Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Indar Cahyanto

Ketika Ruang Kelas Kembali Bersenandung

Eduaksi | 2022-01-23 21:12:11

Awal Ajaran 2021-2022 pada semester genap sekolah kembali di buka secara full di kategori daerah dengan level 1 dan 2 PPKM seluruh Indonesia. Ada harapan yang di bangun setelah sekian lama belajar secara daring ketika pandemik Covid-19 mewabah di seluruh penjuru nusantara. Harapan baru dalam pembelajaran era new normal peserta didik dapat bertemu secara luring bersama dalam kelas dengan gurunya.

Ruang kelas yang dua tahun kosong tak berpenghuni dimana suara-suara peserta didik belajar bersama dengan teman dan gurunya hilang diganti dengan suasana daring belajar dengan menggunakan media zoom atau sejenisnya. Sunyi senyap yang ada tumpukan bangku dan meja berjejer rapi Nampak tak ada suasana pembelajaran dalam kelas.

Ketika keluar Surat keputusan bersama 4 menteri yang menerangkan bahwa proses pembelajaran secara full dilakukan dalam kelas menghadirkan anak secara keseluruhan dating ke sekolah di daerah yang menerapkan PPKM level 1 dan 2 di seluruh Indonesia. Penerapan pembelajaran secara menyeluruh dengan pengaturan protokol kesehatan sebagai syarat di bukannya pembelajaran luring di dalam kelas dihadiri siswa secara penuh.

Ruang-ruang kelas itu kembali bersenandung dengan suara merdu dari peserta didik dan gurunya. Beragam interaksi kegiatan belajar mengajar mewarnai gerak dan giat kehidupan di awal tahun 2022. Kelas luring kembali hidup tanpa dibatasi oleh kendala jaringan seperti ketika daring. Suara gaduh pun mencul kembali seperti sedia kala sebelum adanya pandemic.

Pandemi Covid-19 memang memberikan pembatasan untuk bergerak dan melakukan giat secara bersama dalam satu waktu. Tapi pandemi memiliki pembelajaran untuk kita agar senantiasa menjaga kesehatan dan tak melanggar protocol kesehatan. Pembelajaran kehidupan agar kita selalu bersinergi kepada alam dan Sang Pencipta untuk selalu bersyukur dan berbaik sangka atas apa yang sudah menjadi ketetapanNya.

Proses pembelajaran dalam rangka membangun kualitas diri menjadi seorang yang bermanfaat bagi orang banyak dan tentunya bagi dirinya sendiri Ruang-ruang daring ketika awal pandemi Covid-19 sedang merebak adalah bagian dari rasa penyadaran diri bahwa sesungguhnya kita perlu banyak belajar untuk menata hidup dari Sang Maha Pemberi Kehidupan Allah SWT. Kita disadarkan bahwa sesungguhnya kita manusia sebagai mahkluk yang lemah dan tak berdaya dihadapan Allah SWT.

Ruang-ruang kelas daring yang terbatas walapun dengan pernak-pernik konten pengembangan teknologi dan informasi yng serba canggih. Masih terdapat simbol-simbol yang kaku dalam berinteraksi dan melakukan giat dalam kehidupan. Kaku karena kita tak bisa memandang secara lebih luas dan berinteraksi secara sempurna dan hakiki.

Membangun suasana belajar dengan semangat membersamai ilmu pengetahuan dengan membuka ruang-ruang baru berbagai ragam diskusi dan wacana keilmuan. Sebagai parameter terbukanya pola berfikir dalam mengembangkan kreatifitas pembelajaran. Pada sisi lain membuka inspirasi untuk berliterasi secara mendalam.

Dalam surat Al Alaq ayat 1-5 Allah SWT berfirman "Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qalam (pena). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya."

Perintah Allah itu disampaikan scara tegas “bacalah dengan menyebut nama Robbmu”. Artiya setiap manusia dalam gerak kehidupan di dunia ini berproses dari "baca". Dan Surat Al Alaq termasuk kelompok Makkiyah yang menegaskan bahwa Nabi Muhammad SAW diperintahkan oleh Allah untuk membaca yang dibarengi dengan kekuatan Allah bersama manusia dan penjelasan sebagai sifat-sifat-Nya.

Dikala ruang kelas itu kembali ke luring atau bertatap muka secara langsung maka proses pembelajaran dengan literasi atau membaca kembali di gerakkan secara komprehensif dan menyeluruh. Maka ruang-ruang kelas itu dapat menciptakan aura berfikir secara positif dan berkemajuan. Dan tumbuhnya kreatifitas yang dikembangkan secara nalar keilmuan dan terbinanya hubungan kolaboratif sesame peserta didik.

