Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ni Putu Nila P. W.

Pemulihan Pasca Pandemi: Peran Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Menghidupkan Kembali Ekonomi

Edukasi | Tuesday, 17 Oct 2023, 16:22 WIB
Impacts of Covid-19 to Economics

Maraknya Pandemi Covid-19

Pandemi Covid-19 adalah suatu fenomena yang memberikan banyak kerugian bagi seluruh dunia. Sejak awal muncul di akhir tahun 2019, virus corona dengan cepat menyebar ke berbagai belahan dunia, mengakibatkan dampak yang luar biasa pada kesehatan masyarakat serta perekonomian negara-negara di seluruh dunia. Penyebaran yang begitu cepat dan implikasi yang kompleks telah membuat dunia bersatu dalam menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Kondisi Perekonomian Dunia di Masa Pandemi Covid-19

Kondisi perekonomian dunia saat pandemi Covid-19 muncul telah menghadapi sejumlah perubahan drastis. Pada awalnya, ketidakpastian dan ketakutan akan penyebaran virus mengarah pada tindakan yang membatasi pergerakan manusia dan kegiatan ekonomi. Sektor-sektor yang bergantung pada kontak fisik seperti perhotelan, transportasi, dan hiburan, hampir mengalami pemadaman total. Ini berdampak pada pekerjaan dan penghasilan, serta menimbulkan kekhawatiran serius tentang resesi ekonomi global.

Proyeksi dari International Monetary Fund (IMF) menggambarkan dampak yang signifikan, dengan beberapa negara maju mengalami kontraksi ekonomi yang parah. Amerika Serikat diproyeksikan akan mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 8 persen, sementara Jepang menghadapi kontraksi sekitar 5,8 persen. Negara-negara Eropa seperti Inggris, Prancis, Italia, dan Spanyol melaporkan penurunan pertumbuhan yang sangat dalam, mencapai lebih dari 10 persen. Ini adalah penurunan yang belum pernah terjadi sejak Perang Dunia II.

Selain itu, proyeksi IMF ini sejalan dengan perkiraan Bank Dunia, yang menegaskan bahwa pandemi Covid-19 akan membawa perlambatan pertumbuhan di negara-negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik serta China. Pertumbuhan di negara-negara berkembang di kawasan Asia Timur dan Pasifik diperkirakan akan melambat menjadi 2,1% pada tahun 2020.

Bahkan skenario terburuk bisa mencapai angka -0,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), yang jauh dari laju ekonomi yang tercatat pada 2019 sebesar 5,8 persen. Untuk China, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan sekitar 2,3 persen dalam skenario baseline, sedangkan dalam skenario yang lebih buruk, pertumbuhan dapat turun menjadi hanya 0,1 persen.

Ini merupakan penurunan signifikan jika dibandingkan dengan pertumbuhan sebesar 6,1 persen yang dicapai oleh China pada tahun 2019. Dengan demikian, pandemi Covid-19 telah mengakibatkan pergeseran ekonomi global yang signifikan dan menimbulkan tantangan yang serius bagi negara-negara di seluruh dunia.

Indonesia juga tidak luput dari dampaknya, di mana IMF memproyeksikan bahwa ekonomi Indonesia akan mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif sekitar 0,3 persen pada tahun ini. Hal ini merupakan perburukan dari proyeksi sebelumnya oleh WHO pada April 2020, di mana IMF masih memproyeksikan pertumbuhan positif pada tahun ini, yakni sekitar 0,5 persen. Ini menggambarkan betapa cepatnya situasi ekonomi berubah sebagai respons terhadap perkembangan pandemi yang terus berubah.

Peran Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Memulihkan Perekonomian Indonesia

Demi memulihkan kondisi perekonomian Indonesia, pemerintah dan bank sentral bekerja sama dalam membentuk kebijakan fiskal dan moneter. Dari segi fiskal, pemerintah Indonesia memiliki fokus yang baik dengan memprioritaskan investasi publik dan jaringan pengaman sosial.

Langkah ini adalah respons yang tepat dalam situasi di mana lapangan kerja dan stabilitas sosial menjadi sangat penting. Mereka juga mengejar langkah-langkah seperti skema retensi pekerjaan dan asuransi pengangguran, yang akan membantu mengatasi masalah pengangguran dan mengurangi beban finansial bagi warga yang kehilangan pekerjaan mereka selama pandemi. Ini akan mendukung tingkat konsumsi dan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik di masa depan.

