Labubu dan Manusia-Manusia Lugu
Info Terkini | 2024-09-20 13:54:00Tren Labubu membanjiri dunia maya. Semua media sosial sedang gempar membahas tren boneka demon bertelinga seperti kelinci, berbulu lebat dan bergigi tajam yang konon berasal dari karakter sebuah kartun karangan seniman Hong Kong, Kasing Lung.
Tren memiliki boneka maupun aksesoris Labubu ini bermula dari salah satu idola Kpop yang mendunia, Lisa Blackpink. Berkat dirinya yang beberapa kali nampak memamerkan koleksi Labubu, karakter yang berasal dari mitologi Nordic dalam serial cerita The Monster laku keras dipasaran. Harga yang dibandrol pun tidak main-main, mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah untuk sebuah mainan yang menurut penulis biasa saja.
Ada banyak alasan yang diutarakan para pemburu boneka Labubu, mulai dari segi fashion, segi keunikan dan tak sedikit yang mengaku hanya karena idolanya memiliki barang tersebut. Mungkin FOMO adalah kata yang pas untuk melabeli tren ini.
Telah banyak influencer yang membahas tentang Labubu. Ada yang mengulas bahwa karakter ini lebih menyerupai monster jahat di thailand atau hampir sama dengan raksasa pemakan manusia dan anak-anak yang berasal dari legenda tanah jawa, Bathara Kala. Walaupun, cerita The Monster sebenarnya menggambarkan karakter peri hutan yang baik hati dalam ceritanya. Atau ada pula yang membahas keterikatan saham Pop Mart sebagai perusahaan launcher aksesoris The Monster dengan para pemilik saham yang terlibat sebagai investor pembantaian di palestina.
Namun kali ini penulis tidak ambil pusing dengan asal muasal boneka bergigi tajam ataupun alasan klasik yang dipakai oleh para pemburunya maupun penentangnya. Memang, patokan mahal -murah, bermanfaat atau tidak adalah standar masing-masing manusia yang pastinya berbeda satu sama lain. Bisa jadi, jika kita fokus pada harga baranf dan manfaat, maka perdebatanlah yang terjadi. Namun, bagaimana jika kali ini kita membahas karakter manusia yang mudah terjangkit FOMO.
Pada dasarnya, semua kebutuhan manusia baik dari zaman Nabi Adam hingga akhir zaman, adalah sama. Manusia memiliki tiga naluri mendasar dalam dirinya.
Yang pertama adalah naluri baqa atau naluri melindungi diri, meliputi ingin memiliki kekayaan, memiliki sesuatu yang dianggap penting, membela diri ketika terancam, mencintai tanah kelahiran, dll.
Yang kedua naluri nau' atau naluri mengasihi, meliputi mencintai pasangan, anak, keluarga, naluri mencintai diri sendiri / menunjukkan eksistensi diri, keinginan untuk melindungi sesama manusia atau keinginan memiliki keturunan.
Yang ketiga adalah naluri tadayyun atau naluri mensucikan sesuatu meliputi keinginan menyembah dan mengkultuskan ajaran/pemahaman/sesuatu yang dianggap memberi ketentraman, kedamaian dan mampu membawa keselamatan / keberuntungan.
Dari sini kita bisa mengambil kesimpulan, keinginan memiliki Labubu tentu bagian dari baqa manusia. Tidak ingin ketinggalan tren atau bahkan ingin dianggap mampu, mendorong nafsu manusia untuk memilikinya. Sebenarnya, semenjak dahulu kala hasrat ini pastilah dimiliki seluruh manusia, hanya saja bentuknya yang berbeda-beda dari zaman ke zaman. Jadi, tidak bisa dikatakan bahwa manusia hari ini yang terjangkit FOMO akibat dari perkembangan zaman dan tekhnologi semata. Walaupun, berkat kemajuan itu semua naluri baqa manusia semakin sulit dikendalikan.
Lantas, apakah benar jika membiarkan naluri ini berkembang tanpa bendungan?. Tentu saja tidak, maka dari itu dalam islam terdapat banyak sekali aturan untuk menentramkan fitrah manusia dan memuaskan akal para pengikutnya. Dalam islam, memiliki kekayaan atau ingin memiliki suatu benda asalkan tidak mengandung hadharah¹ dan bertentangan dengan syariat islam, tentu saja dibolehkan. Seperti keinginan memiliki iphone terbaru dan tercanggih atau keinginan memiliki kendaraan nyaman dan baru. Hal seperti ini sama sekali tidak dilarang, namun islam mengkontrol ketat tentang bagaimana mendapatkannya dan apa tujuan penggunaannya.
Bagaimana cara kita memenuhi keinginan untuk memiliki sesuatu sangat dikendalikan dalam islam. Berbagai aturan telah dituliskan, semisal tidak boleh mencuri, berbohong, bertransaksi dengan riba, bekerja dengan pekerjaan yang haram semisal korupsi, mempertontokan aurat dan lain sebagainya sangat dilarang dalam islam. Tidak cukup sampai disitu, bahkan ketika kita memiliki kekayaan yang berlimpah, umat islam masih diingatkan tentang hisab harta di akhirat. Apakah harta tersebut kita pakai di jalan Allah atau kita pakai untuk memuaskan nafsu semata.
Tren boneka labubu harusnya dilihat dengan bijak oleh muslim dengan kacamata akhirat, apakah nafsu memilikinya membuat kita selangkah lebih dekat dengan surga atau tidak?. Kemudian dengan kacamata tersebut, muslim yang taat wajib tunduk pada dalil dan aturan islam.
Dan untuk mereka yang tidak mengimani islam, mestinya standar memiliki atau menginginkan sesuatu juga harus jelas. Apakah dengan membelinya dapat meningkatkan kualitas hidup atau value diri kita?. Atau membelinya malah hanya meningkatkan kekayaan segelintir orang dan justru menjatuhkan value diri.
Karena sejatinya value seseorang atau harga diri seorang manusia ditentukan dari bagaimana ia mampu mengendalikan nafsunya dengan akal yang ia miliki. Sebab manusia yang tak mampu menggunakan akal selama hidup, namun hanya berjalan dengan nafsu semata, sama sekali tidak jauh berbeda dengan seekor binatang. Inilah contoh manusia-manusia lugu.
#Hadharah : Suatu ide, gagasan, benda yang mencirikan suatu peradaban tertentu selain dari islam.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.