Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image virgafirdaus sanjaya

Mengenal Puisi dan Quotes, Apakah Perlu Metafora?

Agama | 2024-07-30 19:29:44

Sekilas kita bisa melihat, bahwa puisi dan quotes hampir sama, tetapi nyatanya banyak faktor yang membuat berbeda. Menurut Goenawan Mohammad, seorang sastrawan dan budayawan Indonesia yang dikenal luas, puisi adalah ungkapan perasaan dan pikiran yang tertuang dalam bentuk sastra yang khusus, di mana bahasa digunakan secara kreatif dan memiliki ritme tersendiri. Puisi bagi Goenawan Mohammad juga merupakan sarana untuk menyampaikan pesan-pesan mendalam, serta menciptakan pengalaman estetika yang intens bagi pembacanya. Sedangkan, quotes adalah kutipan memiliki tujuan yang lebih langsung dalam menyampaikan pemikiran atau pesan filosofis, motivasional, atau inspiratif. Kutipan sering kali digunakan untuk membangkitkan pemikiran atau memberi semangat kepada pembaca dalam waktu singkat. Namun, bisakah kita meluangkan waktu untuk menyelami Samudra kata-kata milik Khoirul Abror? Apakah termasuk puisi atau quotes? Atau tidak termasuk sama sekali! Berikut maha karyanya;

Tatapanmu

Api tak melulu selalu gaduh

Pun api juga bisa luluh

Dengan percikan senyumanmu

Dan api tak selalu angkuh

Terkadang ia malu

Tersipu bara tatapanmu

# yang dicoret adalah kata yang harus di ganti, hapus atau lewah

Sejenak, sesaat kita membaca puisi karya Khoirul Abror, tampak biasa saja. Tetapi setelah diresapi, kita akan melihat dari segi pemilihan kalimat, metafora, judul, dan lainnya bisa dikatakan tetap biasa saja. Kenapa seperti itu? Puisi dari Khoirul Abror dengan menggunakan metafora api, terkesan sangat klise dan seperti tidak ada lagi imaji yang digunakan. Berikut tafsiran puisi versi saya; Tatapanmu

di sini menggambarkan kekuatan atau pengaruh yang datang dari cara seseorang memandang atau memperhatikan kita. Tatapan ini dapat memiliki efek yang kuat dalam mempengaruhi suasana hati dan emosi.

Api tak selalu gaduh Metafora api di sini mewakili sesuatu yang biasanya dianggap berbahaya atau intens, seperti emosi yang kuat atau konflik. Namun, puisi ini menggambarkan bahwa tidak selalu begitu, bahwa ada sisi lain dari 'api' yang bisa tenang atau tidak selalu membangkitkan konflik. Hanya saja beri kolerasi antar makna ‘tatap’ dengan ‘api’ sama dari segi apanya?

Pun api bisa luluh Walaupun api awalnya kuat atau sulit untuk dikendalikan, dengan hadirnya "percikan senyumanmu", yang mungkin mewakili kebaikan atau kedamaian, api tersebut bisa menjadi lebih lembut atau mereda.

Dengan percikan senyumanmu Senyuman dalam konteks ini menggambarkan kebaikan atau kehangatan hati seseorang. Senyuman tersebut memiliki kekuatan untuk mempengaruhi bahkan hal-hal yang keras atau sulit.

Dan api tak selalu angkuh Meskipun api bisa melambangkan sesuatu yang kuat atau dominan, seperti kemarahan atau kekuasaan, namun ia juga bisa merasa malu atau tunduk, tergantung pada konteks atau situasi tertentu.

Terkadang ia malu Ini menunjukkan sisi lain dari "api", yang tidak selalu menunjukkan kekuatan atau dominasi, tetapi juga bisa merasa malu atau tunduk di hadapan kebaikan atau kehangatan.

Tersipu bara tatapanmu Metafora "bara tatapanmu" menggambarkan bagaimana tatapan seseorang bisa menjadi penyebab dari perubahan suasana hati atau emosi. Ini mencerminkan bagaimana pengaruh dari cara kita memandang orang lain dapat sangat kuat dan berdampak.

Mungkin boleh-boleh saja, bagi seorang pemula menulis puisi dengan imaji yang telah klise. Namun, setidaknya carilah imaji baru yang jarang orang kenakan, dengan syarat puisi tetap mengikuti kaidah dan metafora yang mudah di paham. Untuk quotes bisa saja, sebab puisi ini bisa dibilang menarik dari pemilihan majas dan singkatnya kata, dengan arti yang mendalam. Jadi bisalah kita membuat quotes dengan di bumbui sedikit metafora, puisi juga begitu. Salam Literasi

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image