Aura Maghrib: Istilah Viral di Media Sosial
Edukasi | 2024-08-20 15:45:51Melansir dari Radio Republik Indonesia, istilah ini pertama kali muncul dari sebuah video lama milik selebgram Fujianti Utami Putri, atau yang lebih dikenal dengan Fuji. Dalam video tersebut, beberapa netizen mulai menggunakan istilah "aura maghrib" untuk menggambarkan penampilan Fuji saat itu, yang sayangnya diinterpretasikan secara negatif. Padahal, waktu maghrib adalah momen yang indah ketika matahari terbenam dan cahaya lembut menghiasi langit, namun dalam konteks ini, istilah "aura maghrib" justru disalahgunakan untuk melakukan body shaming, terutama terhadap mereka yang berkulit gelap (IDN Times).
Bayangkan jika tiap kali kamu mengunggah foto, kamu menerima komentar yang merendahkan penampilan fisikmu. Bagi banyak orang, terutama wanita, menerima komentar negatif tentang penampilan mereka bisa sangat merusak rasa percaya diri.
Komentar seperti "maghrib," yang merujuk pada warna kulit seseorang, bisa membuat mereka merasa tidak berharga atau kurang menarik. Dampak ini menyadarkan kembali bahwa standar kecantikan yang ada di masyarakat sering kali bias dan tidak inklusif.
Selama ini, kecantikan sering diukur berdasarkan kulit yang lebih terang, membuat banyak orang merasa bahwa mereka tidak sesuai dengan standar tersebut. Padahal, kecantikan itu sangat beragam dan tidak bisa diukur hanya dari satu standar saja.
Di era digital ini, di mana komentar dan opini bisa tersebar luas dalam hitungan detik, kita harus lebih berhati-hati dalam memilih kata-kata. Alih-alih meninggalkan komentar yang dapat menyakiti perasaan orang lain, kita bisa memilih untuk memberikan dukungan, atau jika tidak ada yang baik untuk dikatakan, lebih baik tidak berkomentar sama sekali.
Pentingnya bagi kita semua untuk belajar menghargai perbedaan dan memahami bahwa setiap individu unik dan cantik dengan caranya masing-masing. Menghargai keragaman adalah langkah awal untuk menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan adil bagi semua orang.
Komentar "maghrib" mungkin terlihat seperti candaan yang tidak berbahaya, tapi dampaknya bisa sangat nyata dan menyakitkan bagi orang yang menerimanya. Mari kita bersama-sama menciptakan lingkungan yang lebih baik dengan menghargai setiap individu, apapun warna kulitnya.
Dengan saling mendukung dan menghargai, kita bisa mendorong kesetaraan dan memastikan bahwa semua orang merasa diterima dan dihargai di masyarakat ini, baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Perubahan bisa dimulai dari langkah-langkah kecil yang kita ambil setiap hari, dan bersama-sama, kita bisa menciptakan dunia yang lebih inklusif dan penuh kasih.
Referensi :
IDN TIMES. (2024, June 20). Apa Itu Aura Maghrib? Istilah Gaul yang Viral di Medsos. IDN TIMES. https://www.idntimes.com/hype/viral/sierra-citra/apa-itu-aura-maghrib-istilah-gaul-yang-viral-di-medsos?page=all
Kumparan. (2024, June 21). Arti Aura Maghrib, Komentar Negatif yang Viral di TikTok. Kumparan. https://kumparan.com/berita-hari-ini/arti-aura-maghrib-komentar-negatif-yang-viral-di-tiktok-22zy5QO1XO1
Radio Republik Indonesia. (2024a, July 3). Istilah “Aura Magrib” yang Viral di Tiktok? Radio Republik Indonesia. https://www.rri.co.id/lain-lain/800491/istilah-aura-magrib-yang-viral-di-tiktok
Radio Republik Indonesia. (2024b, July 7). Mengenal Istilah “Aura Maghrib.” Radio Republik Indonesia. https://www.rri.co.id/lain-lain/809261/mengenal-istilah-aura-maghrib
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.