Stop Lakukan Ini Agar Anak Tidak Mudah Tantrum
Parenting | 2024-08-08 14:27:58Pembukaan
Parents pasti banyak yang mengalami fase anak tantrum? Hal ini pasti menyulitkan bagi orang. Tantrum biasanya muncul ketika kita sedang mengajak anak-anak jalan- jalan atau berkumpul dengan keluarga. Alhasil kita sebagai orang tua akan menuruti permintaan anak agar tidak semakin tantrum. Apalagi anak tantrum ketika berada di depan umum atau depan keluarga besar, pastinya orang tua akan mendapat banyak tekanan dalam menghandle anak kita. Hal yang tidak kalah mengejutkan adalah hampir setiap anak akan mengalami temper tantrum, bedanya di level prilaku yang mucul, ada yang masih kategori ringan , sedang dan berat. Bagi ayah dan bunda yang sangat kesulitan mengatur anak yang sedang tantrum maka jangan ragu-ragu untuk menemui ahli.
Definisi
Mungkin banyak dari para orang tua sudah mengetahui bentuk tantrum dari anak, tetapi belum mengerti definisi dari tantrum sendiri. Temper tantrum merupakan bentuk prilaku yang di tunjukkan anak kepada orang tua, prilaku ekstrim anak untuk merespon dari ketidakpuasaan atau ketidaksetujuaan. Temper tantrum juga akan mucul bila anak menginginkan perhatian kita, kelelahan, dan ketidak mampuan menyampaikan perasaanya atau frustasi anak. Emosi yang tak terkontrol dan muncul di waktu yang tidak semestinya. Prilaku yang muncul biasanya berupa, teriakan , tangisan, amarah bahkan agresi baik verbal maupun nonverbal.
Prilaku ini umum terjadi pada anak usia yang baru menginjak usia 2 tahun, namun tidak jarang kita menemui anak tantrum sebelum usia 2 tahun. Prilaku tantrum mucul akibat adanya keterbatasan anak dalam meregulasi emosinya. Bahkan pada beberapa kasus anak cenderung menyakiti diri, seperti memukul kepala, mengigit dan menendang.
Penyebab Tantrum Pada Anak
Seperti yang kita jelasakan di atas bahwa tantrum munul sebagai respon anak darisituasi tertentu. Pasti berlaku hukum sebab akibat dalam munculnya prilaku tantrum. Berikut ini beberpa hal yang menyebabakan anak muncul prilaku tantrum
1. Kelelahan, lapar dan sakit
Tiga kondisi tersebut sangat mungkin bagi anak untuk memunculkan prilaku tantrum. Seperti yang kita ketahui anak akan rewel ketika merasa kurang enak badan atau kelelahan. Kondisi ini akan semakin diperburuk bila anak merasakan kelelahan, rasa lapar dan rasa sakit yang bersamaan. Perasaan tidak nyaman yang dialami tubuh akan memicu munculnya prilaku tantrum.
2. Frustasi
Pada tahapan usia balitan anak akan mengalami perkembangan sensori motor yang artinya dia mengenali dunia lewat pengindranya. Bisa lewat disentuh, dilihat, dan yang paling sering dimasukkan kedalam mulut. Sebagai orang tua terkadang karena khawatir akan kebersihan anak, kita akan langsung menghentikan kegiatan anak saat eksplorasi. Tindakan kita akan dianggap sesuatu yang tidak menyenangkan apalagi saat kita menghentikan langsung merebut tanpa memberi pengganti benda lainya. Anak akan rewel sebagai respon dari prilaku kita.
Seperti yang kita ketahui bahwa anak kecil menyampaikan perasanya lewat tangisan. Tantrum akan muncul ketika dia merasa frustasi untuk menyampaikan keinginannya pada orang dewasa. Sehingga respon dari ketidak setujuan saat kegiatannya di hentikan secara apaksa adalah dengan menangis atau prilaku tantrum lainya. Pada beberapa kasus anak yang mengalami gangguan perkembangan akan menunjukkan prilaku tantrum yang lebih buruk.
3. Ingin mendapat perhatian
Tidak jarang anak yang menangis, berteriak dan lain sebagainaya adalah dalam rangka melihat respon orang sekitarnya. Anak terlahirdengan kemamapuan sempurna sehingga dia akan menakar respon orang sekitar saat dia melakukan sesuatu. Biasanya anak yang baru mendapat adik baru akan mencoba mencari perhatian dari orang tuanya, karena orang tua berfokus pada adik barunya.
4. Mencontoh prilaku orang tua
Seperti yang kita ketahui anak adalah pencontoh yang ulung, otak anak layaknya spons yang menyerap apapun. Tidak jarang prilaku tantrum muncul karena melihat orang tuanya melakukan kekerasan.
Tips Agar Anak Tidak Tantrum
1. Konsisten
Prilaku orang tua yang tidak konsisten akan membut prilaku tantrum semakin parah. Hal ini bisa terjadi karena anak akan mempredisksi, misal hari ini anda membolehkan makan coklat, besok anda melarang, saat anak dilarang maka akan muncul reaksi berontak. Bisa juga seperti ini, hari anak menangis minta coklat karena merasa kesal akhirnya anda memberikan coklat tersebut, dilain hari anak akan menangis saat minta coklat.
Lalu bagaiman cara memperbaiki dampak dari prilaku kita yang tidak konsisten pada anak?. Jawabnya adalah raja tega, biarkan anak meluapkan kekesalanya, tanpa menuruti, dan jangan pernah tinggalkan anak saat menangis. Tebalkan kuping anda, baru saat dia sudah mengusai emosinya ajak bicara mengapa hal itu dilarang. Dihari kemudian anda harus konsisten, jangan sampai lemah. Ingat sayang bukan berati menuruti semua keinginan, tegas berbeda dengan keras.
2. Tenang
Bukan perkara mudah tetap tenang disaat anak sedang tatrum, ada jutaan orang berada di kapal yang sama dengan anda yaitu sulit tenang saat anak tantrum. Tetapi apapun alasanya kekerasan fisik tidak akan berdampak baik. Teriakan anda, cubitan anda, pukulan anda akan disesali. Dampaknya saat anda tidak tenang anda akan semakin lelah dan marah,. Sedangkan anak akan semakin tantrum tanpa mengetahui kesalahanya, anak juga tidak belajar apapun.
Meskipun sangat sulit, usahakan tetap tenang, dan tenangnya para ibu akan mustahil bila dia kelelahan. Maka jangan lupa membagi tugas pengasuhan, buat waktu sendiri untuk anda istirahat, luangan waktu bersama pasangan. Komunikasikan kepada orang terdekat terkait sikap anda pada anak dan apa yang harus dilakukan oleh orang sekitar saat anak tantrum. Ingat kata kuncinya komunikasikan meskipun mustahil tetap usahakan.
3. Meminmalisir munculnya pemicu prilaku tantrum
Dari penjelasan diatas kita mengetahui prilaku tantrum muncul karena anak merasa tidak nyaman atau sedang tidak suka. Maka sebelum berpergian jauh siapkan hal yang mencukupi kebutuhan biologis anak. Perhitungkan waktu kapan anak mulai lelah, kapan mulai jenuh. Berikan aktifitas yang menyenangkan pada anak anda, dengan bercanda dan bermain. Jika sangat kesulitan maka bisa menggunakan video edukatif lewat gadget dengan syarat orang tua membatasi penggunaan dan tetap mengajak komunikasi. Ingat waktunya dibatasi dan anak tetap diajak ngobrol jangan di biarkan asik sendiri.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.