Kriminalitas Berulang di Kalangan Generasi Muda, Islam Solusi Paripurna
Politik | 2024-09-30 09:53:27Oleh Ranti Nuarita, S.Sos.
Aktivis Muslimah
Makin hari kriminalitas yang melibatkan pemuda, termasuk aksi tawuran makin marak terjadi. Aksi kekerasan ini tidak hanya berulang, tetapi juga makin brutal dan mengerikan. Meski berbagai upaya penegakan hukum telah dilakukan, fenomena ini kian mengkhawatirkan.
Mengutip dari rri.co.id, Minggu (22/9/2024) Baru-baru ini aparat kepolisian wilayah Polsek Cidaun, Cianjur melakukan tindakan tegas sebagai bentuk tindak lanjut dari laporan masyarakat terkait adanya kelompok geng motor, yang diduga hendak melakukan tawuran.
Menurut informasi, diketahui polisi mengamankan beberapa pelaku yang masih berusia remaja, sekaligus berhasil mengamankan sejumlah barang bukti dari tangan para pelaku seperti satu bilah pisau, satu bilah golok, juga kendaraan roda dua.
Tidak hanya di Cianjur Jawa Barat, maraknya tawuran juga terjadi di wilayah lainnya seperti di Medan, polisi menangkap satu orang anggota geng motor saat hendak melakukan tawuran tepatnya di Jalan Durung, Kelurahan Terjun.
Miris, mungkin itulah satu kata yang menggambarkan problematika generasi hari ini. Sungguh betapa banyak perilaku generasi yang sama sekali tidak mencerminkan generasi terpelajar. Bahkan kejadian tawuran di beberapa wilayah di Indonesia yang terus terjadi harusnya menjadi perhatian semua pihak di negeri ini.
Faktor Pemicu
Masalah ini tentunya tidak bisa dipandang sebelah mata karena pada faktanya ada banyak faktor pemicu maraknya kenakalan remaja yang mengarah pada tindakan kriminalitas hari ini. Mulai dari lemahnya kontrol diri, krisis identitas, disfungsi keluarga, dan tekanan hidup dalam hal ini ekonomi, lingkungan rusak, termasuk pengaruh media, kegagalan pendidikan, lemahnya hukum juga penegakannya, yang akhirnya menjadikan masalah ini terus berulang bahkan lebih buruk dari waktu ke waktu.
Buah dari Sistem Sekuler Kapitalis
Bukan tanpa alasan, karena jika digali lebih dalam, akar masalah dari setiap masalah yang terjadi adalah buah penerapan sistem sekuler kapitalis, sistem yang jelas-jelas tidak memanusiakan manusia, merusak pemikiran juga budaya, yang di mana asas utamanya adalah menjauhkan agama dari kehidupan.
Jika kita memperhatikan kondisi para generasi yang gemar tawuran, tentunya ini menjadi pertanyaan, mau dibawa ke mana bangsa kita di masa depan? Bukankah negeri ini punya cita-cita 2045 melahirkan generasi emas? Namun, pada faktanya justru banyak perilaku generasi malah membuat kita makin hari makin cemas.
Bahkan lebih buruk dari itu, sekularisme kapitalisme menjadikan negara abai terhadap tugas membentuk generasi berperadaban mulia, malah menyia-nyiakan potensi besar pemudanya. Tidak cukup sampai situ, sanksi yang diberikan kepada para pelaku pun tidak menjerakan.
Misalnya saja, meskipun sudah berbuat hal yang menjurus pada kriminalitas bahkan melukai orang lain, hukum yang ada tidak dapat berlaku tegas. Kebanyakan para pelakunya hanya diberikan pembinaan saja, hingga akhirnya lantas dibebaskan kembali.
Sungguh, dengan aturan yang ada hari ini, peristiwa tawuran juga kejahatan generasi pemuda lainnya akan terus terjadi tanpa henti. Ironisnya yang menjadi korban bukan hanya para pelaku tawuran, tetapi juga orang-orang yang tidak bersalah. Tidakkah hal ini menjadi refleksi untuk kita berpikir ulang tentang kelayakan sekualrisme kapitalisme untuk menyelesaikan setiap aspek persoalan kehidupan kita?
