Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nursyifa A

Resensi Novel Bidadari Berbisik Karya Asma Nadia

Pendidikan dan Literasi | 2024-07-04 09:02:12
Sumber Gambar: unsplash.com

Judul: Bidadari Berbisik

Penulis: Asma Nadia

Penerbit: Republika Penerbit

Tahun Terbit: 2020

Jumlah Halaman: 301 halaman

ISBN: 978-623-7458-49-4

"Bidadari Berbisik" merupakan sebuah novel yang mengisahkan tentang sepasang anak kembar, Bidadari Ayuning (Ning) dan Bidadari Ayuni (Ayuni). Dalam kehidupannya, mereka ditakdirkan menjadi yatim dan hanya tinggal bertiga bersama ibunya di Tegal.

Karena rasa iba melihat ibunya semakin renta, Ayuni bertekad untuk mewujudkan keinginan sang ibu berangkat ke Tanah Suci. Ayuni nekat bekerja menjadi seorang baby sitter di Jakarta agar dapat mengumpulkan pundi-pundi rupiah dengan cepat. Mengetahui keinginan sang kembaran, Ning dan ibu merasa khawatir akan nasib Ayuni. Namun, Ayuni tidak gentar dan tetap akan pergi merantau untuk bekerja.

Beberapa saat, Ayuni akhirnya tiba di kediaman Nyonya Lili, majikannya. Namun, Ayuni justru diminta untuk menjadi PRT (Pembantu Rumah Tangga) dan bukan menjadi babysitter seperti perjanjian awalnya. Meskipun merasa janggal, Ayuni tetap bekerja di rumah Nyonya Lili dengan ikhlas.

Nahas Ayuni, ia selalu mendapatkan kekerasan dan perlakuan yang tidak menyenangkan baik secara fisik maupun lisan dari Nyonya Lili walaupun Ayuni tidak bersalah. Sampai suatu ketika, Nyonya Lili berang dan sampai hati menyiksa Ayuni dengan tidak berperikemanusiaan sampai Ayuni menghembuskan nafas terakhirnya saat itu juga. Nyonya Lili, anak-anaknya, bahkan para pembantunya yang lain pun berlaku seakan-akan kematian Ayuni tidak terjadi karena pembunuhan.

Di sisi lain, sang kembaran, Ning, nyatanya turut merasakan rasa sakit yang dirasakan Ayuni selama menjadi PRT. Ning hendak menyusul Ayuni karena rasa khawatirnya terhadap Ayuni yang tidak pernah memberi kabar sejak pergi bekerja ke Jakarta. Akan tetapi, saat tiba di rumah Nyonya Lili, Ning tidak dapat mengetahui keberadaan keberadaan Ayuni. Sampai akhirnya, Ning bertemu dengan Komisaris Polisi Iman Arif, seseorang yang dapat membantu Ning mencari keberadaan Ayuni. Waktu ke waktu, Ning dan KomPol Iman Arif berhasil menemukan satu per satu fakta terkait nasib Ayuni selama bekerja di rumah Nyonya Lili.

Novel Bidadari Berbisik bukan hanya sebuah cerita, tetapi sebuah pengalaman yang menyentuh hati dan membuka pikiran. Dengan bahasanya yang indah dan kisahnya yang penuh makna, novel ini wajib dibaca oleh semua orang yang ingin menjelajahi kedalaman jiwa manusia dan menemukan inspirasi baru dalam hidup.

Terdapat satu penggalan di akhir cerita yang sangat menyentuh hati.

"Kita akan bisa saling merasakan, menjaga.

Seperti yang sudah-sudah.

Meski kita berjauhan.

Selamanya kita berbagi jiwa. Kamu dalam jiwaku, dan aku dalam jiwamu."

Penggalan tersebut membuktikan seberapa erat ikatan yang mereka miliki, seberapa kuat twintuition mereka, sehingga dapat benar-benar saling merasakan baik fisik maupun batin mereka.

Salah satu pesan yang menonjol bagaikan peribahasa: "Sebaik-baiknya tupai melompat, maka akan jatuh juga." Peribahasa ini mengingatkan kita bahwa sebaik-baiknya kita menyembunyikan suatu kejahatan, suatu saat pasti akan terkuak. Kebenaran, bagaikan air, selalu menemukan jalannya. Ujungnya, kejahatan akan membawa konsekuensi buruk bagi pelakunya.

Novel ini juga menggugat kebiasaan "terlalu baik hati". Bahwa selalu merasa tidak enak pada orang lain tidak selamanya baik. Kita perlu berani memprioritaskan keselamatan dan kenyamanan diri. Jangan sampai kebaikan kita dimanfaatkan oleh orang lain, yang pada akhirnya justru merugikan diri sendiri.

Pesan moral ini bagaikan kompas, menuntun kita di tengah lika-liku kehidupan. Mengingatkan untuk selalu berpegang teguh pada kebaikan, namun juga berani bertindak demi kepentingan diri. Menjadi individu yang bijaksana, yang tahu kapan harus menolong dan kapan harus melindungi diri.

Membaca novel ini bukan hanya tentang menikmati cerita, tapi juga tentang menyelami pelajaran hidup yang terkandung di dalamnya. Pesan moralnya bagaikan lentera, menerangi jalan kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Demikian resensi novel yang dapat saya berikan, semoga bermanfaat!

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image