Membuka ruang kelas yang rame dengan kreatifitas butuh kejelian dari para guru dan pendidik agar tercipta suasana kebermaknaan. Kreatifitas dengan beragam ide yang perlu di bangun ke peserta didik agar suasana kelas tidak mati dalam kegiatan belajar mengajar. Ketika daring tercipta inovasi pembelajaran dengan ragam teknologi maka dengan kembali luring maka inovasi pembelajaran pun beragaman dengan penguatan teknologi.

Proses pembelajaran yang bermakna dan berpusat kepada peserta didik memberikan arti bahwa peran peserta didik dalam pengembangan karakter dirinya lebih dominan dan dioptimalkan. Penguatan ragam metoda pembelajaran yang dijalankan oleh seorang guru dalam rancangan program pembelajaran harus sesuai karakteristik peserta didik. Dan sesuai dengan kompetensi dasar yang akan diajarkan kepada peserta didik di dalam kelas.

Menggerakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan perkembangan zaman dan penguasaan teknologi pada abad ke -21. Proses Pembelajaran abad ke -21 dengan pendekatan berbasis proyek dan pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang ideal untuk memenuhi tujuan pendidikan abad ke-21, karena melibatkan prinsip 4C yaitu critical thinking, communication, collaboration dan creativity (berpikir kritis, komunikasi, kolaborasi dan kreativitas).

Pembelajaran abad ke -21 dimana peran guru sebagai fasilitator berupaya membantu mengaitkan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa dengan informasi dan pengetahuan baru yang di dapat sebelumnya, dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan cara dan gaya belajarnya masing-masing, serta mendorong siswa untuk bertanggung jawab atas proses belajar yang dilakukannya. Guru juga berperan sebagai pembimbing, yang berupaya membantu siswa ketika menemukan kesulitan dalam proses mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya.

Ruang-ruang kelas secara luring pada masa era new normal tak boleh sepi dengan aktifitas ragam pembelajaran peserta didik. Proses pembelajaran tetap tak boleh melanggar protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah. Apalagi pembelajaran yang dihadapi pada masa era new normal berkaitan erat dengan pembelajaran era abad ke -21. Pengusaan dan pemanfaatan teknologi dan informasi sangat penting bagi pesrta didik.

Siti Zubaidah menjelaskan dalam makalahnnya pokok pembelajaran Abad ke-21 dikutip dari pendapat Jennifer Rita Nichols (2013) prinsip pembelajaran abad ke-21 dijelaskan dan dikembangkan menjadi empat hal sebagai berikut :

1. Instruction should be student-centered Pembelajaran diharapkan menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa. Siswa sebagai subyek pembelajaran yang secara aktif mengembangkan minat dan potensinya. Siswa tidak dituntut menghafal materi pelajaran yang diberikan guru, tetapi mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, sesuai dengan kapasitas dan tingkat perkembangan berfikirnya, serta diajak berkontribusi untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang terjadi di masyarakat. Hal ini bukan berarti guru menyerahkan kontrol belajar kepada siswa sepenuhnya namun intervensi guru masih tetap diperlukan

2. Education should be collaborative Siswa harus dibelajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan orang lain, yang berbeda latar budaya dan nilai-nilai yang dianutnya. Siswa perlu didorong untuk bisa berkolaborasi dengan temanteman di kelasnya dalam menggali informasi dan membangun makna, menghargai kekuatan dan talenta setiap orang serta bagaimana mengambil peran dan menyesuaikan diri secara tepat dengan mereka. Sekolah (termasuk di dalamnya guru) seyogyanya dapat bekerja sama dengan lembaga pendidikan (guru) lainnya di berbagai belahan dunia untuk saling berbagi informasi dan pengalaman tentang praktik dan metode pembelajaran yang telah dikembangkannya, dan bersedia melakukan perubahan metode pembelajarannya agar menjadi lebih baik.

3. Learning should have context Materi pelajaran perlu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa karena pembelajaran tidak akan banyak berarti jika tidak memberi dampak terhadap kehidupan siswa di luar sekolah. 15 Guru perlu mengembangkan metode pembelajaran yang memungkinkan siswa terhubung dengan dunia nyata (real word). Guru juga perlu membantu siswa agar dapat menemukan nilai, makna dan keyakinan atas apa yang sedang dipelajarinya serta dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehariharinya.

