Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image aldy alfajri

Mercusuar dan Garis Cahaya

Sastra | Friday, 23 Aug 2024, 09:49 WIB

Garis Cahaya dan Mercusuar

Karya: Aldy Alfajri

12 April 1992 Mercusuar ini adalah menjadi kenangan terindah bagiku. Lautan yang membentang luas sebagai saksi bisu atas kisah cinta yang kualami sebagai penjaga mercusuar. Mungkin ini di luar nalar akal manusia. Jikalau aku bercerita tentang apa yang ku alami saat ini, sepertinya aku akan ditertawakan bahkan dianggap pendongeng anak-anak TK.

Aku harap siapapun yang membaca ini. Percayalah, datanglah ke mercusuar tempatku bekerja. Kau mungkin akan mendapati mercusuar itu sudah ditinggalkan dan tidak lagi terawat tapi disana lah keajaiban akan muncul. Sekali seumur hidup kau akan merasakannya. Untuk kamu yang sedang berputus-asa, tidak apa-apa asalkan kau harus bangkit kembali. Kau boleh mengeluh, tapi kau tidak boleh kalah dari kenyataan. Aku sudah melewati waktu demi waktu. Merasakan bagaimana dunia ini berjalan dengan lika-liku yang berbeda.

Tepat, Sebelum matahari terbenam mercusuar itu akan mengeluarkan cahaya yang terang di dalam ruangannya di hari-hari tertentu. Kau mungkin perlu menunggunya berhari-hari sampai kau dapat momen itu. Hingga pada akhirnya kau menemukannya.

******

Sebuah kereta melaju kencang melintasi gedung-gedung pencakar langit di setiap sisi rel kereta. Seorang pria membaca buku catatan kusam itu dengan khidmat. Sesaat pandangannya menerawang kearah jendela kereta menuju pelataran langit nan biru. Kala itu suasana kereta begitu tenang dan sepi penumpang. Hanya beberapa penumpang saja seperti karyawan kantoran, Mahasiswa, Dosen, dan berbagai tenaga kependidikan yang ada di kota ini.

Setelah membaca tulisan di catatan kusam itu, pria tersebut seolah-olah terbawa kembali disaat ia pertama kali merasakan apa itu cinta. Iya, jatuh cinta pertama kalinya. 12 tahun yang lalu. Ketika ia menjadi mahasiswa, rasa itu seperti terasa aneh dan sulit dijelaskan tetapi begitu indah ia rasakan. Ia merasa seperti mabuk karena minuman keras, selalu mengingat tentang wanita yang ia dambakan dan membuatnya berhasil masuk dalam dunia percintaan seperti di kisah-kisah, Novel dan lain sebagainya.

12 Tahun yang lalu.....

“Alii!! Ayo cepetan, hujan deras nih. Aku gak mau masuk angin”

“Iyaa Rani, Sabaran dikit kek ini jalannya juga becek.”

Waktu itu hujan turun deras, seluruh kota hening hanya beberapa orang yang masih ada diluar. Lalu lintas kota tidak begitu macet sehingga lalu lintas tetap berjalan lancar sebagaimana mestinya. Ali dan Rani kini berteduh disebuah kafe sembari menikmati kopi dan teh.

“Nanti, untuk pernikahan kita pokoknya sudah aku persiapkan. Dananya sudah aku ada tinggal kita mengatur bagaimana kedepannya.”

“Gak bisa gitu donk Ali. Yang namanya pernikahan itu kita tangani bersama dan jalani bersama. Gak bisa Cuma kamu aja yang tangani pasti dari keluarga mau ikut kontribusi pernikahan kita.”

“Yaudah kalau gitu, yang penting segala pembiayaan pernikahan aku yang tanggung deh. Selebihnya nanti keluargamu bisa atasi. Yang terpenting semuanya harus berjalan dengan lancar. Oke sayang?”

“Iya Ali Sayangku.” Ali dan Rani saling merangkul satu sama lain.

Dua bulan yang akan datang, Ali dan Rani akan merencanakan pernikahan mereka. Tentu keluarga mereka sudah mengetahui satu sama lain. Terlebih lagi ali lah dengan keberaniannya ia datang sendiri kerumah Rani untuk menghadap bapaknya demi melamarnya. Seketika, Bapak Rani menelpon seluruh keluarga besar untuk datang kerumah rani. Mereka penasaran dengan calon suami rani yaitu, Ali.

Dengan perasaan yang gugup dan tremor, Ali berusaha menenangkan dirinya dihadapan keluarganya Rani. Sejenak Ali mengambil nafas kemudian step by step Ali mulai memperkenalkan dirinya siapa, apa profesinya dan semua tentang dirinya apa adanya.

“Andaikata saya menolak lamaranmu untuk anak saya, bagaimana tanggapanmu?”

