Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Boy Anugerah

Pemikiran Strategik Intelijen dan Visi Indonesia Emas 2045

Politik | 2024-07-03 18:16:32

Indonesia Emas 2045 adalah sebuah proyeksi kondisi Indonesia pada 2045, yang mana pada tahun tersebut Indonesia genap berusia 100 tahun terhitung sejak proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Secara garis besar, apa yang diharapkan oleh pemerintah pada usia satu abad tersebut adalah Indonesia sebagai negara bangsa yang berdaulat secara politik, mandiri secara ekonomi, serta berkepribadian di bidang budaya.[1] Pemenuhan pada tiga visi utama tersebut diharapkan segaris dengan komitmen untuk mewujudkan tujuan nasional, utamanya terciptanya masyarakat Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera. Untuk mewujudkan visi dan cita-cita tersebut, kebijakan dan strategi pemerintah dalam melakukan pembangunan di segala lini kehidupan berbangsa dan bernegara harus linier dengan perkembangan zaman yang dicirikan dengan kemajuan dan penggunaan teknologi tinggi di segala bidang kehidupan, salah satunya adalah penggunaan kecerdasan buatan atau intelijen artifisial. Kemajuan teknologi sendiri merupakan “anak kandung” globalisasi dan sebuah keniscayaan yang melanda seluruh dunia. Kecerdasan buatan merupakan simulasi dari kecerdasan yang dimiliki oleh manusia, dilakukan pemodelan di dalam mesin, serta diprogram agar bisa berfikir dan bertindak seperti manusia. Dalam bahasa yang sederhana, kecerdasaan buatan merupakan sistem komputer yang mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan tenaga manusia untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.[2] Ada banyak bentuk kecerdasan buatan yang membantu kehidupan manusia seperti e-commerce, face recognition, asistensi virtual, teknologi deep face untuk mengenali sesorang melalui foto, hingga mata uang kripto berbasis rantai blok yang operasionalisasinya melampau batas-batas negara. Penggunaan kecerdasan buatan ini sangat penting untuk mengoptimalisasi dan mengakselerasi Visi Indonesia Emas 2045 dan selaras dengan konsepsi dalam Pemikiran Strategik Intelijen (PSI).

Salah satu bentuk PSI dalam sebuah kebijakan adalah inovasi dan kreativitas. Penggunaan teknologi adalah bentuk nyata dari inovasi dan kreativitas tersebut. Melalui teknologi kecerdasan buatan, waktu dapat disingkat, proses lebih pendek, biaya lebih murah, risiko lebih kecil, dan objektif dapat tercapai dengan lebih efektif. Brazil yang masuk dalam kelompok BRICS misalnya, selalu mengusung konsep fifty years in five, yakni sebuah jargon dalam hal mana pembangunan yang sifatnya jangka panjang dan memerlukan waktu yang tidak singkat dapat diringkas dalam periode waktu yang lebih pendek melalui penggunaan teknologi. Negara-negara adidaya seperti Amerika Serikat dan Rusia, bukan hanya mengembangkan teknologi misil antarbenua berbasis kecerdasan buatan, tapi juga mengembangkan robot perang berbasis kecerdasan buatan untuk menggantikan tenaga dan nyawa manusia. Dalam konteks yang lebih sederhana, penerapan e-commerce yang berbasis pada digitalisasi di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan kapasitas produksi sektor usaha nasional, memudahkan pemasaran produk dan jasa sektor UMKM, mengakselerasi pertumbuhan ekonomi, serta memudahkan aksesibilitas terhadap perbankan. Tujuan-tujuan tersebut akan sulit tercapai apabila perdagangan masih dilakukan dengan cara konvensional tanpa memanfaatkan teknologi. Penggunaan drone di wilayah perbatasan maritim Indonesia yang sangat luas terbukti cukup handal dalam mendukung surveillance dalam sistem pertahanan negara. Singkat kata, melalui e-commerce dan teknologi drone berbasis kecerdasan buatan tersebut, objektif Indonesia Emas 2045 akan kedaulatan politik dan kemandirian ekonomi sangat mungkin untuk tercapai.

