Pesan dari Seorang Ayah yang Miskin
Gaya Hidup | 2024-08-24 17:03:57Pesan dari Seorang Ayah yang Miskin
====
(Pesan 7-8 paling menohok!)
Di mata kita kemiskinan bukan kehinaan. Derajat kewalian bisa didapat pula dengan kemiskinan. Asalkan engkau menjaga kemuliaanmu. Menjaga marwahmu.
Sebagaimana kekayaan materil juga bisa menjadi penyebab kewalian. Kemiskinan adalah bahasa sistem sosial dan bagaimana strukturnya bekerja.
Pada sistim sosial yang baik, kemiskinan itu alamiah dan menjadi tanggung jawab bersama. Yang palin berat adalah ketika sistem sosial dikendalikan untuk mempertahankan piramida orang kaya( pemilik modal).
Dalam masyarakat kita yang serba global dan penuh hegemoni kemajuan Barat, keutamaan bisa engkau capai denga empat jalan.
Pertama, dengan ilmu, skill kompetensi. Kedua, dengan harta. Ketiga, dengan kemampuan sosial, adab dan akhlak. Keempat, dengan jabatan dan capaian karir hingga ke puncaknya.
Mungkin engkau bisa mendapatkan semuanya. Namun pastikan bahwa semua itu tak terlepas dari karunia Allah swt. Dia yang maha pemberi keutamaan. Menetapkan kepada siapa yang Dia kehendaki. Setiap kita diuji dengan kapasitasnya.
Sebagai hamba, kita menerima dan rela serta bersikap qanaah juga husnu zhan.
Sikap penerimaan ini bukan sebagai suatu yang pasif. Namun kesiapan untuk terus berjuang dan menghidupkan peluang.
Keutamaan utama pastinya bagi yang beriman dan beramal shalih. Setia dalam jalan kebenaran (islam) dan bersabar dengannya.
Bila sekeliling kita memandang kemualiaan dengan harta. Maka berusahalah untuk itu dengan tujuan mulia. Bukan menumpuk harta dan sebaga kesombongan.
Zamanmu kini bukan zaman bekerja keras lagi. Namun bekerja cerdas dan memanfaatkan semua kemungkinan media. Namun sikap perjuangan tetap diperlukan bila ingin mencapai kemuliaan dengan harta.
Para ahli yang baik menasihati tentang perkara ini:
Pertama fokus pada keahlianmu. Membangun relasi dan pengalaman.
Kedua, jangan membenci orang kaya atau membenci uang. Uang hanya alat tukar. Sebagian mengatakan bahwa uang hanyalah permainan. Seonggok koin atau kertas yang disepakati nilainya!
Ketiga, perketat pengeluaranmu kecuali untuk yang urgen dan perlu/kebutuhan hidup.
Keempat, boleh saja menabung..dengan maksud mengumpulkan aset. Atau menjadi karyawan sementara waktu untuk maksud di atas di atas.
Kelima, belilah benda benda atau apapun yang bisa menjadi aset. Bisa juga aset non materil seperti skill yang melipatgandakan penghasilanmu. Ketika penghasilanmu mencapai 100 juta/bulan, barulah berinvestasi dalam bentuk legal dan rasional.
Keenam. Kelapangan materil..sering disebut karena faktor berjualan. Berdagang. Bisnis. Atau menjual jasa dan pelayanan.
Walau engkau tidak suka. Namun ini mesti dilakukan mencapai kemakmuran materi. Selama baik dan halal.
Dalam hal ini engkau tidak bisa mengharapkan kepada siapapun, juga pemerintah. Kecuali kemurahan Allah semata.
Ketujuh..untuk hal di atas. Disarankan membangun merek dagangmu sendiri. Ciptakan produk dan brandmu sendiri. Atau jual produk orang lain. Bersikap hemat dan cerdas. Bangunlah merek itu sedini mungkin. Ambillah resiko besar saat engkau masih muda.
Ada yang menganjurkan..bila fokus pada satu hal. Kerjakan 16 jam sehari. Atau sedikitnya 10 jam penuh sehari dalam mencapai tujuan ini. Engkau lakukan itu hingga 10 atau bahkan 20 tahun. Sesuai kesabaran dan tujuanmu.
Kedelapan..banyak kajian menyebutkan bahwa sistem industri dan pendidikan umum dirancang oleh kapitalis dunia (setelah kejayaan islam runtuh) dengan maksud agar kita menjadi budak. Hanya menjadi pekerja. Bukan pemikir. Bukan pencipta. Bukan pemimpin. Yang boleh memimpin hanya si pemilik modal.
Inilah perjuangan dalam hal materi. Bukan semata kepuasan diri. Tapi untuk kebaikan agama. Perbaikan masyarakat.
Atau demi bakti pada ayah dan ibu yang telah berjuang semampu mungkin hingga engkau mandiri. Cukup ilmu, pengalaman dan faham dalam mengambil keputusan.
Maka bangun marwah dan kemuliaanmu dengan pertolongan Allah dan kemudahan dariNya
Aamiin....
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.