Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hanny Savitri

Cyberbullying: Bahayanya Era Digital untuk Kesehatan Mental

Eduaksi | 2024-07-07 13:41:41

sumber : canva.com

Perkembangan zaman bukan hal yang harus di tolak, melainkan kita harus beradaptasi pada perkembangan zaman. Apalagi untuk para individu yang laihir di era digital. Banyak dampak positif maupun negatif yang di dapat dari perkembangan zaman.

Dimasa sekarang, kita sudah masuk di era digital, banyak sekali contoh positif yang memudahkan kita di kehidupan sehari-hari. Contohnya, kita sudah tidak perlu membayar sesuatu menggunakan uang cash, melainkan bisa menggunakan QR, lalu kita bisa mudah memperoleh informasi dengan cepat. Banyak juga bentuk fisik pada masa digital. Seperti, smartphone, laptop, dan alat canggih lainnya.

Mungkin sosial media menjadi salah satu aplikasi yang sering digunakan di era digital. Seperti, Instagram, twitter, whatsapp, dan lainnya. Parker (2003) dan Solis (2008) berpendapat bahwa media sosial adalah cara individu terkoneksi satu dengan lainnya menciptakan, berbagi, dan ide melalui kata-kata, gambar, dan video dalam jaringan dan komunitas virtual. We are Social (2018) Terbagi menjadi dua kelompok. Jejaring sosial dan messenger/aplikasi obrolan/VoIP.

Di era digital ini, memudahkan kita untuk bisa berintraksi sesama individu. Mulai dari teman dekat hingga individu yang tidak kita kenal pun bisa kita ketahui melalui media sosial mereka. Bahkan beberapa orang menjadikan media sosial mereka sebagai alat untuk unjuk diri mereka, mulai dari menunjukan bakat, menunjukan keseharian, bahkan menjadi alat untuk beradu gengsi. Seperti, menunjukan barang branded mereka, mobil mewah, dan lainnya. Dan banyak juga individu yang jadi membandingkan dirinya dengan pencapainnya individu lainnya, yang dimana kita tidak tahu bagaimana perjuangan mereka bisa mencapain titik itu.

Setiap postingan memiliki maksud masing-masing, tetapi terkadang komentar orang pada postingan tersebut yang suka membuat kita menjadi overthinking. Bahkan dapat memicu Cyberbullying. Seperti contoh kasus, video tutorial make up milik Rahmawati Kekeyi Putri Cantika, atau yang kita kenal sebagai Kekeyi. Dalam video tutorial make up tersebut banyak menuai komentar yang menyerang fisik Kekeyi (Magdalene 2020).

Bayangkan jika kasus tersebut menimpa kita. Mungkin hal terburuk yang bisa terjadi adalah bunuh diri. Mungkin juga kita bisa menjadi stress karena banyak komentar negatif yang menyerang. Pribahasa mengatakan “mulut mu adalah harimau mu”, mungkin sekarang sudah menjadi “jari mu adalah harimau mu”. Berhati-hati dalam mengeluarkan komentar di sosial media, karna kita tidak tau perasaan orang lain

Cyberbullying dapat menyebabkan stres, depresi, kehilangan kepercayaan diri, masalah kesehatan, kinerja yang buruk, dan bahkan bunuh diri. Menurut yang data yang diambil KPAI, peningkatan penggunaan media sosial di golongan remaja pada tahun 2018 menyebabkan peningkatan kasus cyberbullying di kalangan siswa sekolah menengah (KPAI 2018).

Mungkin banyak yang masih menganggap remeh tentang Kesehatan mental. Kesehatan mental oleh para ahli adalah, keadaan emosional dan psikologis yang baik, Tempat di mana orang dapat menunjukkan keahlian mereka fungsi kognitif dan emosional dalam komunitas mereka, memenuhi kebutuhan sehari-hari (Zulkarnain dan Dewi Fatimah, 2019).

Salah satu masalah Kesehatan mental yang sering dialami individu adalah stress, di sera digital ini, kita tidak bisa mengendalikan komentar orang di sosial media. Seperti contoh kecilnya, bila orang menngomentari fisik yang menggendut atau kulit yang menghitam padahal karena anda bekerja seharian dibawah teriknya matahari, bisa-bisa kita berpikir bahwa kulit menghitam adalah perubahan fisik yang buruk. Padahal tidak buruk juga. Banyak sekali faktor yang dapet membuat kita stress, pertanyaannya adalah, bagaimana cara kita mengatasi stress agar bisa meraih kesejahteraan dan kesehan mental di era digital?.

