Mengulik Citra Tokoh Perempuan pada Drama Satu Babak Awal dan Mira
Sastra | 2024-07-27 21:00:04
Masyaraka indonesia sudah tidak asing lagi dengan karya sastra dengan jenis drama, karena drama merupakan salah satu karya sastra yang memiliki banyak peminat di negara Indonesia, tidak dapt dipungkiri bahwasannya masyarakat Indonesia mulai dari anak-anak sampai dengan orang dewasa menggemari drama. Terdapat berbagai macam tema yang dapat diangkat dalam sebuah drama, salah satunya yaitu tema feminisme. Karena masih terdapat banyak sekali ketidakadilan gender yang terdpat di negara Indonesia, menjadikan para pengarang pada akhirnya menciptakan karya yang mengangkat tema feminisme, misalnya seperti pada drama. Tema feminisme ini di jadikan sebagai tema bukan tanpa alasan, hal ini dilakukan untuk menegaskan bahwasannya hak serta kedudukan kaum laki-laki dan kaum perempuan itu setara.
Drama satu babak Awal dan Mira merupakan salah satu karya Utuy Tatang Sontani, yang dikenal dengan kepiawaiaanya dalam menciptakan karya-karya yang bertema feminisme. hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya karya-karya yang beliau lahirkan yang bertema feminisme, seperti contohnya Bunga Rumah Makan, Selamat Jalan anak Kufur, serta Awal dan Mira. Permasalahan dalam drama satu bbak Awal adan Mira karya Utuy Tatang santoni adalah terkait citra-citra perempuan yang digambarkan dalam drama satu babak Awal dan Mira. Berikut merupakan citra perempuan yang terdapat di dalam drama satu babak Awal dan Mira:
- Citra Perempuan Cantik
"Peristiwa ini terjadi pada suatu malam tahun 1951 di depan kedai kopi kepunyaan seorang perempuan cantik bernama Mira."
"Mira yang cantik asik menyulam dibelakang dagangan, di bawah lampu listrik, hanya kelihatan dari dada ke atas."
"Mengapa tidak? Memangnya istrimu dirunah cantik seperti aku?"
"Oh! belum kau sadar, Mira, bahwa kau cantik?"
Melalui bebrapa kitipan di atas, dapat dibuktikan bahwasannya Mira merupakan perempuan yang memiliki paras ayang cantik. Karena dalam kutipan tersebut pengarang menggunakan kata "cantik" berulang kali. Mira yang cantik juga di akui oleh tokoh-tokoh yang lain melalui kutipan diatas. Dalam cerita juga terdapat tokoh juru potret yang mengatakan bahwa Mira cantik, sehingga ia akan memuat potret Mira pada majalah yang dipimpinnya. Kemudian pada kutipan di atas, Mira mengatkan bahwa dirinya cantik, hal ini merupakan upaya penulis untuk menggambarkan bahwa sosok Mira merupakan tokoh yang benar-benar cantik.
- Citra Perempuan Sabar
"Maklum sekarang sudah bulan tua, Mira." Kata ibunya. "Sudah tiga malam berturut-turut kita kekurangan pembeli. Rupanya orang sudah pada kehabisan duit."
Melalui kutipan di atas maka dapat di buktikan bahwasannya ibu Mira digambarkan merupakan ornag yang penyabar, karena ia memaklumi kedaikopinya sepi dan kekurangan pemebeli karena di sebabkan oleh tanggal tua sehingga orang belum gajian dan kehabisan uang, akibatnya orang-orang tersebut tidak dapat memebeli kopi di kedai Mira. Citra perempuan sabar sesuai dengan gambaran sifat perempuan pada kehidupan nyata.
- Citra Perempuan Rendah Diri
"Mira, kau tahu bahwa selain dari kau, orang banyak itu bagiku tidak ada artinya." Kata Awal.
"Saya tukang kopi, Mas." Kata Mira.
Citra perempuan rendah diri dapat terlihat melalui kutipan di atas, pada kutipan tersebut Mira mengatakan bahwa ia hanya sedekar tukang kopi ketika Awal mengatakan kepadanya bahwa Mira sangat berarti bagi hidupnya dan orang lain tidak berarti bagi Awal. Mira yang mengatakan bahwa ia hanya sekedar tukang kopi membuktikan bahwa ia sedang merasa rendah diri.
- Citra Perempuan Percaya Diri
"Tetapi dia amsih ada pegangan." kata Mira.
"Apa?" tanya laki-laki tua.
"Dia percaya pda saya." kata Mira.
Melalui kutipan tersebut maka dapat dibuktikkan bahwasanya Mira merupakan seorang perempuan yang memilki rasa percaya diri yang tinggi, karena ia percaya diri bahwa Awal menaruh kepercayaan pada dirinya. "Dia" yang dimaksud dalam kutipan tersebuta dalah Awal.
- Citra Perempuan Tegas
"Kau juga pergi, biadab! kalau tidak......" kata Mira.
"Nanti dulu!" kata Si Baju Putih. "Betul kami diusir?"
"Jangan banyak bicara," jawab Mira. "Ayoh pergi!"
"Kami mungkin tidak akan ke sini lagi." kata si baju putih.
"Masa bodoh, ayo pergi! pergi!" kata Mira.
Melalui kutipan di atas maka dapat dibuktikkan bahwasannya Mira merupakan seorang perempuan yang tegas, hal tersebut karena mira dengan tegas mengusir para pembeli laki-laki agar pergi dari kedai kopinya agar tidak bertengkar lagi dengan Awal.
- Citra Perempuan yang Mencintai
"Aku cinta padamu." jawab Mira. Dan tambahnya seraya menyapu-nyapu mata "cinta dengan segenap jiwa rohaniku"
Melalui kutipan diatas maka dapat dibuktikan bahwasanya mira merupakan seorang eprempuan yang mencintai, hal tersebut karena ia mengatakan bahwasannya ia sangat mencintai Awal dengan segenap rohaninya. Setelah mengupas citra perempuan dalam drama satu babak Awal dan Mira karya Utuy Tatang Santoni, membuktikan bahwa sosok perempuan yang terdapat dalam cerita dapat menyetarakan kedudukannya dengan kaum laki-laki, seperti misalnya sososk perempuan yang mandiri, karena Mira dan ibunya mendapatkan penghasilan, walaupun tanpa sosk laki-laki.
DAFTAR PUSAKA:
Santani, Utuy Tatang. (2011) . Awal dan Mira : Drama Satu Babak. Jakarta : PT. Balai Pustaka.
Roihanah, Athiyyah Nur. (2022). Citra Perempuan dalam Drama Satu Babak Awal dan Mra karya Utuy Tatang Santoni. Sastranesia : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.