Alarm merah! Pornografi Ancam Masa Depan Bangsa
Agama | 2024-09-14 11:36:17IS, remaja berusia 16 tahun, menjadi tersangka utama dalam kasus pemerkosaan dan pembunuhan seorang gadis berusia 13 tahun di Palembang. Polisi telah melakukan pemeriksaan intensif terhadap IS, termasuk tes psikologi. Hasil sementara menunjukkan bahwa IS memiliki pola pikir yang berbeda dari remaja seusianya dan cenderung bergaul dengan anak yang lebih muda untuk mendominasi mereka. Dia juga tidak merasa bersalah atas tindakan kejinya
Polisi menyelidiki kemungkinan adanya kaitan antara tindakan keji IS dengan kebiasaan menonton film dewasa. Karena dari keterangan pelaku, Ia kerap menonton film porno, juga didapati sebagai bukti dari ponsel yang dimilikinya..
Selain hal di atas, ha yang turut mempengaruhi perilaku IS adalah factor lingkungan dan media sosial. Kurangnya pengawasan orang tua terhadap konsumsi media sosial, terutama konten dewasa, memperburuk situasi.
Perilaku menyimpang yang dilakukan IS merupakan hasil dari kombinasi faktor internal (gangguan jiwa) dan eksternal (lingkungan).
Potret suram generasi muda
Potret suram generasi muda saat ini semakin nyata di hadapan kita. Kecenderungan perilaku menyimpang, seperti kecanduan pornografi dan kebanggaan terhadap tindakan kriminal, menjadi cerminan dari krisis moral yang mendalam. Akses mudah terhadap konten dewasa melalui internet telah mendistorsi pandangan mereka tentang seksualitas dan relasi antarmanusia. Akibatnya, batas-batas antara yang benar dan salah menjadi kabur, dan tindakan kekerasan pun dianggap sebagai hal yang biasa. Lebih memprihatinkan lagi, pelaku kejahatan sering kali tidak merasa bersalah atas perbuatannya, bahkan cenderung menyombongkannya di media sosial.
Fenomena ini menunjukkan betapa dangkalnya nilai-nilai moral yang mereka miliki. Akar permasalahan ini sangat kompleks, melibatkan berbagai faktor seperti disintegrasi keluarga, kurangnya pengawasan orang tua, pengaruh buruk teman sebaya, serta minimnya pendidikan karakter di sekolah. Jika tidak segera diatasi, generasi muda kita akan terus terjerumus dalam kegelapan dan masa depan bangsa pun menjadi taruhannya.
Ini adalah fakta cerminan pahit dari hilangnya masa emas dalam kehidupan anak-anak. Dulu, anak-anak bebas berlari-lari di halaman rumah, bermain petak umpet, atau sekadar mengagumi keindahan alam. Mereka memiliki waktu yang cukup untuk belajar, bermain, dan berkembang secara alami sesuai dengan fitrah mereka. Namun, realitas saat ini sangat berbeda. Anak-anak dipaksa tumbuh dewasa sebelum waktunya, terjebak dalam hiruk pikuk dunia digital yang sarat dengan konten-konten dewasa dan kekerasan. Mereka kehilangan kesempatan untuk menikmati masa kecil yang indah dan bebas dari beban. Padahal, masa kecil adalah fondasi penting bagi pembentukan karakter dan kepribadian seseorang. Ketika fondasi ini retak, maka bangunan kehidupan selanjutnya pun akan rapuh.
Kegagalan Sistem
Fenomena ini juga merupakan cerminan dari kegagalan sistem kita dalam melindungi generasi muda. Liberalisasi media yang semakin tak terkendali telah membuka pintu bagi konten-konten pornografi untuk dengan mudah diakses oleh siapa saja, termasuk anak-anak. Ketidakseriusan negara dalam memblokir dan menyaring konten-konten berbahaya ini telah menciptakan lingkungan yang sangat tidak sehat bagi tumbuh kembang anak. Padahal, pornografi terbukti memiliki dampak buruk bagi perkembangan psikologis anak, mulai dari gangguan perilaku hingga kecenderungan untuk melakukan tindakan kekerasan.
Selain itu, kasus ini juga mengungkap kelemahan sistem pendidikan kita. Pendidikan karakter yang seharusnya menjadi pondasi utama dalam membentuk generasi yang berakhlak mulia, tampaknya belum berjalan efektif. Kegagalan dalam menanamkan nilai-nilai moral dan etika sejak dini telah membuat anak-anak rentan terpengaruh oleh hal-hal negatif di sekitar mereka. Jika dibiarkan, situasi ini akan semakin memburuk dan mengancam masa depan bangsa.
Butuh Islam sebagai Solusi
Islam, sebagai agama yang sempurna, telah memberikan panduan yang komprehensif bagi kehidupan manusia, termasuk dalam menjaga generasi muda dari kerusakan. Salah satu kewajiban negara dalam Islam adalah menjaga keimanan dan moral masyarakatnya. Untuk mencapai tujuan ini, penerapan syariat Islam dalam berbagai aspek kehidupan menjadi sangat krusial. Yang menjadi pondasi utama dalam membentuk generasi yang berakhlak mulia dan berilmu adalah pendidikan Islam berlandaskan akidah yang kuat.
Kurikulum pendidikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga nilai-nilai Islam tertanam kuat dalam diri setiap individu sejak dini. Selain itu, keberadaan media Islam yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk menyaring informasi yang masuk dan memberikan alternatif hiburan yang positif.
Negara juga harus memiliki sistem hukum yang tegas dan adil, dengan sanksi yang jelas bagi mereka yang melanggar aturan agama. Dengan demikian, masyarakat akan merasa jera untuk melakukan perbuatan yang dapat merusak diri sendiri maupun orang lain. Sehingga disini negara adalah institusi strategis dan paling bertanggungjawab dalam melindungi generasi muda dari kerusakan. Semua terwujud jika negara menerapkan syariat Islam sebagai hukum dan UU dan ini terbingkai dalam Daulah Khilkafah Islamiyah.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.