Kajian Asrama Al Uswah MAN 1 Sleman, Membangun Ekosistem dan Jaringan Kehidupan yang Harmoni
Eduaksi | 2022-01-29 19:52:34Sleman (MAN 1 Sleman)_ Kenapa Tuhan menciptakan lalat? Orang menganggap lalat tidak ada gunanya. Biasanya lalat suka hinggap di tempat-tempat yang kotor dan berbau. Seperti tumpukan sampah dan tempat-tempat yang kumuh lainnya. Tahukah? bahwa keberadaan lalat di tempat kotor, berbau dapat mengurangi bau kotoran yang menyengat. Di tempat ini lalat bisa makan, bertelor dan menetas jadi belatung. Kemudian belatung dapat mengurai sampah (pelan tapi pasti) dan mengurang bau busuk.
Hal tersebut disampaikan Drs.H.Soir,M.S.I, Kepala Madrasah (Kamad) ketika menyampaikan materi kajian Jumat. Kajian yang diselenggarakan di Asrama Al Uswah MAN 1 Sleman, Jumat (28/1/2022). Kajian Jumat merupakan salah satu program kerja asrama ini wajib diikuti semua siswa yang tinggal di asrama sejumlah 60 siswa.
Kamad juga mencontohkan kehidupan Laba-laba yang dipandang tidak memiliki kekuatan. Rumah laba-laba termasuk rumah yang paling rapuh dan tidak berdaya. “Tetapi harus diketahui, bahwa jaring laba-laba ternyata merupakan cara Allah untuk mengendalikan hama tanaman produktif dengan cara menangkap kupu-kupu kecil atau yang sejenisnya agar tidak merusak tanaman. Demikian juga dengan nyamuk, binatang kecil yang sering mengganggu. Keberadaanya tidak boleh dipandang sebelah mata. Ternyata air liur nyamuk ada potensi menjadi obat penyakit pembunuh nomor satu di dunia, yaitu kardiovaskuler (jantung),”paparnya.
“Hal-hal tersebut merupakan awaban atas ‘kegelisahan’ orang-orang Yahudi, yang selalau mempertanyakan; “Kenapa Tuhan menciptakan lalat, kenapa pula laba-laba, toh semuanya (anggapan mereka) tidak ada gunanya”. Kemudian Allah menjawab; “sesungguhnya Allah tidak malu menciptakan seekor nyamuk, bahkan lebih kecil dari itu, Bagi orang yang beriman, itu semua kebenaran dari Allah, sementara bagi yang tidak beriman, semakin jauhlah mereka dalam kesesatan,“ terang Kamad dengan mengutip terjemah Q.S. Al-Baqarah ayat : 26
“Semuanya merupakan mata rantai kehidupan, yang satu membutuhkan yang lain, saling ketergantungan satu sama lain. Membangun ekosistem dan jaringan kehidupan yang harmoni. Alam semesta diciptakan oleh Allah dalam kerangka membangun harmoni, namun sering kali kita merusak harmonitas itu sendiri, Walahu ‘alam bimuradihi,” papar Kamad mengakhiri kajiannya. (smn)
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.