Bersama di Tengah Perbedaan : Refleksi KKN Plus ITB Ahmad Dahlan
Eduaksi | 2024-09-22 14:15:26Pengalaman KKN kali ini membawa saya dan tim KKN Plus ke sebuah desa yang kaya akan nilai-nilai keislaman, di mana sekolah dan pesantren menjadi pusat pendidikan utama. Dan Pondok pesantren Kebon Jambu menjadikan tempat yang cocok Dengan tema “Pemberdayaan Sekolah dan Pesantren serta Islam Wasathiyah,” kami berfokus pada upaya mengintegrasikan prinsip-prinsip Islam yang moderat dan inklusif ke dalam aktivitas pembelajaran dan organisasi di sekolah serta pesantren.
Sejak awal, mengetahuai beberapa perbedaan budaya dan kultur yang dimana Pondok Pesantren Kebon Jambu adalah Nahdlatul Ulama (NU) dan Kami peserta KKN ini berasal dari kampus Muhammadiyah. dan dengan adanya program KKN Plus ini kami dapat mengenal dan dapat memahami perbedaan dari kedua organisasi islam terbesar yang ada di indonesia tersebut, Program KKN Plus ini juga ialah Program KKN Pertama dan berbeda dari KKN yang umum di selenggarakan oleh ITB Ahmad Dahlan, dibawah naungan LP3M ITB Ahmad Dahlan atau tanggung jawab oleh Kepala Unit Pengabdian Masyarakat dan Jurnal Ilmiah yaitu Ibu Yulianti Muthma’innah, yang pernah mengikuti Kongres Ulama Perempuan Indonesia pada tahun 2017 di pondok tersebut.
Selama KKN, kami menyelenggarakan serangkaian workshop dan diskusi dengan para murid, santri, dan pengurus organisasi, di mana kami berbagi metode pengajaran yang mengedepankan sharing dan keterbukaan. Kami juga mengadakan pelatihan dan sharing ilmu bagi para pengelola organisasi dan pesantren tentang bagaimana mengelola organisasi yang lebih adaptif terhadap perubahan zaman, tanpa meninggalkan akar nilai-nilai keislaman. Salah satu yang paling berkesan adalah ketika kami bersama-sama cara menjadikan SDM di dalam organisasi entah yang anggota organisasi atau kader berikutnya di organisasi tersebut.
Kami juga melibatkan organisasi yang ada di sekolah, kampus yang ada di pesantren seperti BEM Ma'had Aly, OSIS dan MPK yang ada disekolah tersebut. untuk diskusi tersebut kami lebih sharing bagaimana menjadikan SDM yang ada di organisasi tersebut, dan persiapan apa saja agar organisasi bisa menjalankan sebuah event yang besar.
Selain melakukan sharing tentang keilmuan yang ada di organisasi, kami juga melakukan pelatihan keilmuan pada prodi yang berbeda kepada santri dan pengurus santri seperti, Kewirausahan, Finance, Dan Teknologi atau Sistem Informasi yang berada di pesantren tersebut. Dan setiap dari prodi kami setidaknya harus membuat 1 projek atau lokakarya dan kebetulan saya dari prodi Sistem Informasi saya ikut berperan melakukan pelatihan SDLC dan Live Coding, lalu untuk projek nyatanya prodi Sistem Informasi dan Teknologi Informasi melakukan kolaborasi untuk membuat SaniBot atau Robot Sensor cuci tangan otomatis.
Sebelum kami ngakhiri program KKN Plus, Kami membuat sebuah seminar dengan tema “Kemitraan Global untuk Keulamaan Perempuan, Islam Wasathiyah, Nilai-nilai Empati-Simpati, serta SDM yang Unggul, Kompetitif, dan Keberlanjutan Kader Perserikatan” yang dimana dalam seminar tersebut membahas tentang keberlanjutan untuk generasi yang akan mendatang di masa depan dan Adapun seminar ini menghadirkan Indra Gunawan, S.K.M., M.A. staf ahli bidang Hukum dan HAM Kementerian PPA RI, Ruby Kholifah, Direktur AMAN Indonesia, serta Dr. Sarli Amri, S.Pdi., M.Ag, sebagai narasumber dari seminar nasional ini.
Pada akhirnya, pengalaman yang saya rasakan ialah bahwa KKN Plus ini memberikan saya banyak pelajaran berharga, bukan hanya terkait pengembangan SDM dan teknologi, tetapi juga tentang pentingnya toleransi, kolaborasi, dan keberlanjutan. Saya pulang dengan keyakinan bahwa apa yang kami lakukan di sini, meskipun terlihat kecil, memiliki dampak yang besar dalam jangka panjang. Pengalaman ini mengajarkan saya bahwa pemberdayaan sekolah dan pesantren dalam kerangka Islam Wasathiyah bukan hanya sekadar program jangka pendek, tetapi merupakan investasi jangka panjang untuk membangun masyarakat yang damai dan inklusif.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.