Dari Cerita Viral, Film 'Dosen Ghaib: Sudah Malam atau Sudah Tahu' Selipkan Isu Pendidikan
Gaya Hidup | 2024-08-09 13:21:10JAKARTA -- CEO & Produser Dee Company Dheeraj Kalwani menilai "Dosen Ghaib: Sudah Malam atau Sudah Tahu" bukan sekadar film menakutkan. Film yang diangkat dari cerita viral ini juga menyelipkan isu pendidikan.
Dheeraj mengungkapkan hal itu dalam Gala Premiere di Epicentrum Walk, Jakarta Selatan, Kamis, 8 Agustus 2024.
Selain Dheeraj, acara juga dihadiri Guntur Soeharjanto (Sutradara), Evelyn Afnilia (Penulis), Egi Fedly, Ersya Aurelia, Rayn Wijaya, Annette Edoarda, Endy Arfian (Pemain).
"Banyak yang bertanya akan seperti apa filmnya? Waktunya kami persilahkan penonton untuk menilai. Film ini bukan cuma teror, tapi membawa isu penting dalam pendidikan Indonesia," ujar Dheeraj soal film tersebut kemarin.
Salah satu isu yang ditekankan adalah tidak boleh lagi adanya dosen killer (dosen galak) di kampus.
"UGM sudah dengan tegas menolak adanya dosen killer. Kami ingin menunjukkan dampaknya seperti apa jika pembelajaran tidak dilakukan dengan baik," lanjut Dheeraj.
Antusiasme
Sementara itu, Sutradara Guntur Soeharjanto mengaku antusias dengan film Dosen Ghaib, yang dijawadlkan tayang di bioskop 15 Agustus 2024
"Senang akhirnya bisa merilis film ini. Cerita yang dikembangkan dari kisah viral punya tantangannya tersendiri. Semua unsur viral harus masuk, tapi cerita juga tidak boleh sembarangan harus nyambung," kata Guntur.
Gayung bersambut, Evelyn Afnilia menulis cerita yang bisa dirasakan oleh semua mahasiswa.
"Rasanya di setiap jenjang pendidikan ada ya guru galak, dosen killer. Dulu kan mikirnya itu proses pembelajaran, tapi dengan peningkatan kesadaran pentingnya kesehatan mental, semua berubah. Ini yang menjadi dasar saya mengembangkan cerita," paparnya.
Pengalaman Syuting
Ersya Aurelia bercerita pengalamannya ketika menjalani proses syuting film Dosen Ghaib bersama pemain lainnya yaitu Annette Edoarda, Ryan Wijaya dan Endy Arfian.
Pada proses syuting film yang akan tayang pada 15 Agustus mendatang ini, Ersya mendapatkan pengalaman yang baru yaitu digantung menggunakan sling dalam
sebuah adegan untuk perannya sebagai Amelia.
Hal ini bukan hanya terjadi dalam waktu yang singkat saja namun cukup lama hingga diakui oleh Ersya tubuhnya menjadi pegal.
"Film ini memberikan pengalaman yangbaru ketika syuting. Banyak banget adegan yang pakai sling dan kita harus diam lama kalau belum take supaya slingnya tetap aman. Lumayan pegal," kata Ersya Aurelia.
Pengalaman ini bukan hanya dirasakan oleh Ersya namun juga Annette Edoarda yang juga harus berurusan dengan sling ketika menjalani adegan untuk perannya sebagai
Maya.
Pada awalnya ia mengaku tidak masalah harus menunggu pengambilan gambar dengan menggunakan sling, namun baru keesokan harinya ia merasakan pegal ditubuhnya.
"Aku ada adegan yang jatuh dari atas terus slingnya di pinggangkan. Nah itu aku ditahan tunggu take. Berkali-kali take nggak masalah, tapi besok paginya berasa encoknya," cerita Annette Edoarda.
Rayn Wijaya yang berperan sebagai Emir juga merasakan dampak dari proses syuting film Dosen Ghaib ini. Di mana setelah menjalankan syuting ia merasa kalau pendidikan
itu tidak baik dengan menggunakan kekerasan namun harus memikirkan emosi dan mental siswanya juga.
"Film ini memberikan pemikiran baru, bahwa pendidikan nggak harus menyiksa anak. Emosi dan kesehatan mental anak perlu diperhatikan," beber Rayn Wijaya.
Bagi Endy Arfian film Dosen Ghaib ini bukan hanya menampilkan horor semata namun juga nilai mengenai persahabatan yang tinggi. "Persahabatan juga penting ditampilkan
di film Dosen Ghaib. Kita kuliah nggak cuma mengejar nilai, tapi juga berproses bersama, sosialisasi dengan teman-teman," katanya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.