Bentuk penerapan PSI lainnya adalah terkait dengan mitigasi risiko sebagai bagian dari siklus manajemen dan perumusan kebijakan. Pemerintah menyadari bahwa selalu ada konsekuensi logis dari kemajuan teknologi yang digunakan. Adanya kecerdasan buatan dalam manajemen parkir kendaraan, keluar masuk barang di pelabuhan, bandara, stasiun, dan terminal, berpotensi untuk memangkas jumlah tenaga kerja manusia. Tentunya ini akan berdampak pada peningkatan jumlah pengangguran terbuka di Indonesia. Untuk memitigasi risiko ini, pemerintah menggenjot level dan kualitas pendidikan generasi muda Indonesia melalui pendidikan yang lebih berbasis pada science, technology, engineering, and math (STEM), sehingga kemajuan teknologi tidak akan mampu mengeliminasi keberadaan tenaga kerja manusia tersebut, melainkan menempatkan tenaga kerja manusia tersebut pada level yang lebih tinggi dari teknologi yang diciptakan. Model ini sudah banyak diadopsi di sekolah dan perguruan tinggi vokasional. Bentuk mitigasi risiko lainnya yang dilakukan oleh pemerintah adalah pengelolaan cryptocurrency berbasis kecerdasan buatan dan rantai blok dengan meregulasinya hanya sebatas komoditas, bukan mata uang, dalam rangka menjaga kedaulatan nasional dan potensi ancaman kejahatan transnasional.

Terakhir, bentuk penerapan PSI dalam merealisasikan Visi Indonesia Emas 2045 melalui penggunaan kecerdasan buatan adalah keputusan strategis pemerintah untuk bekerja sama dengan investor asing agar target dan objektif yang hendak dicapai bisa diakselerasi pemenuhannya. Kerja sama dengan investor asing ini berada dalam kerangka pentahelix system yang berbasis pada pemikiran strategis bahwasanya diperlukan sinergitas dan kolaborasi untuk mencapai tujuan dan mengatasi kendala pembangunan yang ada. Wujud konkretnya dapat dilihat dari penguatan kemitraan strategis pemerintah Indonesia dengan perusahaan teknologi terkemuka di dunia, Apple. Baru-baru ini, pemerintah memberikan izin kepada Apple untuk membangun akademinya yang keempat di Bali. Sebelumnya Apple sudah membangun tiga akademi di BSD, Batam, dan Surabaya.[3] Sudah banyak warga Indonesia yang bersekolah dan lulus dari ketiga akademi yang sudah didirikan dan ini berkontribusi positif bagi penguatan pengetahuan dan kapasitas generasi muda Indonesia dalam penguasaan teknologi seperti pembuatan aplikasi, pemahaman terhadap algoritma, serta penerapan kecerdasan buatan dalam produk-produk yang dapat membantu kegiatan manusia sehari-hari. Program sembilan bulan dari akademi ini meliputi dasar-dasar pemrograman, serta topik-topik lain seperti desain, pemasaran, serta manajemen proyek yang membekali para peserta dengan serangkaian kemampuan yang diperlukan untuk menjadi pengusaha dan pengembang kelas dunia. Program ini terbukti berhasil karena 90 persen lulusannya terserap di berbagai sektor seperti pendidikan, e-commerce, transportasi, keberlanjutan, dan masih banyak lagi.[4] Tentu saja ini merupakan sinyal positif yang inline dengan objektif pencapaian Visi Indonesia Emas 2045.

[1] “Indonesia Emas 2045, Apa Sih Maksudnya?”, diakses di https://indonesiabaik.id/videografis/indonesia-emas-2045-apa-sih-maksudnya.

[2] “Apa Itu Artificial Intteligence? Perngertian, Manfaat, dan Penerapannya?”, diakses di https://www.kompas.com/tren/read/2023/01/31/120100965/apa-itu-artificial-intelligence-pengertian-manfaat-dan-penerapannya?page=all#:~:text=KOMPAS.com%20%2D%20Artificial%20Intelligence%20(,yang%20memanfaatkan%20teknologi%20artificial%20intelligence.

[3] “Apple Kembali Berinvestasi Dengan Bangun Akademi di Bali”, diakses di https://mediaindonesia.com/ekonomi/665465/apple-kembali-berinvestasi-dengan-bangun-akademi-di-bali.

[4] “Apple Developer Academy Melakukan Ekspansi ke Bali”, diakses di https://www.apple.com/id/newsroom/2024/04/apple-developer-academy-expands-to-bali/.

Indonesia Emas 2045

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image