Pemerintah Giatkan Pemutaran Film G30SPKI di Sekolah-Sekolah
Sejarah | 2024-10-08 19:52:02Minggu lalu, tepatnya pada tanggal 30 September 2024 Pengurus Dewan Harian Cabang Badan Pembudayaan Kejuangan 45 (DHC-BPK '45) Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara melaksanakan "Kegiatan Nonton Bareng" dengan mengundang 20 sekolah untuk menyaksikan film dokumenter mengenai Pengkhianatan G30SPKI. Kegiatan ini diikuti oleh 100 orang siswa-siswi yang diutus oleh tiap SMA/SMK se Kota Pematangsiantar. Pemutaran film tentang Pengkhianatan G30SPKI memanglah sebuah agenda tahunan yang selalu diputar setiap akhir bulan September untuk mengingatkan kembali seberapa tragis peristiwa yang terjadi pada tanggal 30 September 1965 tersebut. Walaupun begitu, beberapa tahun belakangan ini pemutaran film dokumenter tersebut sudah semakin jarang terlihat. Namun, di tahun ini pemerintah sepertinya sangat giat mengadakan pemutaran film dokumenter Pengkhianatan G30SPKI. Apakah yang sebenarnya sedang diupayakan pemerintah?
Peristiwa pembantaian enam orang jenderal TNI dan satu orang Perwira TNI Angkatan Darat yang dianggap anti-komunis oleh anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) dilakukan pada saat dini hari, tanggal 1 Oktober 1965. Mereka dibunuh dalam upaya kudeta yang disalahkan kepada para pengawal istana (Cakrabirawa) yang dianggap loyal kepada PKI dan pada saat itu dipimpin oleh Letkol. Untung. Tujuh korban peristiwa G30SPKI tersebut adalah Letnan Jenderal TNI Ahmad Yani, Mayor Jenderal TNI Raden Suprapto, Mayor Jenderal TNI Mas Tirtodarmo Haryono, Mayor Jenderal TNI Siswondo Parman, Brigadir Jenderal TNI Donald Isaac Panjaitan, Brigadir Jenderal TNI Sutoyo Siswomiharjo, dan Letnan Satu Pierre Andreas Tendean yang merupakan ajudan Jenderal Abdul Harris Nasution yang tewas karena ia dikira Jenderal Nasution.
Setelah peristiwa itu, pemerintah melarang keras segala sesuatu yang berkaitan dengan paham komunisme di Indonesia. Sebagian masyarakat juga mendapatkan anggapan bahwa komunisme merupakan paham yang jahat dan anti-agama. Beberapa bulan setelah peristiwa ini, seluruh anggota, pendukung, orang-orang yang diduga sebagai simpatisan PKI, seluruh partai kelas buruh yang diketahui, dan ratusan ribu pekerja serta petani Indonesia yang terkait dimasukkan ke kamp tahanan untuk disiksa dan diinterogasi, bahkan ada yang dibunuh. Jumlah orang yang dibantai belum diketahui secara pasti. Namun, perkiraan konservatif menyebutkan 500.000 orang, sementara perkiraan lain menyebut dua sampai tiga juta orang.
Sementara itu, dampak dari perkembangan IPTEK yang sangat cepat membuat orang-orang semakin mudah mendapatkan informasi. Muncul berbagai teori mengenai tragedi G30SPKI yang tidak hanya tertuang dalam buku, tetapi tersebar luas di internet. Selain itu, teknologi yang terus berkembang mengubah fokus masyarakat yang pada akhirnya semakin melupakan sejarah bangsa.
Hal inilah yang menjadi pusat perhatian pemerintah, karena masyarakat, khususnya generasi muda sudah mulai tak acuh terhadap peristiwa-peristiwa penting yang pernah terjadi di negara ini.Walaupun Film Dokumenter Pengkhianatan G30SPKI selalu ditayangkan setiap tahun di akhir bulan September, dampak yang diberikan masih belum efektif. Sehingga, pemerintah berupaya untuk menarik kembali perhatian masyarakat dan generasi muda secara spesifik dengan mengundang tiap-tiap sekolah untuk menghadiri pemutaran film dokumenter tersebut.
"Programnya bagus, tapi pelaksanaannya gak sebanding," ujar William, seorang siswa SMA di Pematangsiantar (4/10/2024). William merupakan salah satu dari 100 orang siswa/i yang diundang untuk menghadiri "Kegiatan Nonton Bareng" tersebut. William berpendapat bahwa pelaksanaannya tidak sesuai dengan ambisi pihak penyelenggara. William juga mengatakan bahwa kegiatan ini dipersiapkan selama dua minggu, akan tetapi terlihat seperti kegiatan yang dipersiapkan secara terburu-buru dalam dua hari, berdasarkan pelaksanaan kegiatan yang ia hadiri.
Berdasarkan beberapa laporan, pelaksanaan kegiatan pemutaran film itu "ngaret" karena film baru ditayangkan setelah mereka menunggu selama hampir dua jam. Dengan adanya program pemerintah untuk semakin melekatkan ideologi Pancasila dan mengingatkan generasi muda akan peristiwa-peristiwa penting yang pernah terjadi di Indonesia, diharapkan dapat berjalan dengan baik dan memberi dampak yang signifikan. Meskipun demikian, penting bagi pemerintah untuk mengeksekusi dan melakukan pelaksanaan kegiatan secara optimal, sehingga program tersebut tidak hanya sebagai formalitas, tetapi memberi kesan positif bagi masyarakat.
Pada akhirnya, pemahaman dan kepedulian masyarakat terhadap kekuatan ideologi Pancasila harus semakin ditumbuh kembangkan. Agar nantinya tidak menimbulkan perpecahan dan pemberontakan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.