukmu, untuk hidupmu kelak nanti. Jika kau bertindak gegabah maka kau akan mendapatkan hal yang sama seperti ini." Ujar kakakku.

Kakakku menyesal dengan tindakan gegabahnya. Hingga aku mendapatkan makna yang telah diberi oleh ayah. Maka manusia yang sabar dan melakukan dengan baik ia akan mendapatkan hal yang baik juga.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image