Perjalanan di Ruang Waktu, Catatan Harianku
Sastra | 2024-10-08 06:15:06Negeri antah berantah
Serasa di atas angin, berjumawa
Begitulah yang selalu disuarakan, digembar-gemborkan
Ke seantero jagat
Tebetiklah dalam suatu tamsil
Bila suatu bangsa ingin berkuasa atas bangsa lain
Maka berposisilah pada suatu ketinggian
Yakni, kuasailah sains dan teknologi setinggi-tingginya
Begitulah dalil yang dinukil dan disentil
Namun parahnya, alih-alih tentang penguasaan sains dan teknologi Justru hanya sikap tinggi hatilah yang terjadi
Sains, sesunggguhnya adalah pengetahuan tentang suatu bidang
Yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu
Yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu
Atau, pengetahuan dan kepandaian tentang soal duniawi, akhirat, lahir maupun batin
Begitulah makna leksikalnya
Tentu akan menjadi beda
Manakala masuk ke dalam makna gramatikal dan kontekstual
Nah, mari dirinci secara detil agar menjadi gamblang, simpel nan sederhana
Agar dapat dimengerti dan dipahami oleh umum ataupun awam
Tanpa harus berkutat di kubangan istilah yang ndakik-ndakik
Yang hanya menjadi konsumsi para elit, yang sudah mapan
Dan yang bertengger hidup di puncak menara gading
Jikalau ilmu lebih berkonotasi pada persoalan objektif ilmiah dan universal
Berdasarkan kenyataan alam yang apa adanya
Maka setidak-tidaknya memuat syarat keilmuannya
Yakni, metodologi, sistematika, analitika, objektif, dan universal
Artinya, disebut ilmu dan ilmiah
Adalah apabila terjadi klopnya antara gagasan dengan kenyataan
Yang berarti pula, terbukti dan dapat dibuktikan
Klop!
Oleh karenanya, sebuah teori, konsep, ide atau gagasan, hanya akan menjadi nyata objektif ilmiah dan universal
Atau terbukti menjadi klop, apabila ditarik ke arah praktik
Dan dipraktikkan agar bisa disebut ilmiah
Sebagai akibat telah dibuktian dalam proses pembuktian
Yang sistematis dan melalui sebuah penjajakan gagasan ke dalam kenyataan
Bila tidak dikonfrontir ke dalam praktik, maka jangan tersinggung bila ada yang mem-bully
Dengan celoteh, "Ah, hanya teori melulu!"
Atau dijastifikasi dengan sebutan, "Hanya sebagai ahli teori atau ahli kitab! Texbook only!”
Sehingga sebuah ilmu yang konon katanya adalah demi misi
Dalam menjawab problem sosial budaya dan peradaban manusia
Agar terjadi tatanan hidup dan kehidupan yang ideal, harmonis, adil, seimbang nan sempurna
Nyatanya hanya akan di awang-awang belaka
Bila tak dibarengi dengan gerak tindak nyata yang konkret
Dengan kata lain, mau menunjukkan tentang ilmu yang objektif ilmiah dan universal
Tidaklah bisa dilakukan hanya dengan duduk di belakang meja
Atau duduk bersila menatap rumus-rumus teori dan konsep
Tanpa didukung oleh praktik uji lapang
Sebab apa?
Dari mana akan diketahui tepat dan tidaknya sebuah teori atau konsepsi Bila tak dilakukan praktik uji lapang?
Selanjutnya, bicara tentang ilmu yang objektif ilmiah
Maka yang semustinya disadari oleh manusia adalah
Bahwa tak ada satupun manusia yang berkemampuan menciptakan ilmu Ilmu itu berasal dari Tuhan Maha Pencipta segala
Yang diajarkan kepada manusia melalui isyarat alam
Melalui kejadian-kejadian dari pasti alam sekitar
Yang mengitari manusia sebagai contoh nyata
Kemudian ditangkap oleh manusia melalui inderanya
Sehingga terkonsepsilah di alam pikiran manusia
Yang akan digunakan untuk memperlakuan sesuatu
Termasuk memperlakukan dirinya sendiri
Saksikan saja betapa kaum praktisi di level dan di bidang apapun
Tanpa sentuhan akademis, nyatanya lebih banyak menghasilkan teknologi, budaya
Dan wajah peradaban yang tinggi
Bila dibandingkan dengan yang hanya duduk di belakang meja atau duduk bersila
Bergelut dengan literatur yang beirisi rumusan dan teori
Tanpa melakukan sebuah praktik guna mendapatkan pembuktian
Agar bisa disebut klop, seimbang nan sempurna
Sebagai teori atau konsepsi yang handal dan teruji
Itulah yang bernama objektif ilmiah dan universal
Persoalannya hanya, manakah ilmu terapan yang beradab dengan yang biiadab?
Inilah yang arahnya tentang yang didukung oleh norma, aturan, adab budaya kebaikan
Dan kejahatan ketika diaktualisasikan
Di sinilah akan bertalian dengan hukum yang berkeadilan, berhikmat kebijaksanaan
Hukumpun, sudah sepantasnya disebut yang paling ideal
Adalah hukum yang diadopsi dari alam semesta
Yang identik dengan hukum Tuhan
Bukan hukum hasil intuisi manusia
Yang sarat dengan subjekktivisme ...
Seonggok kata sederhana
Kusampaikan kepadamu
Tanpa syak wasangka apa-apa
Hanya demi tegaknya nilai-nilai kebajikan universal
Bagi kita semua
Ilmuwan itu sudah seharusnya berkarya nyata
Penuntut ilmu itu sudah selayaknya termotivasi sebagai penyuluh kebenaran
Penyimak ilmu itu siap membuka mata, telinga serta alam pikiran
Dan yang cinta akan ilmu itu pasti cinta akan hakikat kebenaran
Tak lekang dan tak lapuk oleh terik panas dan guyuran hujan
Begitukah, kawan?
*****
Kota Malang, Oktober di hari kedelapan, Dua Ribu Dua Puluh Empat.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.