4. Schools should be integrated with society Sekolah seyogyanya dapat memfasilitasi siswa untuk terlibat dalam lingkungan sosialnya, dalam upaya mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Siswa dapat dilibatkan dalam berbagai pengembangan program yang ada di masyarakat, seperti: program kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, dan sebagainya. Selain itu, siswa perlu diajak pula mengunjungi panti-panti asuhan untuk melatih kepekaan empati dan kepedulian sosialnya. Dengan kekuatan teknologi dan internet, siswa saat ini bisa berbuat lebih banyak lagi. Ruang gerak sosial siswa tidak lagi hanya di sekitar sekolah atau tempat tinggalnya, tapi dapat menjangkau lapisan masyarakat yang ada di berbagai belahan dunia.

https://www.researchgate.net/profile/Siti-Zubaidah

Proses pembelajaran abad ke-21 memiliki tujuan untuk membangun kemampuan pengembangan diri peserta didik menjadi pembelajar sepanjang hayat, aktif, inovatif dan pembelajar yang mandiri. Oleh karena itu peran guru perlu menjadi pelatih dan fasilitator pembelajaran , sebuah peran yang sangat berbeda dari guru kelas tradisional sebelumnya. Guru sebagai pelatih dan fasilitator pembelajaran akan memberikan bimbingan untuk membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan dan menawarkan berbagai dukungan yang akan membantu peserta didik mencapai tujuan belajar dan cita-cita mereka. Sehingga proses kreatif dan inovatif dalam rangka pengembangan ranah psikomator dan pengetahuan serta sikap dapat tercapai dengan baik.

Guru sebagai pelatih dan fasilitator pembelajaran akan mendorong peserta didik untuk berinteraksi dengan ilmu pengetahuan. Hal ini didapat ketika peserta didik tersebut dapat mengembangkan literasinya untuk memahami, mengkritisi, memanipulasi, mendesain, membuat dan mengubahnya. Guru perlu memperkuat keingintahuan intelektual siswa, keterampilan mengidentifikasi dan memecahkan masalah, dan kemampuan mereka untuk membangun pengetahuan baru dengan orang lain dan masyarakatnya. Ada produk yang dapat dihasilkan ketika peserta didik dalam mengembangkan kegiatan pembelajarannya sperti buku, teknologi tepat guna dan lain sebagainya.

Guru di abad ke-21 bukanlah guru yang mahir mengajarkan dalam setiap topik dalam program kurikulum, namun harus mendesain program pembelajaran dalam mencari tahu untuk terlibat belajar bersama peserta didik. Agar tahu bagaimana belajar dalam melakukan sesuatu, dan untuk mengetahui sesuatu serta untuk melakukan sesuatu yang baru. Peran penting seorang guru abad ke-21 adalah peran mereka memiliki fungsi untuk membangun kepercayaan, keterbukaan, ketekunan dan komitmen bagi peserta didik dalam menghadapi tantangan zaman dan berkembangnya IPTEK pada abad ke -21.

Transformasi pendidikan di era normal tak kala pandemic covid 19 masih mewabbah di nusantara dan penjuru dunia. Peningkatan kualitas dan program pembelajaran diharapkan mampu membangun kemampuan pengetahuan dan psikomotor serta sikap peserta didik. Pandemi covid 19 haruslah menjadi acuan untuk belajar secara mandiri ataupun koloborasi dalam mengembangkan kualitas pribadinya. Agar sesuai dengan paradigm pendidikan pada abad ke -21.

Firman Allah SWT dalam surat Ar-Ra’ad ayat 11 Artinya: "Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia." (QS. Ar-Ra'd: 11).

Ayat di atas kerap dimaknai sebagai suatu motivasi bahwa kita sebagai manusia harus selalu berusaha belajar dan meraih cita-cita yang diinginkan. Artinya proses pembelajaran diharapkan untuk dapat mengubah cara pandang dan wawasan peserta didik dan pendidik berusaha memperbaiki kualitas dirinya. Dia mau berusaha memperbaiki dan belajar sepanjang hayat sepanjang masih diberikan kesempatan bernafas dan hidup dari Allah SWT.

Kelas itu harus selalu bersenandung dengan suara riuh peserta didik, ragam diskusi, dan pengembangan diri peserta didik. Kelas tak boleh membisu dengan suara dari sang guru saja tapi harus rame dengan kreatifitas pembelajaran dari peserta didik. Guru dan peserta didik harus terlibat secara bersama-sama dalam suasana pembelajaran.

NAMA : INDAR CAHYANTO

JABATAN : GURU SEJARAH

Organisasi : Wakil Sekretaris APKS PGRI Provinsi DKI JAKARTA

TEMPAT TUGAS : SMA NEGRI 25 JAKARTA

ALAMAT : Jl AM SANGAJI NO 22-24 Petojo Utara Gambir Jakarta Pusat DKI JAKARTA

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image