Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Rofiqi

Makna Ta'awun Dalam Kehidupan Sosial

Agama | 2024-08-13 11:26:42
sumber: hariannusa.com

Diantara ikhtiar seorang hamba untuk senantiasa berada dalam proses ketakwaannya adalah membahagiakan Allah dengan menolong sesama. Mengundang keridhoan Allah dengan kita beraktivitas at-taawun (saling menolong).

عَنْ اَنَسٍ رَضِيَ اللهُ تَعَالىَ عَنْهُ قَالَ, قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم مَنْ قَضَى لِأَحَدٍ مِنْ اُمَّتِى حَاجَةً يُرِيْدُ اَنْ يَسِرَّهُ بِهَا فَقَدْ سَرَّنِي وَمَنْ سَرَّنِي فَقَدْ سَرَّ اللهَ وَمَنْ سَرَّ اللهَ اَدْخَلَهُ اْلجَنَّةَ

“Dari Anas ra berkata, Rasulullah saw. bersabda: siapa yang memenuhi hajat kebutuhan seseorang dari umatku dengan harapan ingin membahagiakannya, maka (hakikatnya) ia telah membuatku bahagia. Dan siapa telah membuatku bahagia, maka ia benar-benar telah membuat Allah bahagia. Dan siapa telah membuat Allah senang, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga” (HR. al-Baihaqi)

Hadis ini dapat diamalkan guna meningkatkan kualitas amal kita. Bahkan amal dalam konsep taawun (saling menolong) ini juga mengundang syafaat baginda Nabi saw. Syafaat Nabi dapat diraih dengan menolong sesama.

عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ, قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم مَنْ قَضَى لِأَخِيْهِ حَاجَةً كُنْتُ وَاقِفًا عِنْدَ مِيْزَانِهِ فَاِنْ رَجَحَ وَاِلَّا شَفًعْتُ لَهُ

“Dari Nafi’ dari Sayyidina Ibn Umar ra Beliau berkata, Rasulullah saw. bersabda: “ siapa yang memenuhi hajat saudaranya, maka aku nantinya akan berada di samping timbangan amalnya. Apabila timbangannya baik (dan itulah yang memang aku harapkan). Namun jika timbangannya tidak baik, maka aku akan memberi pertolongan kepadanya”. (HR. Abu Nuaim)

Ketika situasi seorang hamba dihadapkan kepada proses penghitungan amal, timbangan amal, lalu siapakah yang paling diharapkan syafaatnya selain baginda Nabi Muhammad saw. Maka, beruntunglah seseorang yang sewaktu di dunia memperbanyak peluang untuk mengundang syafaat Nabi kelak pada hari kiamat nanti. Pada pertimbangan perhitungan amal di hadapan mizan, dia yang terbanyak membantu dan memudahkan sesama. Bahkan untuk menjadi seorang hamba yang istimewa, pintunya adalah melalui keberkatan senang dan gemar saling membantu.

اِنَّ للهِ مِنْ خَلْقِهِ وُجُوْهًا خَلَقَهُمْ بِحَوَائِجِ النَّاسِ يَرْغَوُوْنَ فِى اْلاَخِرَةِ وَيَعُدُّوْنَ اْلجُوْدَ مَتْجَرًا وَاللهُ يُحِبُّ مَكَارِمَ اْلاَخْلَاقِ

“Sesungguhnya Allah memiliki makhluk terkemuka, hamba pilihan yang Allah ciptakan guna memenuhi kebutuhan hajat manusia. Mereka amat mencintai akhirat dan mempergunakan kedermawanannya sebagai ladang perniagaan akhirat dan Allah mencintai budi pekerti yang luhur” (HR. Ibn Hibban dalam fadail al-a’mal)

Hadis ini memotivasi bagi setiap manusia yang tidak puas hanya sebatas menjadi manusia, hamba yang biasa. Tetapi, dia ingin lebih baik lagi berpredikat hamba yang istimewa. Pintu terbuka bagi siapa saja yang gemar membantu mempermudah urusan orang lain dalam kebaikan. Bahkan Allah mencintai setiap pemilik budi pekerti yang luhur (makarimal akhlak). Dengan akhlak yang baik mengundang predikat hamba yang istimewa. Bahkan saling membantu dalam kebaikan ini adalah terapi yang cukup efektif untuk menyembuhkan kemunafikan dalam diri seseorang.

Orang yang membantu sesama dibebaskan dari kemunafikan karena gemarnya menolong sehingga mengantarkan orang tersebut menjadi dibersihkan dan disucikan dari virus kemunafikan.

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ, قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم مَنْ سَعَى لِأَخِيْهِ اْلمُسْلِمِيْنَ فِى حَاجَةٍ قُضِيَتْ اَوْ لَمْ تُقْضَى غَفَرَ اللهُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَاَخَّرَ وَكُتِبَتْ لَهُ بَرَاءَتَانِ بَرَاءَةٌ مِنَ النَّارِ وَبَرَاءَةٌ مِنَ النِّفَاقِ

“Dari Ibn Abbas ra, beliau berkata, Rasulullah saw. bersabda: Barangsiapa yang menyusuri jalan guna memenuhi hajat saudaranya yang muslim. Baik usahanya itu terwujud ataupun tidak. Niscaya Allah tetap mengampuni dosanya yang telah lalu maupun yang akan datang. dan ia tercatat sebagai orang yang terbebas dari dua hal, yaitu siksa api neraka dan kemunafikan” (HR. Abu Nuaim)

Betapa luas pintu kebaikan yang Allah sediakan. Aktivitas harian kita, para ulama, para kiai, para asatidz yang berkhidmat untuk membimbing umat. Mengajar ilmu, menyampaikan amanah (tugas keilmuan) kepada para murid atau santri adalah peluang terbesar untuk termasuk dalam makna at-ta’awun (saling menolong). Para santri yang memudahkan aktivitas belajar mengajar, taat aturan pesantren adalah juga bagian dari makna at-ta’awun.

Masyarakat dengan berbagai aktivitasnya, berniaga, jasa dan semacamnya adalah makna at-ta’awun dalam bentuk yang lain. Semua adalah peluang amal shaleh untuk menjadi pundi-pundi keberhasilan kelak di akhirat nanti. Dunia adalah ladang amal dan akhirat adalah musim panen yang kita harapkan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image