Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Suko Waspodo

Mengatasi Konflik: Mengubah Badai Menjadi Peluang

Eduaksi | 2024-07-29 20:01:28
Sumber gambar: Forbes

Pikirkan kembali konflik sebagai bagian alami dari penyelesaian masalah.

Wawasan Utama

· Konflik di tempat kerja tidak dapat dihindari, tetapi persiapan dapat membantu mengatasinya secara efektif.

· Kenali respons konflik yang biasa Anda alami untuk melihat apakah respons tersebut sesuai dengan situasi saat ini.

· Bekerjalah dengan pihak lain secara empatik untuk lebih memahami situasi sebelum menyelesaikan masalah.

Konflik merupakan bagian yang tidak dapat dihindari dari tempat kerja mana pun. Konflik dapat memengaruhi produktivitas, kualitas, layanan, moral, dan hubungan kerja. Seperti cuaca yang tidak dapat diprediksi, konflik dapat muncul secara tiba-tiba dan intens. Meskipun kita tidak dapat mengendalikan "cuaca" konflik, kita dapat mempersiapkan diri dan mengatasinya secara efektif.

Memahami Gaya Konflik Anda Sendiri

Cara kita menangani konflik sering kali berasal dari didikan dan respons yang sudah pari.id mengakar (misalnya, "melarikan diri, melawan, atau membeku"). Respons ini, meskipun alami, dapat membatasi kemampuan kita untuk melihat konflik sebagai proses yang produktif. Meluangkan waktu untuk mengenali respons khas Anda terhadap konflik (misalnya, apakah Anda marah? Apakah Anda menghindarinya? Apakah Anda diam saja? Apakah Anda langsung mencoba "memperbaikinya"?) dapat membantu Anda mengenali apakah pendekatan alami Anda akan berhasil dalam skenario saat ini.

Renungkan Situasinya

Untuk memahami apakah gaya alami Anda akan berhasil dalam situasi ini, luangkan waktu untuk mempertimbangkan pemahaman Anda tentang apa yang sedang terjadi.

· Tentang apa konflik itu? Siapa yang terlibat?

· Apa perspektif Anda, dan emosi apa yang ditimbulkannya dalam diri Anda?

· Apa perspektif orang lain, dan emosi apa yang mungkin mereka alami?

· Apakah benar-benar ada konflik kepentingan, atau apakah perbedaannya lebih pada persepsi?

· Apa kompromi minimum yang dapat Anda terima, dan solusi potensial apa yang dapat menguntungkan kedua belah pihak?

· Jika orang lain menolak untuk bernegosiasi, langkah apa yang dapat Anda ambil selanjutnya?

Memahami elemen-elemen ini dapat membantu dalam menyusun respons yang berempati dan strategis.

Rencana untuk Percakapan yang Sulit

Setelah mengenali gaya khas Anda, pemicu, dan apa yang telah terjadi sejauh ini, saatnya untuk menguatkan.

1. Pahami cerita Anda dan cerita mereka. Renungkan dari mana perspektif Anda berasal: pengalaman masa lalu, anekdot, atau keyakinan yang mengakar. Pertimbangkan cerita orang lain dengan kedalaman yang sama.

2. Akui dampaknya. Pahami bagaimana konflik memengaruhi Anda secara emosional dan praktis. Pertimbangkan kontribusi Anda terhadap masalah tersebut dan apa yang dipertaruhkan bagi Anda.

3. Tentukan tujuan percakapan. Tentukan apa yang ingin Anda capai—apakah itu pembelajaran, berbagi, atau pemecahan masalah. Pertimbangkan apakah ini cara terbaik untuk mencapai tujuan Anda, dan jika tidak, bagaimana lagi Anda dapat menyelesaikan masalah secara internal.

4. Mulailah dari "cerita ketiga." Sampaikan perbedaan antara perspektif Anda tanpa menyalahkan. Bagikan tujuan Anda dan undang orang lain untuk bergabung dalam percakapan.

5. Jelajahi dan pecahkan masalah. Dengarkan untuk memahami sudut pandang orang lain, bagikan sudut pandang Anda sendiri, dan bingkai ulang diskusi sesuai kebutuhan. Lakukan curah pendapat mengenai berbagai pilihan dan sepakati siapa yang akan melakukan apa dan kapan, untuk memastikan komunikasi dan dukungan yang berkelanjutan.

Perhatikan bahwa penjelasan di atas menjelaskan dua langkah persiapan dan empat langkah "berusaha memahami" sebelum mulai memecahkan masalah. Ini adalah kesalahan umum yang dilakukan orang: Kita ingin segera keluar dari konflik dan mencoba menyelesaikannya, atau kita pikir kita memahami masalah tersebut dan langsung bertindak. Namun, inilah mengapa argumen dan pola yang sama sering muncul kembali: Masalah yang mendasarinya tidak ditangani atau dipahami.

Dengan memikirkan kembali konflik sebagai bagian alami dari penyelesaian masalah, kita dapat mengalihkan respons kita dari "mundur, melawan, atau menyelesaikan." Dengan memahami gaya konflik kita dan mempersiapkan diri dengan matang untuk percakapan, kita dapat mengubah konflik menjadi peluang untuk pertumbuhan dan kolaborasi. Perubahan ini memungkinkan kita untuk melihat konflik sebagai peluang untuk penyelesaian daripada peristiwa yang memicu stres. Saat kita melewati badai konflik yang tak terelakkan, kita dapat muncul dengan solusi baru dan hubungan yang lebih kuat, siap menghadapi tantangan apa pun yang mungkin datang. Merangkul konflik dengan kesiapan dan ketahanan membantu kita mengubah potensi stres menjadi peluang untuk pertumbuhan dan masa depan yang lebih cerah.

***

Solo, Senin, 29 Juli 2024. 7:50 pm

Suko Waspodo

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image