“Kalau begitu, apapun keputusannya saya akan menerimanya dengan lapang dada. Jikalau saya ditakdirkan untuk menjadi pasangan Rani saya sangat bersyukur sekali. Tetapi jika memang saya tidak ditakdirkan menjadi pasangan Rani maka saya akan menerimanya. Bagaimanapun juga Esensi dari lamaran bukan dilihat dari restu atau tidaknya melainkan dari keberanian saya untuk menghadap bapak.” Mendengar perkataan Ali, seluruh keluarga besar Rani terkesima. Begitupula dengan Rani. Pada akhirnya Bapak Rani pun merestui lamaran Ali. Selanjutnya tinggal mempersiapkan apa yang perlu dipersiapkan.

Namun sayangnya....

Kejadian yang tidak diinginkan menimpa Ali.

Disaat Ali dan Rani hendak ijab qobul di tengah acara pernikahan. Tiba-tiba tanah yang mereka pijak bergetar hebat. Seluruh hadirin dalam acara tersebut panik dan berlarian keluar dari gedung pernikahan. Ali dan Rani segera keluar dari gedung secepatnya karena gedung pernikahan mulai ambruk karena gempa.

Setelah guncangan hebat itu mereda, Ali dan Rani bisa menghela nafas dengan lega. Namun ini belum berakhir. Tak disangka, gempa barusan membuat bencana lainnya muncul, yaiu Tsunami.

Ombak setinggi 20 Meter menghujam pesisir pantai dan menerjang daratan. Kota yang Ali dan Rani tempati merupakan kota yang dekat dengan lautan. Ombak tsunami yang mengalir begitu cepat membuat penduduk kota tidak bisa berbuat apa-apa selain melarikan diri sejauh mungkin. Dan disini Ali dan Rani melihat ombak itu semakin dekat, mereka akhirnya saling berpelukan. Mereka tidak tahu apakah mereka selamat atau tidak. Hanya tuhan yang tahu.

Dan....

Semua terjadi, hancur luluh lantak menyisakan puing-puing bangunan perkotaan.

Namun, Tuhan menakdirkan ali selamat dalam bencana itu, Sementara Rani dipeluk oleh tuhan menuju surgawi.

Langit biru yang dipandang Ali persis 12 tahun yang lalu. Biru dan tidak berawan menyisakan sinar matahari yang menyilaukan mata. Kemudian, setelah kereta berhenti di stasiun Ali beranjak keluar dan mencari taksi.

“Bisa antar saya ke lokasi ini pak?”

“Hmm..ini beneran kamu mau kesini? Ada keperluan apa?”

“Memangnya kenapa ya Pak? Apakah ini lokasinya dilarang ya pak oleh pemerintah?”

“Yah ndak sih mas, Cuma ini kan tempatnya udah tidak dipakai lagi, tidak ada lagi petugas mercusuar yang berjaga disana. Saya dengar rumor-rumor di mercusuar itu angkor lho mas.”

“Aduh pak jaman sekarang kok masih percaya hal yang begituan”

“Yaudahlah kalau begitu kamu maunya, tapi bapak Cuma bisa antar dibawah. Soalnya lokasinya itu naik ke bukit nanti kamu naik sendiri ke atas”

“Siap pak!!”

Akhirnya setelah Ali sampai di tempat, segera ia langsung beranjak menuju mercusuar itu. Malam pun kini membungkus langit, Ali di hari sebelumnya telah mempersiapkan banyak hal Untuk menanti cahaya terang yang ia ketahui di buku catatan kusam itu. catatan yang ia dapat di Dibawah kursi taman ketika ia bersantai.

Dua – tiga hari tak kunjung Ali menemukan cahaya terang tersebut. Perbekalannya semakin menipis dan ia harus menghematnya untuk hari-hari kedepannya.

Dihari keempat disaat Ali mulai putus asa dan perbekalannya telah habis total. Akhirnya keajaiban muncul...

“Astaga!!! ITU CAHAYANYAA!!”

Segera Ali langsung beranjak masuk ke mercusuar. Ia menaiki tangga dan berusaha naik secepatnya. Ali takut jika cahaya itu tiba-tiba hilang.

Dan ternyata...catatan kusam itu benar. Cahaya itu benar-benar ada. berbentuk seperti garis lurus seperti laser. Tetapi dengan cahaya yang terang. Ketika ali mendekati cahaya tersebut, Ali merasa seakan-akan badannya tersedot dan masukan ke sebuah dimensi lain. Sepersekian detik Ali berada di sebuah ruangan yang ia kenali.

“Ini rumah rani. Kok aku bisa disini? Bukannya rumah rani sudah hancur lebur diterjang tsunami seperti rumahku.”

Disaat ia hendak mendekati rumah Rani. Seseorang memanggilnya.

“Alii”

Ali segera berbalik badan menuju sumber suara.

“Hah? Ra, Ran...Rani? kau...”

Rani kemudian menghampiri Ali dan memeluknya.

(BERSAMBUNG)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image