Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Bella pusphita

Pandangan terhadap Sejarah G30S-PKI dalam Sosiologi Komunikasi

Sejarah | Monday, 08 Jul 2024, 02:31 WIB

Peristiwa Gerakan 30 September (G30S) pada tahun 1965 adalah salah satu momen paling kontroversial dalam sejarah Indonesia. Kejadian ini melibatkan penculikan dan pembunuhan enam jenderal Angkatan Darat dan satu perwira menengah. Pemerintah Indonesia di bawah Soeharto menyalahkan Partai Komunis Indonesia (PKI) atas peristiwa ini, yang kemudian berujung pada pembantaian massal anggota PKI dan simpatisannya serta berakhirnya pemerintahan Presiden Soekarno.

Sumber: Potret Pribadi

Dari perspektif sosiologi komunikasi, peristiwa G30S-PKI dan dampaknya dapat dianalisis melalui beberapa konsep penting:

1. Propaganda dan Pembentukan Opini Publik:

Setelah peristiwa tersebut, pemerintah Soeharto menggunakan media massa secara luas untuk menyebarkan narasi bahwa PKI bertanggung jawab atas pemberontakan. Ini menciptakan opini publik yang mendukung tindakan keras terhadap PKI dan anggotanya. Melalui media, narasi tunggal dibentuk dan diterima oleh masyarakat luas, menghapus ruang untuk diskusi atau pandangan alternatif.

2. Kontrol Informasi:

Pemerintah Orde Baru mengontrol informasi yang disebarluaskan kepada masyarakat. Kontrol terhadap media massa, termasuk radio, televisi, dan surat kabar, memastikan bahwa hanya satu versi cerita yang diketahui publik. Ini juga berarti bahwa peran aktor lain atau kemungkinan adanya manipulasi oleh pihak tertentu diabaikan atau disembunyikan.

3. Stigma Sosial dan Penyebaran Ketakutan:

Narasi yang dibangun oleh pemerintah menciptakan stigma sosial terhadap anggota PKI dan keluarganya. Hal ini menyebarkan ketakutan di masyarakat, di mana setiap orang yang dianggap simpatisan PKI bisa diisolasi atau dihukum tanpa proses hukum yang jelas. Ketakutan ini berfungsi untuk menekan perlawanan atau kritik terhadap pemerintah.

4. Pembentukan Identitas Nasional: Setelah G30S, pemerintah Orde Baru menggunakan peristiwa tersebut untuk membentuk identitas nasional yang anti-komunis. Melalui pendidikan, media, dan kebijakan-kebijakan, identitas ini ditanamkan pada generasi muda, mempengaruhi pandangan mereka terhadap sejarah dan ideologi.

5. Rekonsiliasi dan Memori Kolektif: Hingga hari ini, narasi resmi tentang G30S masih menjadi sumber perdebatan. Usaha untuk mengkaji ulang peristiwa tersebut sering kali menghadapi tantangan dari berbagai pihak. Memori kolektif masyarakat tentang kejadian ini dibentuk oleh sejarah versi pemerintah Orde Baru, meskipun banyak penelitian dan kesaksian yang mencoba menawarkan perspektif alternatif.

Analisis sosiologi komunikasi terhadap G30S-PKI menunjukkan bagaimana peristiwa sejarah dapat dimanipulasi dan digunakan untuk tujuan politik, serta bagaimana komunikasi massa dan kontrol informasi memainkan peran penting dalam pembentukan opini publik dan identitas kolektif.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image