Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Pinky Nur Annisa

Diskriminasi terhadap perempuan Indonesia era 60an di film Before Now Then (Nana) dan Gadis Kretek

Sastra | 2024-07-06 08:52:47
poster film Before Now & Then dan film Gadis Kretek

Kasus diskriminasi terhadap perempuan di kehidupan rumah tangga sepertinya hal yang masih di jumpai saat ini. Berita tentang kdrt, perselingkuhan masih marak terjadi. Selain itu kasus anak perempuan yang tidak bisa memiliki hak berpendapat di publik atau di keluarganya masih banyak di temukan. Komentar yang merendahkan perempuan saat mereka mendapatkan pendidikan tinggi sering di jumpai.

Ternyata kasus serupa ini tertulis dalam 2 film yang memiliki tokoh perempuan, film yang sama-sama di adaptasi dari novel yaitu film Before, Now & Then (Nana) 2022 dan Gadis Kretek (2023). Keduanya sama-sama menceritakan tentang kehidupan wanita menak di era 60an yang memiliki problem diskriminasi di tanah sunda dan jawa.

Film Before, Now & Then (Nana) di adaptasi dari bab 1 novel Jais Darga Namaku. Bercerita seorang istri dari tuan kaya raya di desanya bernama Nana. Memiliki 4 orang anak dan dikelilingi ART yang membantunya. Namun sayang di tengah kebahagiaannya dirinya harus mengetahui hal pahit, suaminya yang selalu ia hormati ternyata memiliki istri simpanan. Dirinya yang mengetahui hal itu tak bisa membicarakannya kepada siapapun, keluarga suaminya selalu memandang rendah Nana. Nana mau tidak mau menjaga rahasia suaminya sendirian karena dirinya juga merasa perlu menjaga tahta suaminya di mata banyak orang. Diakhir perceraianpun Nana hanya menjadi vilain yang dianggap berselingkuh meski kehidupannya sudah enak. Padahal dirinya meminta perceraiaan karena sudah tidak bisa membendung rasa kecewanya dengan suaminya itu.

Film Gadis Kretek diadaptasi dari Novel yang berjudul sama karya Ratih kumala. Bercerita tentang Dasiyah yang berambisi memiliki resep saus kretek buatannya sendiri. Cita-citanya selalu tidak bisa di realisasikan. Kepercayaan ayahnya terhadap perempuan dilarang masuk ke ruang saus membuat dirinya kesulitan. Bahkan saat dirinya berhasil masuk di bantu oleh pria yang ia sukai juga dirinya tetap tidak benar-benar bisa memiliki sepenuhnya. Dasiyah juga harus terima saat orang tuanya menjodohkan dirinya dengan pria lain.

Dari kedua film diatas tokoh wanita selalu digambarkan menjadi tokoh yang kuat dan dominan, namun naas mereka selalu kalah dengan ego sosial yang telah terbentuk. Nana selalu merasa dirinya rendah karena hanya seorang istri, dirinya sering dianggap tidak becus mengurus anak hanya karena anaknya tidak bisa diatur. Jabatan yang dimiliki suaminya juga membuat dirinya harus bertahan tuntutan seorang istri yang harus menjaga suaminya disalah artikan. Nana harus bertahan sendiri walau sakit hati mengetahui suaminya kawin lagi. Dasiyah sosok yang terlihat tegas juga tidak bisa berkutit saat ayahnya berkata. Dasiyah selalu di tuntut oleh ibu dan orang sekitarnya hanya untuk mengerjakan pekerjaan dapur. Pendapat Dasiyah selalu di abaikan meskipun pendapatnya baik.

Diskriminasi terhadap perempuan di era 60-an memang terlihat lebih kejam dibanding sekarang. Zaman ini perempuan memiliki wadah untuk mengutarakan pendapatnya di banding era dulu. Namun sayang orang yang seperti Nana dan Dasiyah masih bisa di temukan. Karena kesalah artian terkait peran perempuan yang sering terjadi di masyarakat. Dan kurangnya pemerataan terkait peran gender di masyarakat.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image