Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Selly Imeldha

Meluasnya Fenomena Thrifting di Indonesia Hubungkan 3 Budaya

Gaya Hidup | 2024-09-17 11:17:48

Pasar Indonesia kini telah terjamah barang-barang bekas yang diimpor dari berbagai negara. Barang-barang bekas ini diperjualbelikan secara daring melalui online shop maupun luring melalui pasar tradisional. Secara masif, masyarakat mengenal pembelian barang bekas ini dengan sebutan thrifting. Ketika diterjemahkan dari bahasa Inggris, "thrift" berarti "hemat", lalu "thrifting" berarti "penghematan". Fenomena thrifting ini awalnya bertujuan untuk membeli barang bagus dengan harga yang terjangkau. Namun, seiring berjalannya waktu karena fenomena ini semakin populer, penjual barang thrifting memberikan harga yang melebihi harga pembelian barang baru.

Budaya Massa dan Fenomena Thrifting

Sumber: Instagram @onthewear.id

Fenomena thrifting menjangkau seluruh kalangan masyarakat di Indonesia. Tidak hanya Gen Z, generasi sebelum hingga sesudahnya juga mengetahui fenomena ini. Hal ini dikarenakan tipe penjualan dua ragam yang digunakan distributor yaitu secara daring dan luring. Secara daring, penjualan barang thrifting dilakukan melalui online shop, seperti Shopee, Lazada, Tokopedia, dsb. Selain online shop, aplikasi sosial media yang kerap digunakan untuk penjualan barang thrifting adalah Instagram. Salah satu contoh akun Instagram yang digunakan sebagai penjualan baju thrift yaitu @thriftinion, akun tersebut menjual baju-baju sweater style winter. Secara luring, penjualan barang bekas sering ditemui di pasar, pameran, toko, mall, dsb. Salah satu tempat yang digunakan untuk menjual barang-barang thrifting yaitu Tugu Pahlawan. Sering kali juga ditemui distributor yang memasarkan produknya secara online dan offline, contohnya onthewear.id (Thriftshop Surabaya), yang menjual produknya di toko dan di platform Shopee, Instagram, serta Whatsapp.

Budaya Populer dan Fenomena Thrifting

Arus digitalisasi yang semakin kuat merupakan kunci keberhasilan fenomena thrifting menjadi populer. Konten media sosial pada aplikasi Tik Tok dan Instagram saat ini menjadi penentu populernya suatu produk. Apalagi dengan sistem For Your Page (FYP) yang mengharuskan penjual mengikuti tren-tren terkini. Sistem pemasaran ini telah digunakan oleh sebagian besar pemilik usaha thrifting. Salah satunya pemilik akun @dyn.outfitku di platform Tik Tok. Akun tersebut digunakan untuk memasarkan produk baju bekas dengan cara membuat konten dan siaran langsung.

Populernya usaha thrift saat ini dapat diukur dari banyaknya akun-akun Instagram atau Tik Tok yang dibuat dengan tujuan memasarkan produk dagangnya. Usaha thrift ini memiliki kemungkinan rendah untuk surut, selain masing-masing barang thrift yang memiliki target pasar berbeda, saat ini juga harga barang baru semakin mahal.

Budaya Konsumen dan Fenomena Thrifting

Populernya fenomena thrifting karena persebarannya di media massa menimbulkan budaya baru, yaitu budaya konsumen. Budaya konsumen seseorang terhadap barang thrift timbul karena keinginan memiliki suatu barang bagus dengan harga terjangkau. Barang thrift sering ditemui dijual dengan harga Rp10.000,00. Dengan harga barang yang terjangkau, seseorang bisa membeli barang dengan kuantitas yang lebih banyak. Banyaknya barang yang dibeli individu berkaitan dengan kepuasan batin yang didapatnya. Beberapa orang akan merasa puas ketika dirinya memiliki banyak opsi barang sehingga dapat berganti-ganti setiap harinya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image