Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Lulu Nugroho

Pribadi Terbelah

Eduaksi | Thursday, 20 Jan 2022, 09:24 WIB

Oleh Lulu Nugroho

Sungguh mengerikan kondisi bangsa ini. Akibat kepemimpinan rakyat yang jauh dari syariat, maka muncul pribadi-pribadi baru yang terbelah-belah. Tidak utuh, dan menampilkan sikap yang berwarna-warni karena tercerabut dari akidahnya.

Mereka tak tentu arah, bahkan tidak mampu mengurai tiga simpul besar tentang untuk apa kita hidup, dari mana berasal, dan akan ke mana sesudah kematian. Seperti baru-baru ini terjadi, fenomena 'Spirit doll' menambah sempurna gambaran kerusakan di negeri ini. Padahal masih hangat ide 'Chidfree' yang belum lama ini juga diusung para pesohor negeri.

Islam yang seharusnya menjadi landasan berpikir (qaidah fikriyah) dan kepemimpinan berpikir (qiyadah fikriyah) digantikan pemikiran tambal sulam, tak mampu mengatasi seluruh persoalan kehidupan. Hingga akhirnya berbagai persoalan datang silih berganti tanpa henti. Sebagaimana yang baru-baru ini dialami seorang anak di Sumedang.

Dengan tangan dan kaki dirantai, bocah 5 tahun harus menahan penderitaan yang panjang. Luka di sekujur tubuhnya menunjukkan betapa dia sendirian selama ini. Ibunya meninggal, ayahnya pergi. Tinggal dengan bibinya, ternyata tak membuat anak kecil ini bahagia. Bahkan bisa jadi ia menderita trauma fisik dan psikis yang memerlukan pengobatan khusus.

Menelisik kasus ini semakin menambah panjang daftar hitam produk sekularisme. Menafikan aturan Allah, jelas akan membuat manusia tersesat dan hilang arah. Tanpa sosok orang tua, sejatinya anak ini kembali pada penjagaan walinya. Menjadi tanggung jawab wali untuk mengasuhnya ketika ayah dan ibunya tiada.

Bahkan di saat wali tersebut hidup serba kekurangan, maka negara akan turun tangan mengatasi masalah finansial. Kemudian memberi pendidikan dan layanan kesehatan yang berkualitas, serta jaminan pemenuhan pangan, sandang dan papan.

Begitu pula halnya dengan sistem persanksian, jika dijumpai pelalaian hak warganya, meskipun ia hanya seorang anak kecil, maka negara akan memberikan hukuman yang tegas bagi pelaku pelanggaran. Negara menegakkan keadilan sebagaimana yang diperintahkan Allah.

Tidak hanya itu, pendidikan untuk penguatan aqidah, pun menjadi sebuah kewajiban yang akan diberikan negara kepada warganya, tujuannya agar setiap orang memiliki kapasitas yang mumpuni mencari solusi Islam. Sehingga akan terbentuk kepribadian Islam yang kuat dan tangguh, bukan kualitas kaleng-kaleng.

Pribadi terbelah yang memilih child free, atau mengasuh makhluk halus yang ada dalam tubuh boneka, akan terus ada selama sekularisme mengisi panggung kehidupan. Sebaliknya bocah kecil yang sejatinya akan menjadi pemimpin malah hidup terlunta.

Sungguh miris potret masyarakat negeri ini. Mendesak untuk segera kembali pada aturan Allah serta berkhidmat, tunduk patuh hanya pada Allah semata. Agar muncul pribadi tangguh yang siap menjadi agen perubahan. Allahunshurnaa bil Islam.

Ilustrasi Pocko

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image