Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Octavia Tria Ramadhani

Stop People Pleasing: Cara Bijak Mengutamakan Diri tanpa Rasa Bersalah

Edukasi | 2024-12-26 23:50:35

Apa itu People Pleasing ?

People pleasing adalah kecenderungan untuk menempatkan kebutuhan orang lain di atas kebutuhan diri sendiri demi mendapatkan persetujuan atau menghindari konflik. Sering kali, perilaku ini muncul karena rasa takut akan penolakan atau keinginan untuk diterima dalam kelompok sosial atau profesional. Walaupun bisa terjadi secara alami, people pleasing sering kali menjadi pola perilaku yang merugikan.

Dampak Negatif terhadap Kesehatan Mental

Stres dan Kecemasan yang Berlebihan

Orang yang selalu berusaha menyenangkan orang lain cenderung merasa stres karena mereka terus-menerus berusaha memenuhi harapan orang lain. Ini dapat menyebabkan kecemasan yang berkepanjangan, karena mereka takut gagal atau mengecewakan orang lain. Tekanan untuk selalu menyenangkan orang lain membuat mereka kurang fokus pada diri mereka sendiri dan lebih terfokus pada bagaimana orang lain melihat mereka.

Rasa Tidak Cukup atau Kurangnya Harga Diri

People pleasers sering kali mengaitkan harga diri mereka dengan seberapa banyak mereka bisa memberi kepada orang lain. Ketika mereka merasa tidak bisa memenuhi harapan orang lain, mereka merasa tidak berharga. Hal ini dapat memicu perasaan rendah diri dan ketidakpuasan dengan diri sendiri. Orang yang selalu berusaha menyenangkan orang lain sering merasa bahwa mereka harus "membuktikan" diri mereka untuk dihargai.

Kehilangan Identitas Diri

Saat seseorang terlalu fokus pada keinginan orang lain, mereka bisa kehilangan identitas diri mereka sendiri. Mereka mungkin tidak tahu lagi apa yang mereka inginkan atau butuhkan, karena kebiasaan untuk selalu menuruti permintaan orang lain. Hal ini dapat membuat mereka merasa bingung tentang tujuan hidup mereka dan kesulitan untuk membuat keputusan yang benar-benar mencerminkan siapa mereka sebenarnya.

Burnout atau Kelelahan Mental

People Pleasers sering merasa harus selalu ada untuk orang lain, bahkan jika itu mengorbankan kesehatan mental dan fisik mereka. Mereka mungkin mengabaikan kebutuhan diri mereka sendiri atau merasa bersalah saat mengambil waktu untuk diri mereka sendiri. Ini dapat menyebabkan burnout, suatu kondisi di mana seseorang merasa kelelahan yang ekstrem, baik fisik maupun emosional.

Bagaimana Cara Mengatasinya?

Mengenali Perilaku People Pleasing

Langkah pertama untuk mengatasi perilaku ini adalah menyadari kapan dan mengapa kita mulai berperilaku demikian. Dengan mengenali pola-pola ini, kita bisa mulai belajar untuk mengatakan "tidak" dan memprioritaskan kebutuhan diri sendiri.

Membangun Kepercayaan Diri

Meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri sangat penting untuk menghentikan perilaku people pleasing. Menyadari bahwa kita berharga tanpa harus selalu memenuhi harapan orang lain dapat membantu kita mengurangi kecenderungan untuk terus-menerus mencari persetujuan.

Belajar Mengatakan "Tidak"

Belajar untuk menolak permintaan yang tidak sesuai dengan kemampuan atau keinginan kita adalah keterampilan penting. Menyadari bahwa kita tidak harus memenuhi semua harapan orang lain akan memberi kita ruang untuk menjaga kesehatan mental.

Mencari Dukungan

Jika perilaku people pleasing sudah mengganggu kesehatan mental, mencari dukungan dari terapis atau kelompok dukungan bisa sangat bermanfaat. Terapis dapat membantu kita untuk mengeksplorasi akar dari perilaku ini dan mengembangkan strategi untuk mengatasinya.

Meskipun memiliki niat baik untuk menyenangkan orang lain adalah hal yang wajar, terlalu sering berfokus pada kepentingan orang lain bisa merugikan kesehatan mental kita. Dengan mengenali tanda-tanda people pleasing dan mengubah pola pikir serta perilaku tersebut, kita bisa menjaga keseimbangan antara memenuhi kebutuhan orang lain dan merawat diri kita sendiri. Pada akhirnya, hanya dengan mencintai diri sendiri, kita bisa lebih baik dalam memberikan yang terbaik kepada orang lain.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image