Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Afifah Hanani

Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris: Mana yang Harus Digunakan oleh Masyarakat Indonesia?

Pendidikan dan Literasi | 2025-10-16 09:54:35

Bahasa merupakan alat komunikasi antarmanusia baik berbentuk lisan maupun tulisan. Bahasa tidak dapat ditinggalkan karena bahasa mengikuti kehidupan manusia dari status hingga nilai-nilai. Kepentingan bahasa yang kemudian membuat bahasa dilabeli secara spesifik berupa kududukan dan fungsi tertentu. Namun, kedudukan dan fungsi tersebut harus dirumuskan dengan jelas karena penggunaannya akan memengaruhi bahasa sampai masa depan.

Berbagai bahasa telah digunakan dari zaman Indonesia sebelum merdeka sampai hari ini. Bahasa Melayu sempat menjadi lingua fraca di Nusantara. Kemudian bahasa Indonesia resmi digaungkan sebagai bahasa nasional pada tahun 1928 dalam butir ketiga sumpah pemuda yang berbunyi, "Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia." Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional" membahas bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional memiliki fungsi, yaitu sebagai lambang negara Indonesia, sebagai lambang identitas nasional, sebagai alat pemersatu untuk masyarakat dari berbagai latar belakang bahasa dan budaya, dan sebagai penghubung budaya dan daerah.

Sesuai dengan fungsinya, bahasa Indonesia berarti dapat digunakan untuk komunikasi sehari-hari yang dapat dimengerti oleh seluruh masyarakat dari berbagai latar belakang bahasa dan budaya. Bahasa Indonesia digunakan untuk pendidikan, jual-beli, IPTEK, dan masih banyak lainnya. Akan tetapi seiring berkembangnya kehidupan di Indonesia, semakin banyak bahasa asing yang masuk, menyerap, dan menjadi dialog sehari-hari. Salah satu bahasa asing tersebut, yaitu bahasa Inggris.

Lantas, apa dampak yang ditimbulkan atas eksistensi bahasa Inggris yang melampaui bahasa Indonesia? Bahasa Indonesia lambat-laun akan terlupakan dan digantikan dengan bahasa Inggris yang merupakan bahasa yang digunakan secara global. Anak cucu di generasi berikutnya terancam tidak mengetahui kata demi kata bahasa Indonesia karena orang tua dan nenek mereka cenderung mengajarkan bahasa Inggris dibandingkan bahasa Indonesia. Bahasa yang seharusnya menjadi bahasa ibu bertukar perannya dengan bahasa asing. Kemudian dampak lainnya ialah cepat atau lambat bahasa Indonesia sebagai identitas nasional pudar karena identitas tersebut tergantikan oleh bahasa asing khususnya bahasa Inggris. Popularitas bahasa Inggris pun memengaruhi bahasa daerah yang semakin ditinggalkan karena dianggap kuno dan tidak maju.

Sumber: Tempo.co

Bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing mampu berjalan beriringan dengan dipelajari dan dipahami dengan terstruktur. Bahasa Indonesia harus bahasa yang pertama kali dikenal oleh generasi ke generasi berikutnya, bahasa daerah harus mereka pahami demi melestarikan keragaman bahasa daerah, dan bahasa asing harus dikuasai bersamaan dengan bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Cara tersebut tercantum pada Trigatra Bangun Bahasa, yaitu utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, kuasai bahasa asing.

Bahasa Indonesia merupakan bahasa utama sedangkan bahasa Inggris merupakan bahasa yang harus dikuasai. Keduanya saling bersangkutan karena tidak akan ada bahasa Inggris di Indonesia jika tidak melalui bahasa Indonesia terlebih dahulu. Masyarakat Indonesia dapat menggunakan berbagai bahasa tergantung pada tempat, situasi, kondisi, dan kebutuhan. Masyarakat Indonesia harus selalu menanamkan dan menggaungkan Trigatra Bangun Bahasa.

Referensi:

Ananda, E. P. (2023). DAYA MINAT DALAM PENGGUNAAN BAHASA INGGRIS DAN PENGARUHNYA TERHADAP KOMUNIKASI MASYARAKAT INDONESIA. HYPOTHESIS : Multidisciplinary Journal of Social Sciences, 1(2), 176–177.

Muslich, M. & Oka, I. G. N. (2010). PERENCANAAN BAHASA PADA ERA GLOBALISASI. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image