Limbah Sampah Jadi Sumber Rezeki Bagi Warga
Edukasi | 2024-07-22 13:22:24Jakarta (22/07/2024) - Tingkat penggunaan kertas yang semakin tinggi tentunya akan menimbulkan permasalahan jika tidak diiringi dengan sistem pengelolaan yang baik. Menurut data Kementrian Lingkungan Hidup (KLHK) tahun 2020, setiap tahunnya Indonesia telah menghasilkan sampah sebanyak 3,5 ton, dan 12% dari jumlah sampah tersebut adalah kertas.
Berawal dari banyaknya sampah kertas seperti majalah, koran, dan buku tulis yang kian menumpuk, di tangan kreatif Founder Kreasi Menik sekaligus Pendiri Bank Sampah Tri Alam Lestari, Tri Sugiarti, kertas limbah dapat disulap menjadi produk yang tidak hanya menarik, tetapi juga memiliki nilai jual tinggi di dalam negeri hingga mancanegara.
Produk-produk daur ulang yang diberi nama Kreasi Menik ini bermula saat Tri mengikuti pelatihan Pemberdayaan dan Kesejehteraan Keluarga (PKK) di tahun 2013. Dalam pelatihan proses daur ulang dari bubur kertas tersebut, Tri termotivasi untuk meningkatkan kemampuannya karena mendapat dukungan dari pemerintah dalam pemasaran produknya. Menurut Suku Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM, produk yang dibuat Tri berdasarkan formula dan metode baru secara otodidak tersebut sudah layak jual dan terdaftar dengan merk dagang. Tak sampai di situ, Kerajinan dari produk daur ulang tersebut juga diikut sertakan dalam perlombaan dan berhasil meraih juara di tingkat Provinsi Banten.
Kegiatan Tri tentunya mendapat sambutan hangat dari warga sekitar yang ingin ikut serta belajar dan membantu membuat kerajinan daur ulang. Awalnya, workshop yang dikelola Tri diadakan secara sukarela. Namun, karena banyaknya relawan beranggapan bahwa ilmu yang telah diberikan Tri harus dibayar, maka Tri mengusungkan buku layak pakai sebagai upahnya. Kian hari, buku yang diberikan relawan pun semakin menumpuk, hingga didirikanlah Taman Baca yang juga diusungkan oleh Tri dengan bantuan para relawan, guna mendorong anak-anak setempat agar menumbuhkan minat literasi mereka di zaman serba teknologi seperti sekarang ini.
“Karena banyaknya antusias warga yang ingin belajar untuk mengolah sampah kertas, saya pun membuka workshop dengan persyaratan memberi buku layak baca sebagai timbal balik atas ilmu yang saya berikan, sehingga didirikan pula Taman Baca dengan bantuan para relawan, saya ingin orang yang memfasilitasi dapat pahala, dan yang membaca mendapat manfaat. Menurut saya, meskipun kita dijadikan orang yang kaya harta, tetapi belum tentu dimampukan untuk berbagai. Saya ingin dimampukan Tuhan untuk bisa berbagai dan bermanfaat bagi sesama,” ujar Tri Sugiarti, pada Selasa (16/07).
Dalam memperoleh bahan baku berupa kertas bekas, Tri menggagas Bank Sampah Tri Alam Lestari pada tahun 2015 yang berlokasi di Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Tak hanya menerima kertas bekas, bank sampahnya juga menerima berbagai sampah anorganik. Mulai dari plastik, logam, hingga minyak jelantah. Menariknya, di bank sampah yang dikelola Tri ini juga memiliki nasabah seperti bank pada umumnya. Hingga saat ini nasabahnya bahkan mencapai hingga serratus orang, dan konsisten menabung dan menyetorkan sampah hasil pilahan mereka ke bank sampah tiap minggunya.
Selain itu, Tri juga mengungkapkan alasannya mendirikan Bank Sampah Tri Alam Lestari, guna membantu memberdayakan warga sekitar, serta mengedukasi agar bisa mengolah sampah mereka dari rumah.
Tri menambahkan bahwa selain karena kreasinya banyak menggunakan limbah kertas sebagai kontribusi untuk mengurangi sampah yang terbuang ke lingkungan. Alasannya mendirikan bank sampah guna memberdayakan warga sekitar supaya memperoleh pendapatan, serta mengedukasi agar bisa mengolah sampah mereka dari rumah. Warga kemudian menabung dan menimbang sampah tersebut di bank sampah setiap minggunya, lalu hasil penimbangan dari sampah tersebut dapat dikonversikan dengan uang. Tri pun kagum jika ternyata sampah itu punya nilai jual yang tinggi setelah diolah.
Senada dengan Tri, Nasabah Bank Sampah Tri Alam Lestari, Mutinah, mengungkapkan banyak keuntungan yang diperoleh selama menjadi nasabah bank sampah, dan ikut serta membantu membuat kerajinan selama tiga tahun.
“Saya mulai menjadi nasabah bank sampah sejak 2021, sebagai ibu rumah tangga, tentunya ini sangat membantu saya memperoleh pendapatan dari hasil sampah yang saya kumpulkan dan saya setor ke bank sampah setiap minggunya, yaitu terdiri dari botol plastik, plastik kemasan, koran, dan kardus. Saya juga belajar dan ikut serta membantu membuat kerajinan disini. Harapan saya setiap warga bisa memilah sampah nya agar bisa dimanfaatkan menjadi produk yang memiliki nilai jual tinggi,” ujarnya, pada Selasa (16/07).
Berkat kegigihannya sebagai pegiat lingkungan dan praktisi hingga adanya sumbangasih terhadap lingkungan, pada tahun 2018 Tri mendapatkan penghargaan Kalpataru sebagai Pembina Lingkungan dari Gubernur DKI Jakarta. Harga produk daur ulang kertasnya pun bervariasi mulai dari Rp5.000 hingga Rp1.000.000,00. Produknya juga turut difasilitasi di berbagai pameran dalam negeri, antara lain di Pekan Raya Jakarta (PRJ), Trade Expo, Inacraft, dan lainnya. Sementara untuk pameran di luar negeri, produknya dipamerkan ke Jepang, Jerman, dan Inggris.
Penulis: Nazwa Hamida
Mahasiswi Semester 2 Program Studi Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dosen Pengampu: Fauziah Muslimah, M.I.Kom.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.