Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Thiara Chairun Nisa

Cuma Lulusan SMA, 289 Lamaran Kerja Saya Ditolak

Curhat | 2024-06-12 21:40:05
Ilustrasi frustrasi (Pexels/Andrea Piacquadio)

Rasa lelah selama mengenyam bangku pendidikan sempat bikin saya kepengin cepat-cepat lulus. Tapi setelah lulus ternyata lebih lelah lagi. Melanjutkan ke bangku kuliah butuh uang, sedangkan uang harus dicari dengan bekerja. Lucunya lagi, untuk mendapat pekerjaan yang lebih luas, saya harus punya ijazah S1.

Sebagai lulusan SMA, kala itu saya enggak menyangka bahwa mendapat pekerjaan ternyata mudah. Setelah setahun bekerja, sayangnya saya memutuskan resign karena jenuh dengan relasi yang sempit dan kemampuan yang di situ-situ aja.

Meski sempat mendapat pekerjaan baru yang lebih baik, sayangnya hal ini tidak bertahan lama. Imbas dari Covid-19 mengharuskan saya harus berhenti bekerja dan ekstra lebih keras mencari pekerjaan baru lagi.

Nah, di sini lah banyak lika-liku komedi yang mulai saya lewati. Setiap hari saya giat melamar kerja di setiap kesempatan. Sakin frustrasinya, saya bahkan pernah melamar sebagai asisten rumah tangga, momong bayi, jaga warkop, hingga melamar ke toko bahan bangunan

Ada 56 kontak saya yang berawalan "Loker" (doc.pribadi)

Uniknya, baru mengirim CV aja saya sudah membayangkan tempat, pekerjaan, lingkungannya, hingga baju apa yang akan saya kenakan jika sudah bekerja. Kekuatan harapan memang benar adanya. Meski ditolak ratusan kali, saya tetap mencoba lagi.

Pernah mendapat panggilan di sebuah pabrik dengan gaji yang dijanjikan besar, saya berhasil mengalahkan ratusan pelamar lainnnya di 3 seleksi pertama. Namun, saya gagal di tahap akhir. Mendapat kesempatan bukan berarti saya pemenangnya.

Tak menyerah sampai di sana, saya juga sempat bekerja di pabrik kerupuk industri rumahan. Jam kerja dimulai dari pukul 6 pagi hingga 6 petang dengan upah Rp50 ribu sehari. Tapi akhirnya, saya menyerah karena begitu lelah dan mencoba pekerjaan lain.

Pada satu waktu, saya pernah mengerjakan projek dengan fee lumayan dan terfasilitasi. Menjadi satu-satunya lulusan SMA, sayangnya saya mendapat satu hingga tiga perlakuan diskriminasi. Saya sendiri masih bisa menahan, tapi tidak dengan Ibu yang hatinya begitu rapuh kalau soal anak. Tak tega melihat beliau, saya putuskan mencari pekerjaan lain.

Pengalaman yang tidak akan saya lupakan adalah saat bekerja di salah satu perusahaan pialang berjangka di Kota Bandung. Terasa seperti keluarga tapi juga berjarak dalam waktu yang bersamaan.

Banyak sisi gelap dari dunia luar yang baru saya tau. Saya bahkan diajari menggunakan aplikasi dating demi menggaet 'om-om berduit' untuk menjadi calon nasabah. Saat itu rasanya miris sekali. Tapi sekarang, saya hanya mentertawakan kejadian konyol ini.

237 Daftar riwayat lamaran yang saya buat sejak 2021 (doc.pribadi)

Tanpa disadari, dalam waktu 2 tahun tersebut saya sudah melamar ke 237 perusahaan melalui e-mail dan ke 52 lainnya melalui WhatsApp; belum termasuk beberapa amplop cokelat yang saya drop off langsung ke tempat. Melamar kerja terasa seperti rutinitas sehari-hari.

Sekali lagi, kekuatan harapan menumbuhkan pribadi saya yang percaya diri meski mendapat penolakan berkali-kali. Setiap kehilangan satu kesempatan, saya kembali berpikir, "Ah, mungkin bukan hari ini. Besok biar saya coba lagi,"

Ungkapan itu sejujurnya hanya obat hati. Mustahil kalau saya sekuat baja dan tidak pernah menangis meratapi usia 20-an yang sulit mendapat pekerjaan; yang di mana teman-teman seusia saya yang kala itu baru lulus D3, dengan mudahnya mendapat pekerjaan terpandang di sebuah perusahaan ternama.

Dari sekian banyaknya orang, di antara ratusan teman semasa SMA,

Mengapa hanya saya yang terseok-seok?

Namun, Allah punya cara lain dalam menjawab doa-doa kecil saya; bahkan doa yang terkesan 'ngasal' karena merasa tak kunjung dikabulkan.

Setelah hari-hari penuh penantian panjang, ketika harapan saya nyaris hilang, Allah datangkan hadiah luar biasa. Entah darimana datangnya, sebuah perusahaan menawarkan saya kerja lebih dulu. Iya, bukannya saya yang melamar, malah perusahaan tersebut yang mencari saya.

Yang bikin terharunya lagi, semua yang saya inginkan ada di dalam pekerjaan ini. Atasan dan rekan kerja saya sangat baik. Setiap hari, saya mendapat ilmu baru, perkembangan saya meningkat pesat dari belajar satu hal hingga hal lain.

Kalaupun saya tau bahwa pada akhirnya saya akan mendapat pekerjaan, saya tidak pernah menyesal mencoba ratusan kali. Setiap coretan pada amplop cokelat yang saya buat penuh harap; adalah tangga-tangga menuju tujuan yang Allah janjikan.

Buat kamu yang sedang sulit mencari kerja, jangan menyiksa diri dengan berpikir bahwa hidupmu tidak seberuntung yang lain. Justru, kamu beruntung memiliki jiwa kuat yang Tuhan percayakan untuk bertahan sedikit lebih lama dibandingkan yang lain. Bertahanlah!

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image