Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nabilah Rizka

Fenomena Strawberry Generation di Abad ke-21

Kultura | Wednesday, 19 Jun 2024, 10:24 WIB

Istilah "Strawberry Generation" merujuk pada Generasi Z yang kreatif dan menarik, tetapi lunak dan mudah hancur seperti buah stroberi. Generasi ini dianggap rapuh, mudah menyerah, manja, mudah sakit hati, memiliki daya saing dan juang rendah, serta tidak memiliki jiwa survival, sehingga dinilai tidak sebaik generasi sebelumnya yang lebih tangguh.

Faktor pertama penyebab fenomena ini adalah pola asuh orang tua yang overprotective, sehingga anak tidak diberi kesempatan untuk mencoba hal-hal baru dan mengeksplorasi minat mereka. Selain itu, pola asuh otoriter di mana orang tua menuntut anak mencapai impian mereka juga berkontribusi. Pola asuh yang memanjakan anak membuat mereka terbiasa hidup mewah dan bergantung pada orang lain.

Generasi ini lebih rentan terhadap gangguan mental. Berdasarkan Riset Dasar Kesehatan 2018, lebih dari 19 juta warga Indonesia berusia 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta mengalami depresi. Orang tua yang overprotective dan terlalu banyak menuntut menyebabkan anak merasa cemas dan tertekan dengan ekspektasi yang tinggi, merasa terkekang, dan tidak bebas berpendapat. Tekanan ini membuat Strawberry Generation sering melakukan self-healing dan self-reward karena mental mereka tidak cukup kuat menghadapi tekanan jangka panjang dari dunia luar.

Untuk meminimalisir Strawberry Generation, orang tua perlu membangun mental anak agar kuat dan tangguh, mengajarkan bahwa kegagalan bukan akhir dunia, serta pentingnya belajar dari kesalahan dan melanjutkan hidup. Orang tua juga perlu memperbaiki komunikasi dengan anak, mendengarkan mereka, mendukung mimpi mereka, menghargai kerja keras mereka, memberi ruang untuk berpendapat, dan memberikan pujian secukupnya. Selain itu, melatih anak mengambil keputusan sejak dini penting agar mereka bisa mandiri dan bertanggung jawab atas pilihan mereka, memahami konsekuensi dan risiko yang menyertainya, sehingga lebih hati-hati dalam menentukan pilihan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image