Setop Kejahatan Generasi Akibat Pornografi
Info Terkini | 2024-09-18 10:14:24
Kejahatan remaja semakin mengerikan. Baru-baru ini terjadi tragedi yang menyesakkan dada. Tak disangka sosok-sosok polos yang beranjak dewasa ini tega berbuat keji. Empat remaja di bawah umur di Sukarami, Palembang, Sumatera Selatan, memperkosa dan membunuh seorang siswi SMP berinisial AA (13). Kapolrestabes Palembang Kombes Haryo Sugihhartono menyebut jasad korban ditinggalkan keempat pelaku di sebuah kuburan Cina, pada Minggu (1/9) sekitar pukul 13.00 WIB. (CNNIndonesia, 06/09/2024).
Nyatanya perbuatan bejat tak berperikemanusiaan itu dilakukan akibat kebiasaan mereka menonton video porno. Hal ini diakui oleh tersangka utama, bahkan kejahatan itu telah direncanakan.
Semakin hari kondisi generasi ini kian bobrok dan merusak. Setiap hari mereka duduk di bangku sekolah untuk belajar. Namun yang didapat bukanlah ilmu yang bisa memperbaiki akhlak dan kepribadian. Mereka justru semakin pandai berbuat kejahatan.
Tragedi kejahatan remaja semacam ini seringkali terjadi di negeri muslim terbesar ini. Sosok generasi muslim yang semestinya mampu menjadi problem solver tapi malah menjadi trouble maker. Mereka adalah calon-calon pemimpin bangsa yang akan menggantikan pemimpin negeri ini kelak. Lantas mau dibawa ke mana bangsa ini jika generasi mudanya telah berbuat kerusakan?
Suasana saat memang diliputi oleh paham kepitalisme liberalisme. Nilai-nilai kebebasan yang diusung dari Barat telah mengubah nilai-nilai kebaikan dan ketaatan seorang muslim terhadap syariat Allah. Mestinya mereka hidup dan berjalan di maka bumi ini dengan penuh ketaatan.
Namun nyatanya mereka seakan bebas bisa berbuat semuanya. Bebas menonton video porno, padahal kelakuan mengumbar hawa nafsu ini merupakan perbuatan dosa. Mereka juga tidak takut melakukan perbuatan dosa besar pembunuhan. Padahal jika seseorang memiliki Iman, pasti sangat takut kepada murka dan siksa Allah di akhirat kelak. Sungguh luar biasa kekejian yang dilakukan jika tanpa kekuatan Iman.
Dari sini bisa dilihat bahwa paham kebebasan telah meracuni kehidupan masyarakat muslim. Pornografi yang begitu mudah diakses oleh siapapun telah membuat rusak masyarakat, baik anak-anak, generasi muda hingga dewasa. Banyak kejadian serupa dilakukan oleh berbagai kalangan usia. Menurut para pakar di bidangnya, efek dari pornografi adalah kerusakan otak. Sehingga dari tontonan pornografi seringkali berujung pembunuhan.
Dr Mark B. Kastlemaan, pakar adiksi pornografi dari USA mengatakan bahwa efek negatif pornografi lebih besar daripada narkoba dalam hal merusak otak. Pornografi dapat menyebabkan kerusakan pada lima bagian otak, terutama pada Pre Frontal Corteks (bagian otak yang tepat berada di belakang dahi). Sedangkan kecanduan narkoba menyebabkan kerusakan pada tiga bagian otak. Tak hanya itu, pecandu pornografi juga lebih sulit dideteksi ketimbang pacandu narkoba.
Mudahnya akses pornografi di negeri ini sudah terbukti berdampak buruk dan membahayakan. Namun pemerintah hingga detik ini tidak ada upaya untuk memblokir situs-situs maksiat yang meresahkan itu. Keluarga baik-baik bisa menjadi jahat akibat tontonan liar yang mengumbar hawa nafsu ini. Semua ini karena pemerintah lebih memilih mendapatkan keuntungan daripada menyelamatkan generasi. Sebab pornografi adalah bisnis yang begitu menggiurkan.
Mengapa pemerintah tidak segera bertindak dengan penutup akses pornografi yang telah nyata-nyata mengakibatkan kerusakan generasi? Karena penyakit sekularisme akut dan kebebasan telah melanda umat Islam di negeri ini.
Sekularisme adalah memisahkan agama dari kehidupan. Sehingga jika sudah menjalankan syariat ibadah, mereka bebas melakukan apa saja, asalkan tetap shalat dan rajin puasa. Hingga perbuatan rusak pun dianggap hak asasi manusia. Seorang warga masyarakat mau menonton pornografi atau tidak, itu adalah urusan pribadi yang orang lain tidak berhak bertanya apalagi melarang. Ada remaja mau pacaran atau tidak, itu juga urusannya pribadi, sedangkan orang lain tidak boleh mengatur kehidupan orang lain.
Akibatnya kerusakan ada di mana-mana karena masing-masing merasa berhak melakukan apa saja, asalkan tidak merugikan orang lain. Padahal dampak yang muncul pasti akan membawa kerusakan moral pada masyarakat sekitarnya yang belum mendapatkan edukasi dan pembinaan keimanan.
Sedangkan pembinaan dan edukasi dari negara tidak ada sama sekali, bahkan seolah malah memberi ruang dan memfasilitasi akses pornografi.
Dalam Islam, setiap individu wajib melakukan ketakwaan terhadap hukum syariat Islam. Maka jika seorang muslim kuat menggenggam akidahnya, dia pasti akan berupaya melakukan ketatan demi mendapat rida Allah Swt. Karena standar kebahagiaan seorang muslim adalah riida Allah. Rida Allah lebih dibutuhkan daripada kenikmatan jasadi yang dimurkai Allah.
Selain itu, di dalam Islam ada budaya saling mengingatkan dan menasehati (amar ma’ruf nahi munkar) diantara anggota masyarakat. Negara pun segera bertindak memberikan aturan yang mengikat. Ada upaya preventif maupun kuratif dari negara agar permasalahan serumit apapun tidak semakin parah. Sebab negara memiliki power untuk mengendalikan rakyat. Rakyat harus tunduk pada hukum syariat yang dijalankan oleh penguasa. Hal demikian tak akan bisa berjalan dalam sistem demokrasi, karena dalam sistem ini, semua aturan dikendalikan oleh pemilik modal, atas nama suara rakyat.
Sedangkan penyediaan pornografi adalah bisnis yang mudah mendulang keuntungan pribadi. Siapa yang tidak tergiur? Meskipun mengorbankan masa depan generasi mereka tetap melakukannya demi ambisi pribadi.
Mestinya negara wajib memblokir situs pornografi tanpa pertimbangan keuntungan dan lain-lain. Sebab tidak ada yang lebih urgen dari upaya menyelamatkan Iman dan akhlak generasi. Negara juga wajib memberi sanksi tegas bagi penonton, pemilik dan pengedar konten porno yang mampu menghadirkan efek jera. Sehingga tidak ada yang berani melanggar aturan negara.
Dalam kondisi seperti ini dibutuhkan integrasi dan kerjasama dari masyarakat dan penguasa. Masing-masing saling mengontrol dan menasehati jika ada kesalahan. Tentu saja semua dilakukan atas landasan Iman dan dorongan ketakwaan demi menciptakan lingkungan yang bernuansa takwa. Harapannya kehidupan ini membawa kebaikan dunia akhirat serta senantiasa mendapatkan rida Allah Swt. Wallahu’alam bish-shawab.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.