Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Admin Eviyanti

Islam Menjaga Fitrah Seorang Ibu

Politik | 2024-09-13 09:42:08

Oleh D Budiarti Saputri

Tenaga Kesehatan

Kasus pencabulan pada remaja kembali terjadi. Kali ini melibatkan anggota Pegawai Negeri Sipil. Seorang remaja perempuan di Sumenep, bernasib malang karena dicabuli oleh Kepala Sekolahnya yang merupakan anggota PNS. Mirisnya, hal ini diketahui oleh ibu si korban yang juga merupakan seorang anggota PNS.

kasus ini terungkap saat ayah korban mendapat informasi bahwa anaknya diantarkan ibunya ke rumah kepala sekolah. Di sana korban dicabuli kepala sekolah. Ibu korban menyetujui pencabulan itu dengan alasan untuk ritual penyucian diri. Tak dijelaskan ritual apa yang mereka jalani. Dikutip dari kumparan.com (1/9/2024)

Kasus ini menunjukan bahwa naluri seorang ibu untuk melindungi dan mengasihi anaknya telah hilang. Fitrah seorang ibu yang seharusnya menjadi pendidik utama dan pertama justru melakukan kekejian luar biasa. Hal ini juga menunjukkan potret buram rusaknya pribadi ibu dan rusaknya masyarakat.

Fenomena ini membuktikan gagalnya sistem kapitalis sekuler yang diterapkan saat ini untuk menjaga kualitas ibu dan masyarakat. Sistem kapitalis sekuler yang menjauhkan agama dari kehidupan menyebabkan lemahnya iman. Ketika keimanan melemah akan mendorong seseorang berbuat keji dan asusila. Jika iman rusak, hawa nafsu berkuasa, akal dan naluri keibuan bisa hilang tidak tersisa.

Sistem ini juga telah merusak moral dalam tatanan kehidupan sosial masyarakat. Ibu yang membiarkan anaknya dirudapaksa atas sepengetahuannya membuktikan betapa bobroknya moral masyarakat saat ini. Sistem kapitalis sekuler telah menjauhkan individu dari ketaatan kepada Allah Taala. Alhasil, tujuan hidup hanya untuk memenuhi hasrat materi dan hawa nafsu.

Sistem pendidikan dalam sistem ini pun tidak dapat membawa pada kebaikan. Buktinya tersangka dan ibu korban adalah seorang pendidik, yang juga merupakan hasil dari sistem pendidikan kapitalis yang mengajarkan bahwa keberhasilan adalah dengan terpenuhinya materi semata. Dari sudut pandang peserta didik, anak-anak hanya diajarkan cara menjadi individu sukses dengan meraih materi sebanyak-banyaknya. Inilah di antara dampak kapitalisme. Tolok ukur kebahagiaan dinilai dengan kacamata materi dan kesenangan duniawi. Sistem pendidikan sekuler kapitalisme tidak membentuk anak agar memiliki ketaatan dan ketakwaan. Mereka hanya dididik cara meraih capaian-capaian yang bersifat duniawi semata.

sistem sanksi dalam sistem kapitalis pun tidak memberikan efek jera bagi pelaku asusila dan zina . Akibatnya, perbuatan asusila dan zina merebak di mana-mana.

Hal ini jelas berbeda dengan Islam. Dalam sistem Islam, masyarakat akan dikondisikan untuk senantiasa menerapkan hukum syarak sehingga suasana keimanan akan terbangun dalam masyarakat. Ketika ada sesuatu yang menyalahi hukum syarak masyarakat sendiri lah yang akan berlaku sebai pencegahnya. Sehingga moral masyarakat dapat tetap terjaga.

Islam juga menetapkan peran dan fungsi ibu, yaitu sebagai pendidik yang pertama dan utama. Di mana peran ibu sangat krusial untuk menciptakan generasi-generasi emas untuk masa depan.

Kesempurnaan sistem Islam tampak dari Sistem Pendidikan yang membentuk kepribadian Islam, yang bertujuan pada akhirat bukan hanya kenikmatan dunia semata. sistem sanksi yang diterapkan dalam sistem Islam akan membuat jera dan sebagai jawaban juga sistem lain yang mampu menjaga setiap individu dalam kebaikan, ketaatan dan keberkahan Allah.

Maka, hanya sistem Islam yang bisa menjaga fitrah seorang ibu, serta membentuk tatanan masyarakat dengan manusia-manusia yang bermoral dan beradab.

Wallahu'alam bissawab

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image