Anda mungkin menganggap stres sebagai sesuatu yang objektif, di luar diri Anda. Tetapi efek biologis dari stres dihasilkan langsung dari cara Anda berpikir tentang peristiwa dalam hidup Anda dan cara faktor sosial memengaruhi Anda. Sebagai contoh, beberapa siswa merasa ujian akhir sangat menegangkan sehingga mereka jatuh sakit pada waktu ujian. Siswa lain mungkin melihat ujian hanya sebagai ketidaknyamanan atau bahkan tantangan yang harus diatasi. Bagi siswa ini, ujian tidak memiliki konsekuensi kesehatan yang negatif. Singkatnya, stres adalah contoh sempurna lain tentang bagaimana model biopsikososial menjelaskan Kesehatan (Grison & Gazzaniga 2019).

Stres adalah serangkaian proses perilaku, mental, dan fisik yang terjadi sebagai upaya organisme untuk menghadapi peristiwa lingkungan atau stimulus yang dianggap mengancam (Grison & Gazzaniga 2019).

Cara Mengatasi Stress

Mungkin beberapa cara yang di tuliskan di buku “Psychology in you life” yang di tulis oleh Sarah Grison & Michael S. Gazzaiga dapat membantu mengatasi stress yang dialami, diantara lain:

- Makan makanan alami. Tren makanan datang dan pergi, tetapi aturan dasarnya tidak pernah berubah. Makan makanan yang bervariasi dengan penekanan pada makanan utuh. Biji-bijian utuh, buah-buahan, dan sayuran harus menjadi mayoritas makanan ini. Namun, berbagai produk hewani, dll. Unggas dan daging merah lainnya juga bisa menjadi bagian darinya. hindari makanan olahan, Makanan cepat saji, terutama yang mengandung gula tambahan. hindari makanan yang mengandung lemak trans. Jenis lemak buatan lainnya yang memperpanjang umur simpan. baca labelnya Ketahui apakah produk Anda mengandung lemak ini.

- Hati-hati dengan ukuran porsi makan. Makan makanan yang cukup bervariasi dan hanya makan jika Anda mau. Saya lapar. Makan camilan kecil yang sehat di antara waktu makan dapat menyelamatkan Anda dari masalah ini.Anda menjadi terlalu lapar dan makan berlebihan saat makan berikutnya. Harap diingat bahwa ada banyak. Makanan yang dimasak dijual dalam jumlah besar, dan memakannya dalam jumlah besar mendorong makan berlebihan. Seiring waktu, kalori ekstra dari massal dapat berkontribusi pada kegemukan.

- Jika Anda minum alkohol, minumlah secukupnya. Menurut beberapa penelitian, segelas anggur atau minuman lain yang mengandung alkohol dalam jumlah yang sama per hari. Ada manfaat kardiovaskular (Klatsky 2009). Beberapa jenis kanker, penyakit jantung, cacat sistem kekebalan tubuh.

- Tetap aktif dan berolahraga adalah strategi manajemen stres harian yang bagus. Lakukan setidaknya 30 menit aktivitas fisik intensitas sedang setidaknya empat kali seminggu. Abaikan ungkapan "tidak ada rasa sakit, tidak ada keuntungan". awali dengan olahraga ringan Itu tidak menahan napas Anda dan secara bertahap meningkat. Metode aktif lainnya, seperti menaiki tangga, berjalan ke tempat kerja, atau pergi ke sekolah.

Diatas adalah beberapa contoh untuk mengatasi stress. Untuk lengkapnya ada bisa membacanya. Mungkin beberapa cara diatas dapat membantu ada untuk mengatasi stress yang dialami untuk mecapai kesejahteraan dan Kesehatan mental anda di era digital ini.

Referensi

Psychology In Your Life (Sarah Grison, Michael S. Gazzaniga) (1). (n.d.).

Rozali, Y. A., Sitasari, N. W., Fakultas, A. L., Universitas, P., Unggul, E., Jalan, J., Utara, A., Tomang, T., & Jeruk, K. (2021). MENINGKATKAN KESEHATAN MENTAL DI MASA PANDEMIC. In Meningkatkan Kesehatan Mental di Masa Pandemic Jurnal Abdimas (Vol. 7, Issue 2).

Saputra, A. (2019). SURVEI PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DI KALANGAN MAHASISWA KOTA PADANG MENGGUNAKAN TEORI USES AND GRATIFICATIONS. BACA: JURNAL DOKUMENTASI DAN INFORMASI, 40(2), 207. https://doi.org/10.14203/j.baca.v40i2.476

Sunnah, I., Dyahariesti, N., & Yuswantina, R. (n.d.). PEMBINAAN KESEHATAN MENTAL DI ERA DIGITAL UNTUK REMAJA “STOP BULLYING, BIJAKLAH DALAM BERSOSIAL MEDIA

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image