Kisah Nauru, Negara Kaya yang Jatuh Miskin
Sejarah | 2022-01-28 23:48:35Nauru merupakan contoh terbaik sebagai negara yang pernah kaya raya, lalu jatuh miskin. Nauru pernah jadi negara paling kaya di dunia pada tahun 1980, kemudian masuk lima besar negara termiskin di dunia pada tahun 2017.
Nauru terletak di Mikronesia di Pasifik Tengah. Dengan 10.084 penduduk di daerah seluas 21 kilometer persegi. Setengahnya Sukabumi, Jawa Barat.
Penulis ingin membahas terlebih dahulu tentang bagaimana tajirnya negara satu ini. Nauru punya cadangan alam berupa fosfat yang begitu banyak. Jadi sebagian besar pendapatan negara tersebut murni dari jualan fosfat.
Mengutip balittanah.litbang.pertanian.go.id,
fosfat alam merupakan sumber pupuk fosfat (P) yang dapat digunakan sebagai bahan baku industri bahan kimia, produk makanan dan suplemen hewan, detergen, dan tidak ketinggalan untuk pembuatan pupuk P bagi pertanian. Hingga saat ini Industri pupuk menggunakan sekitar 90 persen fosfat alam yang diproduksi dunia.
Pada tahun 1975, negara tersebut menghasilkan sekitar dengan $2,5 miliar. Pendapat segitu, menjadikan Nauru sebagai negara dengan penghasilan tertinggi di dunia saat itu.
Sangking crazy rich Nauru, Pemerintah Nauru pun sangat peduli terhadap masyarakatnya. Adapun beberapa kebijakan yang pernah diterapkan yaitu, rakyat tidak perlu membayar pajak, perawatan kesehatan, perawatan gigi, transportasi bus, dan pendidikan gratis.
Tidak hanya itu, bagi penduduk Nauru yang memenuhi syarat, dapat masuk ke universitas di Australia secara gratis. Kemudian, yang paling mencengangkan semisal masyarakat sakit, tapi tidak ada alat medis, mereka langsung di terbangin oleh Pemerintah Nauru ke Australia.
Bahkan sangking kaya rayanya Nauru, setiap warganya memiliki mobil dan rumah mewah serta, pesawat pribadi. Gaya hidup mereka juga mewah ala kebarat-baratan.
Tapi hal yang tidak diinginkan terjadi pada tahun 1990 an. Cadangan fosfat negara Nauru menipis. Selama bertahun-tahun, penambangan fosfat yang luas menyebabkan hampir 80 persen lahan di Nauru tidak bisa dihuni, karena ditutupi dengan lahan-lahan pertambangan.
Alhasil, Nauru jadi panas, seperti efek rumah kaca, tapi di sana namanya efek oven Nauru. Lebih parah lagi, efek oven terjadi karena awan hujan tertiup angin panas yang naik dari bagian dalam pulau yang tandus dan berbatu hasil dari penambangan fosfat.
Nauru benar-benar bernasib apes, seperti kata pepatah, sudah jatuh ditimpa tangga. Di Nauru saat itu, selain cuaca yang semakin panas, uang pun semakin menipis.
Pemerintah Nauru berusaha untuk menghasilkan pendapatan non-fosfat tetapi akhirnya malah kehilangan banyak uang. Ada beberapa ide pemerintah yang tidak masuk akal tapi tetap dilaksanakan.
Berikut beberapa contoh ide yang tidak masuk akal itu. Pertama, Pemerintah Nauru mengadakan musical drama di London, dengan harapan profit. Akan tetapi, drama itu bisa dikatakan sangat buruk. Sehingga, banyak yang minta refund dan lain-lain. Nauru pun rugi sekitar $7juta.
Kedua, pemerintah membuat pelayanan sex call internasional, tapi mereka kembali rugi. Ketiga, penasihat keuangan Nauru menggelapkan uang sekitar $60juta. Keempat, Nauru selalu minta bantuan dari Australia.
Selanjutnya, kelima, penipuan investasi, Nauru rugi $30juta. Terakhir, Nauru buka bank bernama Shellbank, bebas dari persyaratan standar untuk mencatat transaksi besar. Alhasil, itu menjadi momentum bagi mafia datang ke Nauru.
Keadaan yang terjadi di Nauru saat itu disebut Downward Spiral, di mana keadaan buru makin memburuk. Pemerintah Nauru masih mencari cara agar negaranya dapat kembali berada diposisi semula.
Mereka menghalalkan segala cara, ada beberapa cara yang tidak etis mereka lakukan, Nauru mengatur harga tinggi untuk siapa saja yang mau meliput Nauru. Kemudian, Pemerintah Nauru meningkatkan biaya pengajuan visa media dari $200 menjadi $8.000, dan biaya tersebut tidak dapat dikembalikan bahkan jika permohonan ditolak.
Nauru dapat uang cukup banyak dari negara Abkhazia dan Ossetia. Karena kedua negara itu butuh pengakuan negara lain jika ingin merdeka. Pada tahun 2000, Presiden Nauru mencoba memeras $10 juta dari Departemen Keuangan Amerika Serikat. Tapi lagi-lagi Nauru gagal.
Alhasil, Nauru jatuh miskin. Banyak penduduk Nauru pindah ke Australia. Tapi mereka menjadi pengungsi. Untuk mencegah datangnya pengungsi ke Australia, orang-orang diperlakukan seperti penjahat dan ditahan di pusat-pusat penahanan di bawah kondisi yang mengerikan.
Sampai sekarang, pemasukan Nauru masih bergantung pada bantuan Australia. Setiap tahun hingga 2018, negara ini menerima bantuan sebesar sekitar $176 juta dari Australia, atau dua pertiga dari seluruh penerimaan Nauru.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.