Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Damay Ar-Rahman

Hantu Tangan Sebelah

Sastra | 2024-10-10 19:50:30
Foto: Canva

Joko, panggilannya. Siapa yang tak mengenalnya. Bahkan saat disebut dengan suara pelan di luar rumah, anginpun turut menyahut. Joko benar-benar akan membuat orang-orang berlari ketakutan mendengar namanya. Ia ditemukan tidak bernyawa dalam keadaan usus terurai. Dengar-dengar kematiannya disebabkan pembunuhan oleh Iblis yang marah padanya, karena tidak memberi tumbal. Ia memang sakti, tetapi bukan ilmu alam, melainkan atas kerjasama dengan makhluk yang akan abadi di dalam neraka itu. Setiap korban akan dibuntung tangannya dan dijadikan santapan untuk menambah kekuatan. Akibat dibulli oleh orang-orang kampung, membuat Joko gelap mata sehingga mengabdi pada Iblis. Sebuah cerita terdengar dari seorang anak berusia sepuluh tahun. Tepatnya, kisah mengerikan itu terjadi lima belas tahun yang lalu.

Suryo baru pulang mengaji. Saat ditanya ibunya mengapa pulang malam, ia menjawab sendalnya tertinggal di rumah pak Ustazd. Jadi, ia harus mengambilnya kembali. Tapi, emak tidak mudah percaya, ia tahu alasan itu adalah dibuat-buat. Lantas di kakinya itu sendal siapa, itu sangat mirip dengan sendal yang dipakainya saat tadi sebelum pergi. Emak semakin geram dengan tingkah laku Suryo yang tak pernah mendengar nasihatnya. Jika saja terjadi apa-apa Suryo baru tahu rasa.

Malam semakin terang dengan rembulan di sepertiga akhir. Suara Anging menggong-gong memenuhi area lokasi rumah Suryo. Ia tidur sendirian, sebab Maulana sedang berada di rumah paman. Karena rasa percaya diri yang tinggi, ia sok berani tidur sendiri tanpa membaca doa. Biasanya Maulana ikut turut menuntun adiknya lengkap membaca ayat kursi. Konon, roh Joko akan gentayangan mencari anak-anak yang tidak membaca doa. Tengah malam adalah aktivitas Joko yang ditandai dengan ketukan pintu selama tiga belas kali.

Suryo tidak sedikitpun merasa gelisah, ia merasa tenang dengan kesendirian. Sepi membuatnya bebas tanpa diperintah. Maulana sangat bawel baginya. Perut Joko tiba-tiba mules. Gara-gara makan sambel buatan Buk Tuti warung ayam bakar seberang rumah, perutnya sedari sore masih terasa sakit.

Suryo turun dari tempat tidurnya dengan memakai sendal jepit. Karena sendal sebelah kiri talinya putus, Suryo harus berjalan pincang agar segera sampai ke toilet. Saat membuka pintu, ruang tamu begitu sepi. Sambil berjalan pelan Suryo melihat pintu kamar emak terkunci rapat. Desir angin menerbangkan gorden jendela dekat vas bunga. Melihat jendela sedikit terbuka, Suryo merasa emaknya lupa mengunci. Untung tidak masuk maling. Untung saja jendela selesai dijerjak besi tiga Minggu yang lalu. Anak jangkung itu merasa emaknya sangat teledor. Padahal sesosok mata merah menyala sedang memperhatikannya dari balik pintu belakang. Suryo masih tenang berjalan menuju toilet. Ia tidak sadar jika bayangan dengan tangan buntung sebelah mengikutinya. Suara hentakan kaki terdengar sepintas ditelinga. Namun, ia masih biasa saja bahkan menoleh memastikan keyakinannya bahwa hal-hal menyeramkan memang tidak ada.

Untuk saat itu, Suryo merasa baik-baik saja. Tapi tidak, saat segelas air putih di atas meja terlihat sedang dihisap oleh sesuatu. Lalu, penutup makanan terbuka dengan sendirinya ayam dan ikan bakar seluruh isi badannya sedang digigit oleh sosok yang tak kasat mata. Lampu dapurpun mati. Pintu tiba-tiba terlepas dari Kosen. Angin begitu kencang sehingga membuat tali jemuran putus. Anak muda itu baru merasa takut. Ia memanggil kedua orangtuanya namun tidak didengar. Jokopun terpelanting karena kedua kakinya diseret menuju halaman rumah lama yang pemiliknya mati karena bunuh diri, yaitu "Joko". Esoknya, orang-orang berkemun di lapangan bola, membicarakan kejadian yang menimpa Joko.

"Barangsiapa yang tidak membaca doa dan berbohong akan diikuti si hantu tangan sebelah. Bisa-bisanya Suryo berani saat magrib main ke rumah lama itu. Mana ia berbohong." Ucap pak satpam dan lainnya pada mengangguk.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image