Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Munawar Khalil N

Buta Aksara Alquran

Agama | Sunday, 23 Jan 2022, 22:05 WIB

Survei Dewan Masjid Indonesia (DMI) menemukan bahwa 65% masyarakat muslim di Indonesia tidak bisa mengaji. Fakta ini diungkap oleh Wakil Ketua DMI Komjen (Purn) Syafruddin baru-baru ini. Sebagai seorang muslim, saya pribadi merasa ini sangat menyedihkan. Bagaimana tidak, negara dengan penduduk mayoritas muslim terbesar di dunia justru lebih dari setengahnya buta aksara Alquran.

Padahal masjid ribuan jumlah tersebar di seluruh penjuru negeri. Madrasah dan pesantren menjamur. Belum lagi sekolah-sekolah negeri tentu punya mata pelajaran Agama Islam. Di era digital sekarang ini, belajar mandiri juga sangat dimungkinkan. Orang bisa belajar apa saja dari internet termasuk belajar baca Alquran. Ambil contoh Youtuber Fiki Naki bisa mahir berbagai macam bahasa hanya dari internet.

Menurut saya, peran keluarga dalam mengakrabkan dengan Alquran sangat penting. Kita patut bersyukur dalam beberapa tahun belakangan ada semangat yang kuat dari para orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke pesantren. Pesantren pun saat ini juga tidak identik keterbelakangan. Akan tetapi, bagaimana jika justru orang tua yang tidak tahu membaca Alquran? Bagaimana mendorong anak untuk mau dan mampu membaca Alquran jika orang tuanya tidak memberi teladan yang baik.

Karena itu, di era sekarang teknologi informasi sangat memudahkan bagi siapapun untuk belajar apapun. Bagi orang tua atau siapapun yang mungkin malu untuk belajar langsung ke guru ngaji, manfaatkan ponsel dan internet yang kita punya untuk belajar secara online. Jika tidak puas dengan model satu arah, kita bisa mencari kursus belajar mengaji secara online yang memungkinkan untuk interaktif dengan guru.

Namun yang perlu menjadi catatan adalah, harus selektif dalam memilih kepada siapa kita belajar. Sekarang ini, informasi dengan mudah diperoleh. Literasi informasi penting untuk kita pahami agar dalam penelusuran di rimba internet kita tidak tersesat. Kemudahan mengakses informasi melalui google, memungkinkan kita melakukan check and recheck terhadap narasumber yang kita pilih.

Karena ini era banjir informasi, kita harus fokus kepada tujuan apa yang ingin dicapai. Jika ingin belajar membaca Alquran, maka informasi-informasi lain yang mungkin relevan atau tidak dikesampingkan terlebih dahulu. Fokus ke pengetahuan yang ada, sehingga kita tidak terombang-ambing di tengah gelombang informasi.

Membaca Alquran memang tidak menarik bagi mereka yang hanya melihat keuntungan ekonomis dari suatu hal. Bisa membaca Alquran tidak membuat kaya. Apalagi jika sudah tenggelam dengan kesibukan duniawi, seolah-olah akan hidup selamanya. Maka hanya penyesalan yang tertinggal manakala hidup sudah di ujung tanduk.

Karena itu, kesadaran akan pentingnya membaca Alquran terus digaungkan berbagai pihak baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Gerakan pengentasan buta aksara Alquran terus bergulir. Ada banyak pencetakan buku Alquran, majelis-majelis taklim dan rumah tahfiz didirikan, masyarakat yang peduli dengan isu ini melakukan gerakan di media sosial.

Semua aktifitas tersebut harus kita dukung agar setiap muslim mampu membaca Alquran dengan baik. Tidak hanya itu, kemampuan memahami isi kandungan Alquran juga sangat penting agar Kitab Suci ini tidak sekadar dibaca, tapi dipahami, lalu diamalkan dalam kehidupan keseharian kita.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image