Prioritas penguatan sektor kesehatan juga sangat bijak. Kesehatan yang baik adalah dasar bagi pemulihan ekonomi yang stabil. Dengan mempercepat program vaksinasi dan penanganan COVID-19, pemerintah sedang berusaha memastikan bahwa faktor-faktor ini tidak menjadi hambatan bagi pemulihan ekonomi.

Selanjutnya, dukungan kepada masyarakat dan dunia usaha melalui program perlindungan sosial seperti Kartu Sembako dan Bantuan Langsung Tunai, serta subsidi bunga Kredit Usaha Rakyat, adalah langkah yang positif. Hal ini tidak hanya membantu masyarakat terdampak, tetapi juga sektor usaha, terutama UMKM. Dalam situasi ekonomi sulit, upaya ini akan memberikan bantuan yang sangat dibutuhkan dan mendorong konsumsi serta aktivitas ekonomi.

Selain itu, pemerintah mengakui pentingnya reformasi struktural dalam meningkatkan daya saing ekonomi, kapasitas produksi, dan investasi dalam sumber daya manusia. Hal ini adalah langkah yang sangat diperlukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Reformasi fiskal dan inovasi dalam pembiayaan proyek infrastruktur juga penting untuk memastikan pemulihan ekonomi yang berkelanjutan. Pemerintah tampaknya menyadari bahwa tindakan jangka panjang ini akan membantu membangun fondasi ekonomi yang kuat untuk masa depan.

Akhirnya, menjaga pelaksanaan APBN 2022 secara optimal adalah langkah yang kritis dalam konsolidasi fiskal tahun 2023. Ini menekankan perlunya komitmen bersama di seluruh kementerian/lembaga untuk melaksanakan reformasi struktural dan fiskal dengan baik. Koordinasi yang baik antara pemerintah dan lembaga-lembaga terkait akan menjadi kunci untuk kesuksesan dalam menghadapi tantangan ekonomi yang ada.

Sementara dari segi moneter, penurunan suku bunga yang dilakukan oleh bank sentral menjadi salah satu tindakan yang umum. Namun, bank sentral tidak hanya melakukan penurunan suku bunga bank sentral, tetapi bank sentral juga mengambil langkah-langkah tambahan, termasuk kebijakan tak konvensional, seperti quantitative easing (QE) dan pelonggaran giro minimum.

Penggunaan quantitative easing (QE) dan pembelian surat berharga pemerintah dan swasta adalah langkah penting yang mencerminkan keseriusan bank sentral dalam menjaga stabilitas keuangan selama pandemi. Pembelian surat berharga bertujuan untuk menambah likuiditas di pasar dan menjaga ketersediaan dana bagi pemerintah dan sektor swasta. Terlebih lagi, beberapa bank sentral, seperti Federal Reserve (the Fed), bahkan tidak membatasi jumlah pembelian (unlimited), yang menunjukkan komitmen yang tinggi dalam memastikan kelancaran pasar keuangan.

Dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan moneter tersebut, ada beberapa tantangan yang dihadapi oleh bank sentral. Kebijakan penurunan suku bunga ini adalah salah satunya. Hal ini dikarenakan ketika suku bunga mencapai level terendah, bank sentral mengalami keterbatasan dalam penggunaan instrumen ini untuk merangsang pertumbuhan ekonomi. Karena itu, penting bagi bank sentral untuk mempertimbangkan kebijakan alternatif yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.

Bank sentral dapat fokus pada upaya untuk mendiversifikasi instrumen kebijakan moneter, seperti memperluas program pembelian aset dan obligasi yang berkelanjutan. Peningkatan kerja sama dengan pemerintah untuk meluncurkan program infrastruktur yang besar, yang akan menciptakan lapangan kerja dan merangsang pertumbuhan, juga dapat menjadi langkah yang efektif. Selain itu, bank sentral harus memastikan bahwa komunikasinya dengan publik dan pelaku pasar tetap transparan dan efektif agar semua pemangku kepentingan memahami tujuan dan langkah-langkah yang diambil oleh bank sentral.

Reference

https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-tarakan/baca-artikel/14831/Strategi-Kebijakan-Fiskal-dalam-Pemulihan-Ekonomi-Nasional.html

https://www.bi.go.id/id/publikasi/laporan/Documents/8.Bab-5__Artikel_II-2020.pdf

https://an-nur.ac.id/esy/kebijakan-moneter-pasca-pandemi-tantangan-dan-peluang-bagi-perekonomian-indonesia.html

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image