Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fahmi Al-hisyam

Pengaruh 'Daddy Issues' dan Dampaknya pada Psikologis Anak Laki-laki

Lainnnya | 2024-10-10 11:28:16

Mungkin istilah ‘Daddy Issues’ bukanlah hal yang asing lagi ditelinga para remaja sekarang, khususnya remaja Gen Z. Banyak sekali novel-novel atau cerita yang mengusung tema Daddy Issues, terutama cerita yang berasal dari aplikasi Wattpad. Saya yakin pasti remaja Gen Z pecinta Wattpad pernah sekali atau dua kali membaca cerita yang bertemakan Daddy Issues.

Sebenarnya, apa sih Daddy Issues itu? Jadi, untuk kalian yang belum tahu atau belum pernah mendengar istilah ini, Daddy Issues adalah efek psikologis yang dialami seseorang karena ketidakharmonisan hubungan dengan ayah mereka. Melalui laman yang pernah saya baca, Daddy Issues paling sering dialami oleh wanita, tapi, apakah benar demikian? Apakah hanya wanita atau anak perempuan saja yang bisa mengalami Daddy Issues? Apakah pria atau anak laki-laki tidak bisa mengalaminya? Pertanyaan-pertanyaan ini sering kali muncul dibenak saya. Maka dari itu, saya akan sedikit mengulas mengenai Daddy Issues pada anak laki-laki berdasarkan pengalaman saya.

Kita tahu bahwa anak laki-laki diharapkan menjadi sosok pemimpin di masa depan. Anak laki-laki harus bermental kuat, tahan banting, tidak cengeng, dan tuntutan lainnya. Disini, kehadiran sosok ayah sangat diperlukan untuk membentuk karakter-karakter tersebut pada diri anak lai-laki mereka. Seorang ayah akan mengajari anak laki-laki mereka mengenai hal apa saja yang seharusnya dilakukan oleh seorang pria. Nah, apa jadinya bila dalam proses pengajaran ini, sosok ayah tidak hadir dalam kehidupan anak atau terlalu menuntut dan cenderung kasar.

Setiap anak memiliki karakter yang berbeda-beda. Ada anak yang karakternya keras sejak lahir, ada juga yang karakternya lemah lembut, ada juga anak dengan karakter yang terlalu santai, dan masih banyak lagi karakter yang lain. Disinilah tantangan terbesar yang harus dihadapi oleh seorang ayah. Mereka harus memahami betul karakter anak mereka, supaya dapat memberikan pengajaran yang sesuai. Ketika seorang ayah tidak memahami betul karakter anak, maka akan berdampak sekali dengan psikologis dan kehidupan sosial mereka. Misal, jika seorang ayah terlalu keras pada anak dengan karakter yang lemah lembut, maka anak tersebut akan trauma dan lebih suka menyendiri. Tidak hanya itu, anak tersebut juga akan cenderung untuk memendam semua emosi dan masalah hidup mereka karena tidak tahu cara untuk mengekspresikannya. Apabila anak tersebut memendam semua emosinya, maka akan berakibat fatal bagi masa depan mereka kelak. Mereka jadi tidak mengerti, cara untuk mengekspresikan emosi dengan baik dan sesuai serta cenderung rentan terhadap semua permsalahan hidup yang ada.

Selain itu, anak tersebut akan haus dengan kasih sayang dari seorang ayah yang tulus. Mereka akan berusaha untuk mencari figur ayah dari semu laki-laki dewasa yang mereka temui. Karena rasa ‘haus’ tersebut, mengakibatkan perilaku anak jadi terlalu bergantung dengan semua pria yang mereka temui. Bisa saja, saat anak bertemu dengan pria dewasa yang mereka anggap ‘ideal’ untuk menjadi seorang ayah, mereka akan melakukan apapun demi bisa menjadi ‘anak yang baik’ bagi orang tersebut. Perilaku ini akan sangat berdampak bagi psikologis anak, karena mereka terlalu memikirkan orang lain tanpa pernah memikirkan mereka sendiri, atau nama lainnya adalah “people’s pleaser”. Selain itu, anak juga tidak bisa berkembang karena ketergantungannya pada orang lain.

Hal ini berakibat fatal bagi masa depan anak, yang akan membuat mereka jadi orang yang pesimis, takut mencoba hal baru, tidak bisa memutuskan sesuatu, tidak bisa mandiri, dan selalu membutuhkan validasi orang lain. Ditakutkan karena seluruh beban mental yang diterima anak sejak kecil, ditambah tidak ada arahan dari orang yang bisa dipercaya, mereka tidak akan menjadi sosok pemimpin atau sosok ayah yang baik dimasa depan kelak. Bisa saja mereka malah tidak tahu cara untuk bisa menjadi ayah yang baik dan bertanggung jawab karena sedari kecil tidak pernah mendapat ajaran atau contoh yang baik dari ayah mereka.

Fenomena seperti ini perlu untuk dikaji lebih lanjut. Ayah adalah panutan dari anak, khususnya bagi anak laki-laki. Seorang ayah sangat dibuthkan oleh anak laki-laki mereka karena berperan sebagai guru dalam mengajari konsep maskulinitas yang sehat. Anak memiliki karakter yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Jangan karena seorang anak memiliki kartakter yang lembut dan cenderung feminim, seorang ayah jadi terlalu kasar saat mendidik mereka. Pahami dulu karakter dan kapasitas mental anak lalu berikan pengajaran yang sesuai tanpa membebani mental anak.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image