Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fariz Ardan

Film Yang Mengangkat Budaya: OndeMande! (2023) dengan Kearifan Lokal Minangkabau

Sastra | 2024-10-28 06:58:07

Sumber: Instagram @ondemandefilm

Film berjudul Onde Mande! merupakan film yang terbit pada tahun 2023 yang disutradari oleh Paul Fauzan Agusta. Film ini mengangkat kehidupan masyarakat di Desa Sigiran atau tepatnya berada di pinggiran Danau Maninjau dan mengangkat budaya Minangkabau. Film berdurasi 1 jam 37 menit ini telah ditonton sebanyak 100.000 lebih penonton dan kini juga dapat ditonton pada aplikasi layanan streaming film.

Kearifan lokal dapat ditemukan pada film dengan beberapa kategori atau dimensi. Kearifan lokal sendiri merupakan bagian dari budaya yang mencerminkan kehidupan masyarakat berupa pengetahuan, praktik atau kebiasaan. Menurut Sedyawati (2006), bahwa kearifan lokal terdiri dari dimensi pengetahuan lokal, dimensi nilai lokal, dimensi keterampilan lokal, dimensi sumber daya lokal, dimensi mekanisme pengambilan keputusan lokal dan dimensi solidaritas kelompok kecil.

Kearifan lokal masyarakat Minangkabau

Adapun penulis meneliti bentuk kearifan lokal pada film Onde Mande! dan didapatkan beberapa bentuk kearifan lokal masyarakat Suku Minangkabau yang ditinjau dari dimensi kearifan lokal oleh Sedyawati (2006) sebagai berikut.

1. Pangan lokal dan kesenian

Pada film Onde Mande! penonton akan diperlihatkan dengan berbagai hidangan seperti makanan dan minuman yang khas dari Sumatra Barat. Hidangan tersebut mulai dari teh talua, kopi talua, gulai asam durian hingga perkedel rinuak. Teh talua atau teh telur ini dibuat dengan cara gula dan telur yang dikocok yang kemudian ditambahkan sedikit perasan jeruk nipis yang kemudian dimasukkan ke dalam teh. Hidangan ini merupakan minuman tradisional dan cukup populer di Sumatra Barat, terkhusunya di warung tradisional Minangkabau. Adapun perkedel rinuak (kecil) merupakan makanan khas asal Desa Sigiran, Sumatra Barat yang terletak di pinggiran Danau Maninjau. Ikan rinuak merupakan sejenis ikan air tawar kecil yang ada di Danau Maninjau.

Kesenian berupa alat musik dan seni bela diri juga terlihat dalam film ini. Tambua tasa merupakan alat music tradisional yang berasal dari Sumatra Barat yang biasa dimainkan dalam upacara adat atau upacara keagamaan. Sedangkan silek (silat) ialah seni bela diri yang diwariskan dari generasi ke generasi oleh masyarakat Suku Minangkabau.

2. Nilai lokal masyarakat dan rumah gadang

Masyarakat Suku Minangkabau dikenal dengan karakteristik masyarakat yang ramah, sopan dan ketaatan dalam beragama. Pada film ini, nilai lokal ramah dan sopan digambarkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Sigiran. Adat masyarakat juga ditampilkan dengan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Masyarakat Minangkabau juga dikenal dengan mayoritas masyarakat beragama Islam.

Selain nilai lokal di atas, terdapat nilai yang terkandung dalam rumah gadang, yakni rumah tradisional Sumatra Barat. Rumah gadang atau rumah besar melambangkan kehadiran satu kaum dalam satu nagari. Artinya rumah adat Minangkabau ini merupakan rumah pemersatu kekerabatan yang biasa digunakan dalam bermufakat, melaksanakan upacara adat atau keagamaan dan sebagainya. Keunikan dari rumah gadang ini ialah dengan bentuk atap yang berbentuk lancip seperti tanduk kerbau.

3. Karakteristik merantau dan berdagang

Salah satu karakteristik dari masyarakat Minangkabau ialah merantau. Jumlah penduduk yang merantau juga dapat dikatakan sangat banyak. Terlepas dari kebiasaan ini, masyarakat Minangkabau dinilai dapat berkomunikasi dan bernegosiasi dengan baik. Berdagang menjadi salah satu keterampilan dan menjadi pekerjaan oleh masyarakat Minangkabau baik di Sumatra Barat ataupun di luar daerah.

4. Danau Maninjau dan pembudidayaan ikan

Film ini berlatar belakang masyarakat yang hidup di pinggiran Danau Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatra Barat. Pada film, diperlihatkan bagaimana pemanfaatan masyarakat pada sumber daya yang ada, di mana pembudidayaan ikan di Danau Maninjau. Namun, Danau Maninjau dalam beberapa masa mengalami kematian massal ikan yang berdampak buruk bagi masyarakat di sana, terkhususnya pemilik budidaya ikan.

5. Pengambilan keputusan lokal

Masyarakat Minangkabau dikenal dengan karakteristik musyawarah mufakat. Dalam mengambil keputusan ini, masyarakat Minangkabau memiliki ninik mamak, yakni pemimpin kaum yang dipilih dan kepemimpinnya akan diwariskan secara turun temurun.

6. Kesolidaritasan

Masyarakat Suku Minangkabau tentu memiliki dimensi solidaritas antar keluarga, masyarakat ataupun lainnya. Terdapat banyak sekali nilai kesolidaritas yang ada dan sudah tertanam pada masyarakat Suku Minangkabau. Selain musyawarah, masyarakat Suku Minangkabau juga memiliki perasaan kepercayaan, kejujuran satu sama lain, keberanian, kesetian dan adanya gotong royong atau kerja sama masyarakatnya. Dimensi ini juga dapat dilihat dalam film Onde Mande!.

Itulah beberapa bentuk kearifan lokal masyarakat Minangkabau pada film Onde Mande!. Film ini mengangkat budaya Minangkabau yang kental dan bahasa yang digunakan pada film ini berupa bahasa Minangkabau. Penonton akan dibuat larut dalam cerita dengan konflik yang terjadi pada masyarakat Desa Sigiran atas hadiah sayembara sabun. Film ini berhasil mendapat skor peringkat IMDb 8,4/10 dan berhasil mendapatkan antusias, juga respon positif dari penonton.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image