Etika Berpakaian di Depan Khalayak Umum
Eduaksi | 2022-01-19 16:14:07Pada zaman sekarang ini, pergaulan di tengah masyarakat terkadang sudah tidak memandang etika, terutama dalam tata cara berbusana. Padahal, Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki budaya berbusana dan adat-istiadat yang cenderung tertutup.
Banyak anak muda yang mengikuti tren mode pakaian yang tidak pantas. Contohnya dengan menggunakan pakaian-pakaian yang terbuka atau vulgar.
Lewat makalah ini akan dibahas tentang bagaimana cara berpakaian yang baik dan benar. Dengan tujuan agar para generasi selanjutnya dapat memperbaiki etika berbusana yang baik kemanapun akan pergi.
Definisi Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu Ethos. Menurut Araskar dan David (1978) berarti "kebiasaan", "model pikiran" atau standar yang diharapkan dan kriteria tertentu untuk suatu tindakan.
Penggunaan istilah etika sekarang banyak diartikan sebagai motif atau kode perilaku yang memperlihatkan perbuatan yang baik bagi kelompok tertentu. Etika juga merupakan peraturan dan prinsip bagi perbuatan yang baik bagi kelompok tertentu.
Etika berhubungan dengan hal yang tidak baik. Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perilaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang akan dilakukan seseorang
Pengertian Penampilan
Penampilan adalah bentuk citra diri yang terpancar dari diri seseorang serta merupakan sarana komunikasi antara seorang individu dengan individu lainnya. Tampil menarik dapat menjadi salah satu kunci sukses dalam kehidupan sosial bermasyarakat.
Orang lain akan merasa nyaman, betah, dan senang dengan penampilan diri yang enak dipandang mata. Berpenampilan menarik bukan berarti mewah, tetapi tergantung pada diri individu itu sendiri dalam kaitannya pengembangan diri seutuhnya secara baik.
Etika Berpakaian dan Berpenampilan
Berpakaian bukanlah hanya sebatas untuk kesehatan semata tetapi juga menyangkut kepribadian dan citra diri. Banyak yang mengatakan bahwa gaya berbusana setiap orang merupakan cerminan kepribadian diri tersebut.
Mencari cara berbusana yang baik dan benar tidaklah mudah. Banyak pertimbangan dan tata cara yang perlu diperhatikan agar busana yang dikenakan dapat terlihat sopan karena pakaian yang baik dan pas memberikan kesan yang anggun dan menarik.
Berpakaian dan berpenampilan rapi dan sopan adalah suatu kebiasaan pribadi yang perlu dipupuk dan dipelihara. Dengan berpakaian yang seharusnya dapat menumbuhkan rasa hormat orang lain terhadap kita. Sebaliknya, hal itu juga memberikan kesan bahwa masyarakat dapat saling menghormati dan akan membangun relasi yang baik (Etika di Tempat Kerja, 2006).
Tanpa sadar banyak hal diluar sana yang bisa memepengaruhi cara kita berpakaian dan bergaya. Percaya atau tidak, gaya seseorang dapat mengubah perspektif orang lain.
Manusia membutuhkan pakaian untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dasar sehari-hari di samping kebutuhan makanan dan tempat tinggal. Pakaian memberikan keindahan dan proteksi dari berbagai macam penyakit serta dapat memberikan kenyamanan bagi pemakainya.
Tanpa berbusana seseorang dapat dikatakan gila. Maka dari itu etika dalam berpakaian perlu diperhatikan agar tidak salah dalam penggunaannya.
Aspek-aspek yang Mempengaruhi Etika Berpakaian
1. Selebriti
Gaya berpakaian seseorang pasti memiliki perbedaan dengan orang yang lainnya. Yang paling mudah terlihat adalah gaya berpakaian selebriti.
Banyak media akan menggunakan gaya berpakaian selebriti dalam menunjukan contoh berpakaian. Para selebriti akan menjadi pusat perhatian tren masa kini yang berkembang dalam masyarakat.
Oleh karena itu, tidak sedikit orang yang menggunakan tren-tren selebriti yang ditampilkan di media bahkan banyak produk dengan penggunaan nama selebriti.
2. Teman-teman
Secara tidak sadar, teman-teman di sekeliling yang banyak dijumpai dapat mempengaruhi cara berpakaian seseorang. Teman memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap teman yang lainnya, termasuk dalam pemilihan gaya.
Karena dalam kehidupan sehari-sehari intensitas bertemu dengan teman akan lebih banyak. Jadi, tanpa sadar akan belajar dari mereka dan mengambil sedikit gaya mereka.
Tata Cara Berpakaian yang Sesuai dengan Etika Berpakaian:
1. Menutup aurat bagian tubuh.
Saat ini banyak dijumpai gadis atau wanita yang memakai baju tetapi tidak menutupi auratnya sehingga dapat memunculkan rangsangan kepada kaum laki-laki yang melihatnya. Padahal, ada banyak pilihan pakaian tertutup dan sopan yang bisa digunakan tanpa mengurangi kecantikan perempuan. Seharusnya pemerintah memberikan teguran dan hukuman bagi orang-orang yang menggunakan pakaian yang tidak senonoh
2. Sesuai dengan tujuan, situasi dan kondisi lingkungan
Setiap orang memiliki kesibukannya masing-masing di berbagai tempat. Pakaian yang dikenakan akan menjadi cerminan kemana ia akan perrgi.
Contohnya anak-anak yang hendak pergi ke sekolah dapat terlihat mereka menggunakan pakaian seragam yang rapi juga menggunakan atributnya. Atau orang-orang yang tinggal di negara yang memiliki 4 musim, pada saat musim dingin mereka akan menggunakan pakaian berlapis-lapis atau menggunakan pakaian hangat yang berbulu agar dapat melindungi dirinya dari dinginnya suhu di luar bukan malah menggunakan pakaian yang tipis dan terbuka. (www.princessjapanese.blogspot.com)
3. Tampak rapi, bersih, sehat, dan ukurannya pas
Pakaian yang dipakai bagus akan terlihat percuma jika pakaian itu tidak terlihat bersih dan rapi. Karena itu akan mengurangi nilai estetika dari baju tersebut. Selain itu juga dapat menjadi sarang penyakit bagi yang memakainya maupun orang di sekitarnya.
Maka sebaiknya pakailah pakaian yang telah dicuci bersih, disetrika rapi dan tidak terlalu terlihat kebesaran maupun kekecilan secara berlebihan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.