Waspada! Kebiasaan Sepele Ini Bikin Tagihan Listrik Membengkak Tanpa Disadari
Eduaksi | 2024-09-23 20:57:55Menghemat listrik merupakan langkah penting bagi setiap rumah tangga. Selain membantu lingkungan dengan mengurangi emisi karbon, penghematan listrik juga berarti pengeluaran yang lebih sedikit untuk tagihan bulanan. Namun, ada banyak kebiasaan sepele yang sering kita lakukan tanpa disadari, yang pada akhirnya menyebabkan tagihan listrik membengkak. Dilansir dari swarawarta.co.id beberapa kebiasaan tersebut dan memberikan solusi praktis untuk menghindarinya.
1. Tidak Mematikan Perangkat Listrik Saat Tidak Digunakan
Salah satu kebiasaan yang paling umum adalah tidak mematikan perangkat listrik setelah digunakan. Banyak dari kita membiarkan lampu menyala di ruangan kosong, atau tidak mencabut charger ponsel meskipun baterai sudah penuh. Ini merupakan contoh dari istilah standby power atau phantom load, di mana perangkat tetap menarik daya meskipun sedang tidak aktif. Meskipun tampak sepele, perangkat yang dalam mode siaga tetap mengonsumsi listrik dan menyumbang sekitar 5-10% dari total konsumsi listrik di rumah tangga .
Solusinya adalah dengan lebih disiplin mematikan perangkat listrik yang tidak digunakan dan mencabut colokan dari sumber listrik jika sudah tidak diperlukan. Menggunakan power strip dengan sakelar juga bisa membantu memutus aliran listrik ke banyak perangkat sekaligus.
2. Penggunaan Peralatan Rumah Tangga yang Tidak Efisien
Banyak peralatan rumah tangga, terutama yang sudah tua atau usang, tidak bekerja secara efisien. Misalnya, kulkas dengan seal pintu yang sudah longgar akan memaksa kompresor bekerja lebih keras untuk menjaga suhu di dalamnya tetap dingin. Akibatnya, energi yang digunakan lebih banyak dibandingkan peralatan dengan kondisi optimal.
Selain itu, penggunaan mesin cuci dengan pengaturan air panas, AC dengan suhu terlalu rendah, dan setrika yang dinyalakan terus menerus juga bisa memicu kenaikan drastis pada tagihan listrik.
Untuk mengatasi masalah ini, penting bagi kita untuk memperhatikan perawatan peralatan listrik secara berkala dan mempertimbangkan untuk mengganti peralatan yang sudah tidak efisien. Produk dengan label Energy Star bisa menjadi pilihan, karena dirancang untuk mengonsumsi energi lebih sedikit tanpa mengorbankan kinerja.
3. Mengabaikan Penggunaan Lampu Hemat Energi
Banyak orang masih menggunakan lampu pijar konvensional yang mengonsumsi lebih banyak energi dibandingkan lampu LED. Lampu pijar mengubah sebagian besar energi yang diterimanya menjadi panas, bukan cahaya. Hal ini berarti listrik yang digunakan tidak sepenuhnya dimanfaatkan secara efisien.
Lampu LED, di sisi lain, mampu menghemat hingga 80% energi dibandingkan lampu pijar biasa dan memiliki masa pakai yang jauh lebih lama . Meskipun harga awalnya lebih mahal, penggunaan lampu LED akan memberikan penghematan yang signifikan dalam jangka panjang.
4. Pengaturan Suhu AC yang Tidak Tepat
AC merupakan salah satu perangkat yang memakan banyak daya listrik di rumah. Salah satu kesalahan umum yang sering dilakukan adalah mengatur suhu AC terlalu rendah. Idealnya, suhu AC diatur pada 24-26 derajat Celsius untuk menjaga kesejukan tanpa membebani konsumsi listrik.
Selain itu, seringkali AC dibiarkan menyala sepanjang hari, meskipun ruangan tidak selalu ditempati. Penggunaan timer atau mode eco pada AC bisa membantu mengatur penggunaan AC secara lebih efisien. Pastikan juga untuk rutin membersihkan filter AC agar tidak ada debu yang menumpuk, karena ini dapat mengurangi efisiensi kinerjanya.
5. Mengisi Daya Perangkat Elektronik Secara Berlebihan
Kebiasaan mengisi daya ponsel, laptop, atau perangkat elektronik lainnya secara berlebihan, misalnya dengan membiarkannya terhubung ke charger semalaman, dapat meningkatkan konsumsi listrik. Perangkat yang tetap terhubung ke charger meskipun baterai sudah penuh akan terus menarik listrik dalam jumlah kecil, yang jika diakumulasikan bisa berdampak pada tagihan listrik.
Solusinya adalah mengisi daya perangkat hingga penuh dan mencabutnya segera setelah baterai terisi. Menggunakan charger yang berkualitas dan sesuai dengan perangkat juga penting untuk memastikan efisiensi penggunaan daya.
6. Penggunaan Water Heater Tanpa Pengawasan
Bagi rumah tangga yang menggunakan water heater listrik, penggunaan tanpa pengawasan bisa menyebabkan pembengkakan tagihan listrik. Mengatur suhu water heater terlalu tinggi atau membiarkannya menyala terus-menerus saat tidak digunakan adalah kesalahan yang sering dilakukan.
Untuk mengatasi hal ini, aturlah suhu water heater pada tingkat yang wajar, biasanya sekitar 50 derajat Celsius. Selain itu, pertimbangkan untuk mematikan water heater saat tidak digunakan, terutama jika Anda pergi untuk waktu yang lama.
7. Kesalahan dalam Penggunaan Setrika
Setrika adalah peralatan yang mengonsumsi banyak listrik dalam waktu singkat. Kesalahan yang sering dilakukan adalah membiarkan setrika tetap menyala meskipun tidak sedang digunakan. Selain itu, menyetrika pakaian dalam jumlah kecil secara berulang-ulang juga memboroskan energi.
Sebaiknya, kumpulkan semua pakaian dan setrika sekaligus dalam satu waktu untuk menghemat energi. Jangan lupa juga untuk mematikan setrika beberapa menit sebelum selesai menyetrika, karena panas yang tersisa masih cukup untuk merapikan beberapa potong pakaian.
Kesimpulan
Kebiasaan-kebiasaan sepele yang sering dianggap remeh ternyata dapat memberikan dampak signifikan terhadap tagihan listrik. Dengan mengubah kebiasaan sederhana seperti mematikan perangkat listrik yang tidak digunakan, menggunakan peralatan yang lebih efisien, dan memperhatikan penggunaan AC, kita bisa menghemat energi dan mengurangi beban biaya listrik setiap bulannya. Selain itu, dengan menjadi lebih sadar akan penggunaan listrik, kita juga turut serta dalam upaya pelestarian lingkungan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.