Kasus Gadis Penjual Gorengan dan Komoditas Cabul yang Rusak Kehormatan Perempuan
Gaya Hidup | 2024-09-16 13:41:14
Malang benar nasib Nia (18), gadis penjual gorengan, ia ditemukan meninggal dunia dalam keadaan telanjang, tangan terikat tali dan terkubur di dalam semak-semak ditutupi pasir dan daun-daun. Gorengan jualannya pun berserakan. Kapolres Padang Pariaman AKBP Ahmad Faisol membenarkan dan memberi keterangan polisi masih mendalami kasus ini dan pelaku belum ditemukan.
Jika benar dugaan sementara Nia korban pemerkosaan, maka warga Korong Pasar Surau, Nagari Guguak, Kecamatan 2×11, Kayu Tanam, Kabupaten Padang Pariaman menambah panjang daftar perempuan sebagai korban (republika.co.id, 10-9-2024).
Peristiwa terakhir yang masih menyisakan dukasiswi SMP di Palembang yang menjadi korban pembunuhan sekaligus pemerkosaan Empat remaja. Empat tersangka pembunuhan siswi SMP itu adalah IS berusia 16 tahun merupakan pelaku utama, MZ 13 tahun, MS 12 tahun, dan AS 12 tahun. Di duga lantaran sakit hati cintanya ditolak, IS berani bertindak keji, bahkan mengajak tiga temannya untuk " menikmati" korban yang sudah tidak berdaya.
Dari hasil pemeriksaan urine pelaku tidak didapati narkoba atau zat lainnya yang berbahaya, namun disinyalir, perbuatan mereka akibat terlalu sering menonton film porno yang ada di handphone IS. Polrestabes Palembang menyerahkan tiga pelaku pembunuhan siswi SMP ke Panti Sosial Rehabilitasi Anak Berhadapan dengan Hukum (PSRABH) Indralaya, Ogan Ilir, dikarenakan sesuai undang-undang mereka masih di bawah umur .
Sedangkan pelaku utama IS dilakukan penahanan oleh kepolisian dengan dijerat pasal penganiayaan dan pencabulan anak yakni pasal 76 C dan Pasal 80 ayat 3 UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara dan denda Rp3 miliar (tvonenews.com 7-9- 2024).
Kejahatan " Anak" Makin Menjadi Akibat Pornografi
Ada apa dengan dunia remaja kita hari ini? Jika tidak tawuran, geng motor, ngelem, narkoba ya berzina. Tak nampak samasekali citra mereka adalah generasi usia sekolah yang disibukkan dengan menuntut ilmu. Pertanyaan lainnya, jika mereka benar masih duduk di bangku sekolah, mengapa samasekali tidak membekas apa yang didapat di sekolah? Tidakkah mereka belajar adab, agama dan karakter? Bukankah kurikulum merdeka pun memuat pelajaran karakter bahkan diperkuat dengan program P5 ( Program Penguatan Profil Pemuda Pancasila)?
Mau ditutupi atau tidak , inilah potret generasi yang makin suram, ini adalah realita hari ini. Generasi penerus kita, pemegang tingkat estafet peradaban setelah kelak kita meninggalkan dunia ini. Mereka menampakkan secara nyata perilaku kecanduan pornografi dan bangga dengan kejahatan yang dilakukannya. Sangat mengerikan! Dan nyata kesalahan definisi anak yaitu di bawah 18 tahun, padahal mereka sudah baligh selayaknya dewasa yang mendapatkan taklif syara.
Fenomena ini juga menggambarkan anak-anak kehilangan masa kecil yang bahagia, bermain dan belajar dengan tenang, sesuai dengan fitrah anak dalam kebaikan. Permainan mereka hari ini lebih banyak merangsang Gharizah nau atau naluri melestarikan jenis yang sebenarnya bukan konsumsi mereka, dan dengan edukasi minim serta pemahaman ala kadarnya memancing rasa ingin tahu mereka untuk mencoba.
Anak muda, potensi mereka luar biasa baik dari sisi tenaga maupun pemikiran. Sayang, tidak teredukasi dengan baik, bahkan halal haram dalam agama yang mereka peluk mereka tak paham. Agama dipelajari sebatas ibadah atau Sirah Nabawiyah, sedangkan politik yang kental dengan pengurusan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya di aspek ekonomi, kesehatan, pendidikan dan lainnya terabaikan.
Inilah fakta sekulerisme yang mengakar dalam sistem aturan manusia hari ini, yang kemudian mencabut fitrah manusia sebagai hamba Allah menjadi musuh yang nyata. Membuat aturan menyimpang dari apa yang diperintahkan Allah, akibatnya, tak kenal halal haram, pornoaksi atau pornografi malah menjadi komoditas.
Para pengusaha beramai-ramai memproduksi gambaran yang merangsang sesuai dengan gambaran cara pandang mereka terhadap kehidupan yang bebas, tanpa aturan, baik berupa film, buku dan semua hal yang bisa ditayangkan di media. Hingga media makin liberal, samasekali tak ada edukasi, melulu kejar rating dengan terus menerus menayangkan hedonisme, perselingkuhan, pacaran, rebutan suami atau istri dan lainnya yang sangat jauh dari nilai Islam, padahal negeri ini mayoritas penduduknya muslim.
Pergaulan anak muda pun semakin mengerikan, ketika ditanya, " senakal-nakalnya kamu dengan pacarmu, apa yang kamu lakukan? Jawabnya cek ini, dimana saja, sebab itulah menurut mereka yang disebut modern, Astaghfirullah. Sementara tidak ada keseriusan dari negara menutup konten-konten pornografi demi melindungi generasi. Para pejabat itu selalu berkilah, servernya di luar jangkauan dan lain sebagainya. Namun yang lebih memprihatinkan adalah bukti gagalnya sistem pendidikan yang juga tampak dari kasus ini.
Islam Solusi Hakiki
Bagaimana peradaban Islam. ditegakkan adalah bagaimana kita mempersiapkan generasi. Bagaimana kita yakin akan mencapai Indonesia emas jika generasi otaknya mesum? Samasekali tak punya misi visi jelas akan masa depannya. Jangan lengah, inilah jebakan kafir ini untuk melemahkan daya juang kaum muslimin. Setelah para wanitanya kemudian generasinya.
Maka Islam mewajibkan negara mencegah terjadinya kerusakan generasi melalui penerapan berbagai aspek kehidupan sesuai aturan Islam di antaranya pendidikan Islam, media islami, hingga sistem sanksi yang menjerakan. Negara memiliki peran besar dalam hal ini, sebagai salah satu pilar tegaknya aturan Allah. Sangatlah jelas pelarangan zina itu dalam firman Allah SWT. yang artinya, "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk." ( TQS Al-Isra' : 32).
Sanksi hukum dalam Islam bukan saja adil tapi juga memiliki efek menjerakan, sedang di akhirat bagi pelakunya menjadi penebusan dosa. Ketika di dunia dia telah dijatuhi hukuman jilid (cambuk) bagi yang belum menikah, atau razam bagi yang sudah menikah dan semua dilakukan di depan umum, maka di akhirat atas dosanya itu tidak lagi dijatuhkan hukuman.
Dengan demikian, jelaslah jaminan kemuliaan generasi penerus bangsa ketika Islam saja yang diterapkan. Maka, masihkah kita mengandalkan sistem buruk yang berasal dari akal manusia? Wallahualam bissawab.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.