Inilah fakta kesekian dari sistem sekularisme kapitalisme, bukan sekadar gagal menyelesaikan masalah, tetapi justru menjadi biang kerusakan di muka bumi. Alhasil, pemuda tidak mampu berdiri tegak sebagai penopang negara, tetapi menjadi penghancur kedaulatan dari dalam.
Islam Solusi Paripurna
Berbeda dengan sekularisme kapitalisme, Islam memiliki konsep yang jelas juga tegas dalam menyelesaikan masalah kriminalitas pada generasi. Dalam hal ini, yang paling mendasar dalam sistem Islam ialah menjadikan akidah Islam sebagai dasar negara. Sehingga, nantinya seluruh aturan kehidupan akan tegak berdasarkan asas keimanan.
Konsep inilah yang menjadikan setiap perilaku warga negara, termasuk generasi muda, akan senantiasa terikat dengan pemahaman Islam. Setiap individu akan paham bahwa kelak Allah Swt. akan menghisab setiap amal perbuatan manusia, sehingga tidak akan ada yang bisa berbuat seenaknya dalam kehidupannya.
Negara yang menerapkan sistem Islam dalam segala aspek kehidupan akan membentuk kepribadian generasi melalui sistem pendidikan Islam. Agama Islam tidak hanya sekadar diajarkan di sekolah, tetapi juga menjadi spirit dalam pendidikan.
Islam memiliki sistem pendidikan yang akan menghasilkan generasi berkepribadian mulia, yang tentunya mampu mencegah generasi menjadi pelaku kriminalitas. Dengan sistem pendidikan Islam, akan lahir output berupa para pemuda yang tidak hanya bervisi akhirat, tetapi juga pandai dalam ilmu pengetahuan juga teknologi.
Generasi muda dalam sistem Islam sangat paham bahwa hakikat hidup seorang muslim adalah hamba Allah Swt. yang memiliki kewajiban untuk mewujudkan ketaatan juga ketakwaan kepada-Nya. Maka, pemahaman ini yang menjadikannya otomatis membaktikan hidupnya di jalan Islam dan berkontribusi untuk kejayaan Islam.
Ini merupakan perwujudan dari hadis Rasulullah saw. di mana beliau bersabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allah dalam naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan, kecuali naungan-Nya, yakni imam yang adil, seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allah, .” (HR Bukhari)
Belum cukup sampai di situ, negara yang menerapkan sistem Islam akan membangun sistem yang dapat menguatkan fungsi keluarga dengan menerapkan aturan yang menjamin kesejahteraan dan sistem lain yang mendukung untuk menguatkan fungsi kontrol masyarakat. Di mana masyarakat dalam Islam paham betul bahwa lingkungan adalah tempat untuk satu sama lain beramar makruf nahi mungkar.
Negara yang menerapkan sistem Islam juga menyiapkan kurikulum pendidikan sesuai akidah Islam dalam keluarga, sehingga terwujud keluarga harmonis yang senantiasa memberikan lingkungan kondusif bagi anak-anak yang tumbuh di dalam keluarga juga memberikan pengaruh yang positif kepada lingkungannya.
Negara pun akan mengontrol setiap tayangan media, di mana media dalam Islam akan menjadi alat konstruktif yang bertujuan memelihara identitas keislaman warga negaranya, sekaligus untuk sarana dakwah yang menampilkan kemampuan juga kekuatan Islam. Peran strategis lainnya ialah demi perubahan sosial, kultural, juga untuk mengukuhkan masyarakat dalam memegang syariat.
Selain itu, Islam juga memiliki sistem sanksi yang efektif, di mana setiap orang yang sudah balig harus mempertanggungjawabkan segala perbuatannya di hadapan syariat. Jika terbukti melakukan tindakan kriminal maka secara otomatis ia harus dihukum sesuai jenis pelanggaran yang dilakukan. Jika melukai hingga membunuh orang, akan diberi sanksi kisas yang tentunya akan mendatangkan efek jera bagi pelaku, dan mencegah agar hal yang sama tidak terulang.
Demikianlah cara sistem Islam dalam menyolusikan masalah kriminalitas pada generasi. Maka, jika ingin masalah generasi dapat tersolusikan dengan paripurna, saatnya kembali kepada sistem Islam yang sempurna.
Wallahualam bissawab.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.