Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rosita Amelia

Simbol dalam Cerpen Dilarang Mencintai Bunga-bunga Karya Kuntowijoyo

Sastra | 2024-07-28 15:56:22

“Kebebasan itu adalah hak segala manusia. Kebebasan yang bisa memberikan kesejahteraan bagi semua orang, bukan kebebasan untuk mencelakakan orang lain”

-Gusdur

1. Simbol penindasan terhadap keindahan dan kebebasan

Seorang anak lelaki yang dilarang memelihara bunga dalam cerpen "Dilarang Mencintai Bunga-Bunga karya Kuntowijoyo bisa disebut sebagai simbol penindasan terhadap keindahan dan kebebasan, Dalam konteks cerita ini, larangan tersebut mungkin mencerminkan penghalangan atau represi terhadap ekspresi diri, kreativitas, dan aspirasi pribadi, Ini bisa dianggap sebagai kritik terhadap sistem atau otoritas yang mengekang kebebasan individu, terutama dalam hal-hal yang dianggap tidak sesuai dengan norma atau kepentingan pihak yang berkuasa.

Hal ini terbukti pada kutipan:

"Laki-laki tidak perlu bunga. Bung Kalau kau perempuan, bolehlah. Tetapi engkau laki laki!" Ayah melemparkan bung aitu

2. Represi gender dan stereotip maskulinitas.

Dalam cerpen "Dilarang Mencintai Bunga-Bunga karya Kuntowijoyo, larangan terhadap anak laki-laki untuk berdiam diri di kamar atau di dalam rumah dapat disebut sebagai simbol represi gender dan stereotip maskulinitas. Larangan ini mencerminkan norma norma sosial yang mengharuskan anak laki- laki untuk bersikap aktif, kuat, dan tidak menunjukkan sifat-sifat yang dianggap feminin, seperti keinginan untuk tinggal di rumah dan merawat bunga. Hal ini juga menunjukkan tekanan sosial yang membatasi kebebasan individu berdasarkan jenis kelamin, serta kritik terhadap konstruksi sosial yang mengekang ekspresi diri

Hal ini terbukti pada kutipan:

"Untuk apa di kamar, heh. Laki-laki mesti di luat kamar!"

3. Stereotip maskulinitas tradisional.

Dalam cerpen "Dilarang Mencintai Bunga-Bunga" karya Kuntowijoyo, gagasan bahwa laki-laki lebih pantas terlihat kotor bisa disebut sebagai simbol stereotip maskulinitas tradisional. Konsep ini mencerminkan pandangan bahwa laki-laki harus kuat, tangguh, dan terlibat dalam aktivitas fisik yang mungkin membuat mereka kotor. Ini adalah representasi dari norma-norma gender yang mengharuskan laki-laki untuk menjauhi hal-hal yang dianggap lembut atau bersih, yang seringkali diasosiasikan dengan feminitas, Ide ini juga menyoroti tekanan sosial yang membatasi peran dan perilaku laki-laki, mengharuskan mereka untuk mematuhi standar maskulinitas tertentu.

Hal ini terbukti pada kutipan:

"Tanganmu mesti kotor, seperti tangan bapamu, heh!"

Ke tiga hal situasi sosial budava dalam cerpen Dilarang Mencintai Bunga-bunga ini sering terjadi dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Zaman sekarang perbedaan gender bukanlah hal yang harus dipermasalahkan. Karena manusia merupakan makhluk sosial dan berhak mempunyai kebebasan, asal tidak melanggar hukum negara dan agama.

DAFTAR PUSTAKA

Kuntowijoyo. (2020). Cerpen Dilarang Mencintai Bunga-bunga. Penerbit: Redaksi, 19 September.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image