Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Eci Auliya

Kisah Pilu Nia, Buah Sistem Durjana

Agama | 2024-09-24 09:54:16

Kisah Pilu Nia, Buah Sistem Durjana

Oleh: Eci Aulia

(Pegiat Literasi Islam)

Teriakan pilu kembali terdengar. Kali ini dari belahan Barat bumi Nusantara. Seakan tak henti menyisakan luka. Luka lama masih menganga, muncul luka baru yang lebih mengoncang jiwa. Nia, nama itu seketika menggetarkan seantero jagat raya.

Seorang gadis penjual gorengan keliling di Padang Pariaman, Sumatera Barat ditemukan tak bernyawa, dalam keadaan terkubur tanpa busana di dalam tanah. Nia yang sudah berjualan sejak masih duduk di bangku SD, berharap ingin kuliah dan bisa membangun rumah dengan hasil dagangannya tersebut.

Ia diduga menjadi korban nafsu bejat seorang lelaki. Setelah beberapa hari pencarian, polisi akhirnya berhasil menangkap pelaku dengan motif pemerkosaan dan pembunuhan terhadap Nia, pada Kamis, 19-09-2024. Akhirnya IS ditetapkan sebagai tersangka. (detikNews, 21-09-2024).

Simpati masyarakat pun berdatangan. Tidak ada masyarakat yang tidak teriris hatinya melihat peristiwa tragis ini. Ada yang mengecam tindakan keji terhadap Nia. Ada yang ikut membantu mewujudkan impian Nia untuk membangun rumah. Harapan Nia terkabul justru saat ia sudah tiada.

Sebagai bentuk kepedulian kita sebagai sesama muslim mestinya tindakan kita tidak boleh berhenti hanya pada rasa simpati. Ada hal yang urgensi yang harus dituntaskan, agar tidak ada lagi Nia-Nia yang lain. Tentu dengan mencari akar dari permasalahan pelik ini.

Demi menopang ekonomi keluarga dan melanjutkan pendidikan, seorang gadis remaja seusia Nia terpaksa memilih bekerja di luar rumah, karena biaya pendidikan yang sangat tinggi. Padahal Allah Swt. tidak mewajibkan wanita untuk bekerja di luar, apatah lagi masih perawan.

Andai ada menjamin kebutuhan hidup dan biaya pendidikannya, tentu seorang Nia tidak akan ke luar untuk menjajakan dagangan di tengah bahaya yang bisa kapan saja menimpanya. Di usia muda mestinya ia fokus menuntut ilmu tanpa memikirkan biaya hidup.

Dari sisi pelaku, mudah sekali bagi seseorang menghilangkan nyawa demi memuaskan hawa nafsu. Ini tidak lepas dari rendahnya keimanan dan kerap mendapat rangsangan naluri seksual dari luar. Yaitu seringnya melihat dan menonton tayangan haram yang tidak di filter di negeri ini. Seperti pornografi dan tayangan mengumbar aurat yang tak henti berseliweran di laman beranda sosial media.

Kisah Nia hanya sepenggal dari deretan kisah pilu buah sistem kapitalis sekuler. Jika dijabarkan sebenarnya masih banyak kisah keji dan brutal lainnya yang luput dari mata.

Sepatutnya kita memandang persoalan ini secara keseluruhan. Kemudian mencari akar permasalahannya. Agar tidak ada lagi di bumi ini orang-orang yang begitu kejam menyakiti.

Jika tidak demikian maka masalah serupa akan terus bermunculan. Karena solusi yang ditawarkan kapitalis sekuler hanya solusi tambal sulam. Bukan solusi solutif yang menuntaskan persoalan hingga ke akar.

Selain itu, sekularisme juga terbukti gagal membentuk individu beriman dan bertakwa. Lihatlah betapa dari masa ke masa tindakan manusia makin barbar saja. Saatnya beralih ke sistem yang sahih. Yaitu sistem yang seluruh aturannya bersumber dari wahyu Allah Swt.. Yakni Islam yang melahirkan peraturan hidup.

Islam menjamin kebutuhan hidup dari mulai sandang pangan, papan, pendidikan, kesehatan dan keamanan. Ringkasnya, Kewajiban nafkah hanya dibebankan pada lelaki yang menjadi kepala keluarga. Jika itu tidak terpenuhi, maka kebutuhan hidup akan dijamin sepenuhnya oleh negara. Begitu pun biaya pendidikan akan ditanggung oleh negara untuk semua jenjang pendidikan.

Sementara tayangan haram seperti pornografi yang menstimulus naluri nau tidak akan dibiarkan masuk ke ruang pemikiran masyarakat. Fungsi media di dalam Islam hanya untuk menyiarkan informasi yang sejalan dengan hukum Islam agar individu semakin bertakwa.

Penerapan sistem Islam meniscayakan kesejahteraan bagi masyarakat. Inilah yang sepatutnya diperjuangkan oleh umat Muslim. Berharap pada sistem hari ini sejatinya tidak pernah memberikan kebaikan kecuali hanya sedikit. Mari terus berupaya untuk memperjuangkan tegaknya hukum Islam secara keseluruhan (kafah). Wallahu alam Bissowwab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image