Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Asmaul husna Lambo

Ulama Masyumi: Kehidupan dan Perjuangan

Agama | 2024-07-02 18:24:09
[1]" />
Sumber : Gambar [1]

Pada suatu hari, di tengah hembusan angin yang sejuk di kota Yogyakarta, terdapat sebuah gedung yang menjadi tempat pertemuan para ulama dan pemimpin Muslim. Mereka datang dari berbagai organisasi Islam, termasuk Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Persatuan Umat Islam, dan Persatuan Umat Islam Indonesia. Mereka bersepakat untuk membentuk satu-satunya partai politik yang menyalurkan aspirasi umat Islam: Partai Masyumi.

Ketua Umum Masyumi, Mohammad Natsir, bergerak cepat setelah Wakil Presiden RI Mohammad Hatta mengeluarkan Maklumat Nomor X tentang anjuran membentuk partai politik. Kongres Masyumi diadakan di Gedung Madrasah Mu'alimin Muhammadiyah Yogyakarta, tanggal 7-8 November 1945. Dalam kongres itu, Sukiman Wirjosandjojo terpilih sebagai ketua umum pertama Masyumi.

Masyumi segera menjadi partai politik yang paling populer di Indonesia. Mereka berhasil mendapatkan 20,9 persen suara dan menang di 10 dari 15 daerah pemilihan dalam Pemilu 1955. Namun, di Jawa Tengah dan Jawa Timur, Masyumi hanya mendapatkan suara yang relatif kecil. Hal ini membuat posisi Masyumi secara nasional hanya menempati posisi kedua setelah PNI.

Meski demikian, Masyumi tetap menjadi organisasi yang besar dan berpengaruh. Mereka memiliki dua faksi utama: sosialis-religius yang dipimpin Natsir, Sjafruddin Prawiranegara, dan Mohammad Roem; dan kelompok pemuka agama konservatif yang dipimpin Sukiman. Kedua faksi ini sering berkonflik, tetapi Masyumi tetap menjadi wadah yang menyalurkan aspirasi umat Islam.

Namun, pada tahun 1960, Masyumi dihapuskan oleh pemerintah Orde Baru. Mereka menghendaki wadah baru bernama Partai Muslimin Indonesia yang kemudian berfusi dengan tiga partai Islam lainnya, termasuk NU. Masyumi menjadi nama yang diambil dalam Kongres Umat Islam pada 7-8 November di Gedung Madrasah Mu’alimin Yogyakarta.

Dalam Anggaran Dasarnya, disebutkan bahwa Masyumi memiliki tujuan untuk melaksanakan ajaran dan hukum Islam dalam kehidupan orang-seorang masyarakat, serta negara Republik Indonesia, menuju keridhaan Ilahi. Masyumi juga memiliki sistem keanggotaan yang memperbolehkan dualisme keanggotaan, sehingga mereka dapat dilihat sebagai wakil umat Islam tanpa ada yang merasa terwakili.

Dalam perjalanannya, Masyumi mengalami krisis dan konflik internal. Kelompok NU, yang memiliki pendukung terbanyak dalam partai, banyak dipangkas posisinya. Mereka hanya dijadikan mesin pengumpul suara, tetapi tidak diberi suara apalagi jabatan. Hal ini membuat Masyumi mengalami krisis dan konflik yang berkepanjangan.

Meskipun demikian, Masyumi tetap menjadi bagian penting dalam sejarah politik Indonesia. Mereka berjuang untuk melindungi dan mempertahankan ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat dan negara. Mereka juga berjuang untuk memperjuangkan hak-hak umat Islam dalam berpolitik.

Dalam cerita ini, kita melihat bagaimana ulama Masyumi berjuang untuk mempertahankan dan memperjuangkan ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat dan negara. Mereka berjuang dengan cara yang paling demokratis dan berprinsip, tetapi tetap mengalami krisis dan konflik internal. Namun, perjuangan mereka tidak pernah berhenti, dan Masyumi tetap menjadi bagian penting dalam sejarah politik Indonesia.

Pada tahun 2020, beberapa pendukung Masyumi mengumumkan rencana untuk menghidupkan kembali partai tersebut. Mereka berencana untuk membentuk majelis syuro yang akan menindaklanjuti deklarasi untuk membentuk partai politik Islam. Hal ini menunjukkan bahwa perjuangan Masyumi tidak pernah berhenti dan bahwa mereka tetap berkomitmen untuk melindungi dan mempertahankan ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat dan negara[1][4].

Referensi

1. Partai Masyumi: Sejarah Masyumi, Partai 1945 yang Resmi Aktif Kembali. (2024, July 2). Partai Masyumi.

2. Tokoh Masyumi, Sajak dan Puisi. (2021, September 6). Hidayatullah.com.

3. Partai Masyumi: Pembentukan, Perkembangan, dan Pembubarannya 1945-1960. (2003). Lib UI.

4. Ramai Masyumi Reborn, Mari Baca Lagi Sejarah Kejayaannya Era Soekarno. (2021). Kumparan.com.

5. NU Keluar dari Masyumi dengan Cara Paling Demokratis. (2018, May 14). NU Online.

Citations:

[1]https://www.alinea.id/infografis/sejarah-masyumi-hingga-konon-bakal-bangkit-kembali-b1ZJD9snX diakses pada tanggal 2 Juli 2024 jam 6 : 17 Pm

[2] https://partaimasyumi.id/sejarah-masyumi-partai-1945-yang-resmi-aktif-kembali/

[3]https://hidayatullah.com/kajian/sejarah/2021/09/06/215205/tokoh-masyumi-puisi- sajak.html

[4] https://lib.ui.ac.id/detail?id=72069&lokasi=lokal

[5] https://kumparan.com/kumparannews/ramai-masyumi-reborn-mari-baca-lagi-sejarah-kejayaannya-era-soekarno-1uZJmeWGzdN

[7] https://nu.or.id/fragmen/nu-keluar-dari-masyumi-dengan-cara-paling-demokratis-YcpHN

  • ##
  • #
  • Disclaimer

    Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

    Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

    × Image