Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Admin Eviyanti

Hilangnya Fitrah dan Peran Seorang Ibu dalam Sistem Sekuler

Politik | 2024-09-08 13:43:09

Oleh Turmini

Aktivis Muslimah

Miris melihat kehidupan saat ini kejahatan terus merajalela dan terjadi dimana-mana. Lebih parahnya lagi pelaku kejahatan tersebut justru melibatkan orang terdekat korban itu sendiri.

Seperti nasib pilu yang dialami seorang remaja perempuan di Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep. Dia dicabuli kepala sekolahnya yang berinisial J (41th) yang juga seorang PNS. Mirisnya pencabulan ini disetujui dan diketahui ibu kandung yang juga seorang PNS berinisial E.

Kasi Humas Polres Sumenep, AKP Widiarti, mengatakan kepala sekolah dan ibu korban telah diamankan polisi. Kasus ini pertama kali dilaporkan ke polisi pada tanggal 26 Agustus lalu.

Pelaku yang merupakan Kepala Sekolah Dasar, diamankan anggota Resmob Polres Sumenep pada hari Kamis tanggal 29 Agustus 2024 sekitar pukul 15.00 WIB, di Rumanya, Desa Kalianget Timur," kata Widiarti, Jumat (30/8).

Ini peristiwa yang memilukan seorang ibu kandung tega melakukan perbuatan keji hingga rela mengantarkan anaknya disuruh melakukan hubungan badan dengan orang yang menjadi selingkuh ibu kandungnya sendiri.

Ada peribahasa mengatakan bahwa kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah. Secara fitrah, seorang ibu pasti menjaga dan melindungi anaknya dari kejahatan apapun. Dan sebuas-buasnya harimau tidak akan makan anaknya sendiri. Namun, yang dilakukan E kepada anaknya jelas menyalahi fitrahnya sebagai seorang ibu. Kasih sayang telah hilang, nalurinyapun telah mati hingga rela dan tega menjual anak kandungnya ke lelaki hidung belang. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Pertama, iman yang lemah telah merusak akal dan naluri manusia. Iman yang lemah akan mendorong seseorang berbuat keji dan asusila, iman yang rusak, hawa nafsu berkuasa, akal dan naluri keibuan bisa hilang.

Kedua, penerapan sistem sekuler kapitalisme berdampak pada kehidupan sosial masyarakat. Sistem ini telah menjauhkan individu dari ketaatan kepada Allah Ta'ala. Sehingga tujuan hidup hanya untuk memenuhi hasrat materi dan hawa nafsu. Karena sistem sekuler kapitalis juga menjamin kebebasan berperilaku yang mendorong seseorang berbuat sesuka hatinya, lalu lahirlah perilaku bebas tanpa batas, seperti pacaran, zina, ikhtilat (campur baur laki-laki dan perempuan) dan juga berpakaian yang tidak sesuai dengan Islam.

Ketiga, sistem pendidikan berbasis sekularisme tidak akan membawa kebaikan. Sehingga perbuatan asusila menjalar kesegala kalangan, bahkan mereka yang sudah dibekali pendidikan agama di keluarga masih memungkinkan berbuat maksiat. Hal ini terjadi karena porsi pendidikan agama dalam kurikulum pendidikan sebatas materi pelengkap. Bukan menjadi landasan dan pedoman dalam melakukan perbuatan.

Bila dilihat dari sudut pandang peserta didik, anak-anak hanya diajarkan cara menjadi individu sukses dengan meraih materi sebanyak-banyaknya.

Yang menjadi tolok ukur kebahagiaan dinilai dengan kaca mata materi dan kesenangan duniawi. Jadi mereka dididik bagaimana cara meraih capaian yang bersifat duniawi semata. Jadi pendidikan sekuler kapitalis tidak membentuk anak agar memiliki ketaatan dan ketakwaan.

Keempat, sistem sanksi bagi pelaku asusila dan zina tidak memberikan efek jera. Akibatnya, perbuatan asusila dan zina merebak dimana-mana. Semua ini buah dari penerapan sistem sekuler kapitalis menjadi biang kerok lunturnya fitrah dan naluri seorang ibu.

Solusi untuk dapat mencegah perbuatan maksiat ini tentu hanya dengan sistem Islam.

Karena dalam Islam seorang ibu memiliki peran mulia dan utama. Ibu merupakan sekolah pertama bagi anak-anaknya. Peran ibu bukan sekadar mengandung, melahirkan, menyusui dan memberi makan pada anak, tetapi ibu harus mumpuni dalam memberikan pengasuhan dan pendidikan kepada anak-anaknya, dengan menanamkan akidah Islam yang kuat dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Oleh karena itu para ibu dan calon ibu wajib membekali dirinya dengan pemahaman Islam yang benar. Untuk itu Islam memberikan perhatian serius bagi keberlangsungan generasi, juga support sistem bagi para ibu untuk mengoptimalkan peranya, baik domestik maupun publik (misalnya tempat kerja) support sistem tersebut adalah negara sebagai penjaga dan pelindung rakyat. Negara harus memiliki daya dan upaya untuk memastikan agar ketakwaan benar-benar terbentuk di tengah masyarakat.

Wallahualam bissawab.[ ]

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image