Siapakah Nabi Jirjis? Part 1
Sejarah | 2024-10-03 09:03:48
Nabi yang wajib diketahui dan diyakini oleh orang Islam berjumlah 25 Nabi. Namun, walaupun Nabi yang wajib diketahui hanya 25, tetapi jumlah seluruh nabi yang ada sepanjang masa lebih dari itu. Dalam kitab Qatru al-Ghaits karya Syekh Nawawi al-Banteni disebutkan bahwa jumlah seluruh nabi adalah 124.000 termasuk nabi yang akan dibahas dalam artikel ini.
Para ahli sejarah, seperti Wahb bin Munabbih (seorang pemuka tabi'in dan ahli sejarah) dan ad-Dhahak, menyebutkan bahwa Nabi Jirjis hidup pada masa fatrah antara Nabi Isa bin Maryam dan Nabi Muhammad ﷺ.
Beliau merupakan salah satu murid hawariyun (pengikut Nabi Isa) dan tinggal di Mosul, Irak. Hal ini didasarkan pada sebuah bangunan masjid bersejarah yang dibangun pada abad ke-14 di Mosul, yang sengaja didirikan untuk menghormati Nabi Jirjis. Namun, masjid tersebut dihancurkan oleh ISIS dalam suatu serangan pada Juni 2014.
Nabi Jirjis terkenal dengan kesalehan dan kedermawanannya, tetapi beliau harus merahasiakan dan menyimpan keimanannya karena daerah tempat tinggal beliau dikuasai oleh raja kafir yang menyuruh rakyatnya untuk keluar dari agama Nabi Ibrahim dan menyembah berhala.
Mosul (tempat tinggal Nabi Jirjis) saat itu dipimpin oleh raja tiran dan diktator yang bernama Dadzanah. Dalam riwayat lain, namanya Dadziyanah. Dia menguasai berbagai daerah dari Syam hingga Mesir. Dia adalah penyembah berhala dan memaksa seluruh rakyatnya untuk menyembah berhala dan keluar dari agama Nabi Ibrahim.
Bagi mereka yang enggan melakukan perintahnya akan disiksa dengan berbagai macam siksaan seperti dimasukkan ke dalam kobaran api yang besar, dikelupas dagingnya, dan dilubangi kepalanya kemudian dituangi kuningan yang meleleh.
Mengetahui hal itu, Nabi Jirjis geram dan tak tahan untuk menghentikanya aksi Dadzanah. Beliau berangkat ke istana untuk menemui langsung sang raja. Sesampainya di sana, beliau melihat sang raja duduk di atas singgasana ditemani oleh dua perdana menteri yang ada di sebelah kanan dan kiri raja, yang kanan bernama Thoraglita dan Majlantis di sebelah kiri.
Di antara protokol tetap raja, ketika ada orang duduk di hadapannya, Dazdanah akan memaksa orang itu untuk keluar dari agama Nabi Ibrahim, memerintahkan untuk bersujud kepada berhalanya yang bernama Avalon, dan menyiksa orang yang berani menentang perintah itu.
Ketika Nabi Jirjis berada di hadapan raja, beliau langsung menolak mentah-mentah perintahnya dan mengatakan:
“Wahai raja, dengarkanlah aku! Aku akan menasihatimu. Jangan marah sebelum engkau mamahami ucapanku. Setelah itu, terserah engkau. Lakukanlah apa pun yang engkau inginkan.”
Sang raja diam dan mau untuk mendengarkan nasihat Nabi Jirjis. Lalu Nabi Jirjis melanjutkan perkataannya:
“Ketahuilah bahwa engkau adalah seorang hamba yang dimiliki. Engkau memiliki Tuhan yang menciptakan langit dan bumi serta isinya. Dia menciptakanmu dan memberimu rezeki. Begitu juga semua mahkluk. Patung yang engkau buat dan berdirikan itu, lalu kau anggap sebagai Tuhan, itu bukan Tuhan melainkan hanya batu yang dipahat. Dia tidak bisa mendengar, melihat, dan tidak bisa memberi manfaat kepadamu, bahkan kepada dirinya sendiri karena batu tidak bisa melakukan apa apa. Terimalah nasihatku. Buang berhala itu. Sembahlah Tuhan yang menciptakanmu. Sesungguhnya Allah ﷻ ﷻ Maha Penolong.”
Mendengar hal itu sang raja marah dan berkata: “Memangnya siapa engkau? Berani sekali engkau menghina Tuhanku!”
Nabi Jirjis menjawab:
“Aku adalah salah satu hamba Allah ﷻ, Dialah yang menciptakanku dari tanah dan akan mengembalikanku ke tanah dan dialah yang memberiku rezeki. Tujuan sebenarnya aku datang ke sini adalah untuk mencari perlindungan kepadamu dari orang-orang yang zalim. Akan tetapi, setelah aku mendatangimu, aku melihatmu menyembah selain Allah ﷻ, menyiksa orang-orang yang tidak bersalah, dan engkau menjauhkan mereka dari agama Allah ﷻ. Ingat, engkau akan mati, kemudian engkau dihidupkan lagi oleh Allah ﷻ untuk dihisab dan diberi balasan.”
Raja Dazdanah murka:
“Engkau harus dihukum, karena telah menghina agamaku dan menentang perintahku. Tetapi, aku tidak akan menghukummu sekarang. Aku akan memberimu kesempatan untuk memikirkan tawaranku dan aku akan memberimu nasihat sebagaimana engkau memberiku nasihat. Mari, ikutilah aku! Aku akan mengajakmu berkeliling istanaku ini. Engkau akan melihat kemegahan, keindahan, dan kebahagiaan di dalam istana ini.”
Akhirnya sang raja berdiri dari singgasana dan berjalan bersama Nabi Jirjis menuju tempat berhala yang ada di dalam istana. Di tengah perjalanan, sang raja berkata kepada Nabi Jirjis:
“Menurutku engkau tertipu oleh Tuhanmu. Engkau menyembah Tuhan yang Maha Agung. Namun, aku tidak melihat perubahan apap un dalam dirimu. Seandainya Tuhanmu sebagaimana yang engkau katakan, sudah pasti engkau adalah manusia yang paling agung dan hartamu paling banyak. Tetapi, aku melihatmu hina.”
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
